Kamis, 10 Oktober 2013

Tugas Pengantar Ilmu Peternakan : BAHAN MAKANAN TERNAK



Tugas Pengantar Ilmu Peternakan


BAHAN MAKANAN TERNAK




 

 



DISUSUN OLEH :

NAMA       : M. ASFAR SYAFAR
NIM            : I 111 12 286
KELAS        : GENAP       
DOSEN       : Prof. Dr. Ir. JASMAl A SYAMSU, M.Si

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012



A.  BAHAN MAKANAN TERNAK NABATI
Adapun bahan makanan ternak nabati dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: butir-butiran dan limbahnya, umbi-umbian dan limbahnya, limbah industry  perkebunan, limbah pertanian dan hijauan.
A.1. Butir- butiran dan limbahnya
Konsentrat sumber energi adalah bahan makanan ternak yang tinggi kandungan energi dan rendah kandungan serat kasar (<18%), serta umumnya mengandung protein yang lebih rendah dari 20%. Adapun berbagai jenis pakan ternak yang berasal dari butir-butiran dan limbahnya dibedakan menjadi :
A.1. 1. Jagung (Zea mays)
Tinggi rendahnya produksi jagung tergantung pada tipe jagung yang dipakai, pemupukan serta cuaca. Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk ternak. Jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum ternak tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk ternak ini dapat menyebabakan kelebihan lemak. Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar.
Kuantitas        :
Jagung pada dasarnya merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua sesudah beras bagi penduduk Indonesia.  Sehingga disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan makanan utama sesudah beras bagi penduduk Indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya.  Sejalan dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat pengetahuannya, konsumsi protein hewani khususnya daging ayam dan telor serta daging terlihat juga terus meningkat.  Hal ini mendorong meningkatnya kebutuhan makanan ternak yang kemudian meningkatkan kebutuhan jagung, karena jagung merupakan 51% dari komponen pakan ternak.  Peningkatan kebutuhan jagung ini dalam beberapa tahun terakhir tidak sejalan dengan laju peningkatan produksi di dalam negeri, sehingga mengakibatkan diperlukannya impor jagung yang makin besar.  Perkembangan produksi, konsumsi, impor dan ekspor jagung Indonesia dapat dilihat pada Tabel :
 di Indonesia
Tahun
Produksi
Jagung
(Ton)
Ekspor
Jagung
(Ton)
Impor
Jagung
(Ton)
Net
Impor
(Ton)
Permintaan
Jagung
(Ton)
0
1
2
3
4
5
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
5.154.735
6.651.917
6.192.512
6.734.028
6.255.906
7.995.459
6.459.737
6.868.885
8.245.902
9.307.423
9.161.362
4.680
37.404
232.093
136.640
30.740
136.660
52.090
28.880
74.879
17.505
18.956
220.998
63.454
33.340
515
323.176
55.498
494.446
1.109.253
969.145
587.603
1.098.353
216.318
26.050
-198.753
-136.125
292.436
-81.162
442.356
1.080.373
894.266
570.098
1.087.397
5.371.053
6.677.967
5.993.759
6.597.903
6.548.342
7.914.237
6.902.093
7.949.258
9.140.168
9.877.521
10.248.759
Sumber : Direktorat Bina Prod. Tan. Pangan (1997)
Kualitas :
Jagung merupakan butiran yang mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampirsemuanya pati, (2) jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, (3) jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna.
Walaupun demikian pemakaian dalam ransum ternak terutama untuk bibit perlu dibatasi karena penggunaan jagung yang tinggi dapat mengakibatkan sulitnya ternak untuk berproduksi. Disamping itu penggunaannya pada ternak muda yang akan dipakai bibit perlu dibatasi karena selain tidak ekonomis bila dipergunakan tinggi dalam ransum juga karena penggunaan yang terlampau tinggi dapat menyulitkan ternak tersebut untuk berproduksi.

Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka jagung ini tidak dapat dipastikan. Hal itu dapat dilihat dari semakin tingginya impor jagung dari tahun ke tahun. Impor jagung Indonesia terus meningkat. Padahal, komoditas yang bernama Latin zea mays itu memiliki karakter untuk tumbuh subur di bumi kita. 
Sejak 1998-2002, impor jagung nasional tercatat terus meningkat seiring dengan tumbuh dan berkembangnya kebutuhan jagung untuk konsumsi maupun bahan baku industri domestik. Ini akibat potensi yang ada belum tergarap secara optimal.
Dibandingkan dengan besarnya konsumsi dalam negeri yang termasuk juga untuk keperluan pakan ternak, menunjukkan adanya kekurangan setiap tahunnya dalam 5 tahun terakhir ini.  Kekurangan tersebut harus dipenuhi dari impor, dan jumlah impor ini makin bertambah besar karena adanya sebagian produksi jagung yang diekspor.
Pemanfaatan :
Disamping keperluan pakan ternak, komoditi ini juga sebagai bahan makanan utama sesudah beras bagi penduduk Indonesia dan menjadi bahan baku industri makanan lainnya.
A.1. 2. Dedak Padi (Oriza sativa)
Dedak padi diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan tergantung pada cara pengolahan. Sebanyak 14.44% dedak kasar, 26.99% dedak halus, 3% bekatul dan 1 -17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Dedak padi cukup disenangi ternak. Pemakaian dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat.
Kuantitas        :
            Dedak padi memiliki kuantitas yang banyak, mengingat bahwa padi merupakan salah satu sumber makanan pokok yang selalu tersedia di Indonesia.


Kualitas          :
Dedak padi yang berkualitas baik mempunyai protein rata-rata dalam bahan kering adalah 12.4%, lemak 13.6% dan serat kasar 11.6%. Dedak padi menyediakan protein yang lebih berkualitas dibandingkan dengan jagung. Dedak padi kaya akan thiamin dan sangat tingi dalam niasin.
Walaupun tidak mengandung zat antinutrisi, pembatasan dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Tambahan lagi pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dalam campuran konsentrat dapat memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka dedak padi ini mungkin akan selalu tersedia, mengingat produksi beras yang terus- menerus ada. Namun meskipun begitu yang menjadi permasalahan adalah dikarenakan semakin meningkatnya jumlah impor beras dari luar negri sehingga memungkinkan proses pengolahan di Indonesia juga semakin sedikit sehingga produksi dedak juga akan berkurang.
Pemanfaatan :
Sejauh ini dedak padi hanya digunakan sebagai pakan ternak
A.1. 3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)
Pollard merupakan limbah dari penggilingan gandum menjadi terigu. Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan pakan yang popular dan penting pada pakan ternak, karena palatabilitanya cukup tinggi.
Kuantitas :
            Dari segi kuantitas maka pollard ini tergantung pada banyaknya jumlah produksi tepung gandum yang dihasilkan. Mengingat sebagian besar ketersediaan gandum di Indonesia didatangkan dengan impor sehingga dapat disimpulkan bahwa kuantitas pollard ini relative sedikit.
Kualitas :
Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P) feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P, tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya akan niacin dan thiamin.
Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena danya sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru
atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan pada ternak-ternak dara.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka dedak tepung gandum ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik. Terlebih lagi dikarenakan gandum tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak tapi juga sebagai bahan baku makanan seperti roti dll.
Pemanfaatan :
Pollard merupakan salah satu pakan ternak yang popular, dan nilai produksi yang dihasilkan tampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari kandungan protein dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard biasanya dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti bungkil-bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼ bagian konsentrat.
A.1. 4. Ampas Bir
Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung. Untuk setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama banyaknya yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan ampas segar yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan palatabilitas. Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung antinutrisi, maka ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi. Ampas bir yang dibuat dari bahan baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila dipergunakan
butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir yang dihasilkannya pun tidak mempunyai sifat pencahar.
A.1. 5. Shorgum (Shorgum bicolor)
Kualitas shorgum hampir mirip dengan jagung, walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi lemaknya lebih rendah.
Kuantitas :
            Produksi sorghum bergantung beberapa faktor, antara lain keadaan tanah, pemupukan, cara pemeliharaan, saat penanaman dan iklim.  Secara umum produksi sorghum di Indonesia masih sangat rendah.  Namun potensi untuk pengembangannya sangat besar, karena sorghum termasuk tanaman semusim yang paling mudah dibudidayakan, dapat hidup di lahan yang kurang subur, air yang terbatas dan masukan rendah.  Di Indonesia, tanaman sorghum tanpa perabukan dapat menghasilkan antara 500 - 800 kg/ha
Kualitas :
Sorghum merupakan bahan pakan sumber energi, dengan kandungan energi sedikit lebih rendah daripada jagung.  Kandungan energi sorghum sebesar 3288 kkal/kg, sedangkan jagung sebesar 3350 kkal/kg.  Kandungan lemak sorghum lebih rendah dibanding jagung.        
 Kadar protein sorghum bervariasi antara varietas satu dengan lainnya.  Umumnya protein sorghum sedikit lebih tinggi daripada jagung.  Semua bagian butiran sorghum mengandung protein, walaupun konsentrasi protein pada lapisan embrio/germ dan aleurone lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan endoderm.  Kandungan protein sorghum berkisar antara 8 - 10 persen.  Perbedaan kandungan protein dipengaruhi oleh beberapa hal, antar lain : jenis tanah, lokasi, pemupukan, dan jenis sorghum.  Kualitas protein sorghum serupa dengan jagung, artinya bahwa asam-asam amino pembatas utama bagi ke dua bahan pakan tersebut adalah lisin dan metionin.  Sementara itu kandungan asam amino lisin, metionin dan triptofan pada varietas sorghum di daerah tropis sangat rendah.
            Kandungan mineral sorghum umumnya rendah, terutama kandungan mineral makro.  Kadar kalsium, klorida dan fosfor sorghum rendah, serupa dengan jagung.  Sedangkan kadar mangan dan tembaga sorghum jauh lebih tinggi dibandingkan jagung.  Sebaliknya, kadar seng dan besi jauh lebih rendah dibandingkan jagung.
            Kandungan vitamin sorghum hampir sama dengan jagung.  Kandungan vitamin A dari sorghum juga sangat rendah.  Sorghum yang berwarna putih tidak mengandung vitamin A maupun pro vitamin A, namun sorghum yang berwarna kuning mengandung vitamin A.  Vitamin A yang penting bagi vitalitas ternak dalam biji sorghum berada dalam bentuk beta karoten.  Sorghum dan jagung merupakan sumber vitamin E dan tiamin, tetapi rendah kandungan riboflavin.  Vitamin-vitamin tersebut paling banyak ditemukan di bagian aleurone dan embrio/germ dari biji sorghum.  Butiran sorghum mengandung vitamin B kompleks lebih kurang sama seperti jagung, hanya jumlah niasin pada sorghum lebih banyak dibandingkan jagung.
Kontinyuitas  :
Sorghum mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai kemampuan tumbuh yang tinggi, tahan terhadap kekeringan dan hama penyakit, responsif terhadap pemupukan dan biaya produksi rendah.  Daya adaptasinya yang tinggi dapat dilihat dari kemampuan tumbuhnya di dataran rendah hingga di tempat yang tingginya 1500 meter dari permukaan laut.
Pemanfaatan :
Selain sebagai pakan ternak sorgum juga dijadikan sebagai bahan makanan pokok pengganti beras, meskipun masih sedikit yang memanfaatkannya
A.1. 6. Biji Kedele (Glycine max)
Produksi per hektar tergantung tipe kedele, jenis tanah, pemupukan serta cuaca. Biji kedele sangat disukai ternak. Pemakaian yang terlalu tinggi tanpa diikuti dengan penambahan hijauan berkualitas baik akan berdampak negatif pada kandungan vitamin A dan warna kuning lemak mentega yang dihasilkan. Biji kedelai mengandung zat penghambat protease yang bila bergabung dengan trypsin akan membentuk senyawa kompleks yang tidak aktif. Penghambat ini dapat menyebabkan hipertropy pada pancreas. Mode aksi dari penghambat ini adalah dihambatnya sekresi enzym pancreas. Perlakuan pemanasan pada temperatur yang tepat (250oF selama 2.5-3.5 menit) dapat menghancurkan bahan ini. Anti vitamin B-12 merupakan cara yang terbaik untuk menanggulangi masalah ini. Goitrogens  merupakan bahan yang menghambat penyerapan yodium.
Kuantitas :
            Dari segi kuantitas maka pakan ini tergantung pada banyaknya jumlah produksi kedelai yang dihasilkan. Mengingat sebagian besar ketersediaan kedelai di Indonesia didatangkan dengan impor sehingga dapat disimpulkan bahwa kuantitasnya relative sedikit.
Kualitas :
Tepung kedelai mengandung protein yang tinggi dibandingkan dengan bijian lainnya yang umum dipakai untuk pakan. Kandungan protein kasar rata-rata tepung kedele adalah 37.9%. Tepung kedele juga tinggi kandungan lemaknya (18%) dan rendah kandungan serat kasarnya (5%). TDN tepung kedele lebih tingg i dari jagung. Hal ini dapat dimengerti karena tingginya kadar lemak pada kedele. Varietas kedele hitam mengandung lemak yang lebih rendah dari varietas kuning. Kedele agak rendak kandungan Ca (0.25%). Kandungan phospor kedele juga rendah (0.59) bila dibandingkan dengan kandungan phospor pada bungkil kapas dan gandum. Seperti halnya bijian lainnya, kedele defisiensi vitamin D dan tidak mengandung caroten. Walaupun kedele mengandung riboflavin yang rendah, kandungan ini masih lebih tinggi dari jagung dan oat.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka tepung kedelai ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik. Terlebih lagi dikarenakan kedelai tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak tapi juga sebagai bahan baku makanan seperti kecap dll.
Pemanfaatan :
Selain sebagai pakan ternak kedelai juga dijadikan sebagai bahan makanan seperti untuk pembuatan kecap, tempe dan tahu.


A.1. 7. Bungkil Kedele
Bungkil kedele merupakan limbah dari industri minyak biji kedele. Bungkil ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedele yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah.
Kuantitas :
            Problem utama bungkil kacang kedelai adalah tingkat ketersediaan yang masih bergantung pada impor.  Problem tersebut menyebabkan harga bungkil kacang kedelai mengikuti kurs mata uang asing terutama dollar karena sebagian besar harus diimpor dari Amerika Serikat.  Pada masa krisis ekonomi di Indonesia ketersediaan bungkil kedelai menjadi sangat langka sehingga menyebabkan banyak industri pakan ternak dan peternak gulung tikar.   Problem bungkil kacang kedelai yang lain adalah adanya anti nutrisi anti tripsin yang mengganggu kerja tripsin.  Pemberian maksimal yang dianjurkan adalah sebesar 30%.
Kualitas :
Kandungan protein bungkil kedele yang diperoleh dengan cara mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4.8%, sedangkan yang diperoleh dengan pelarutan mempunyai kandungan lemak sebesar 1.32%. Bungkil kedele mengandung serat kasar lebih rendah dibandingkan bungkil biji kapas.
Bungkil kedele agak rendah mengadung kalsium (0.27%). Kandungan phospor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0.63%. Seperti biji kedele, bungkil kedele tidak menyediakan carotin dan vitamin D. Bungkil kedele tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi. Kandungan thiamin bungkil kedele sama dengan butiran lainnya.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka bungkil kedele ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik. Terlebih lagi dikarenakan kedelai tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak tapi juga sebagai bahan baku makanan seperti kecap dll.
Pemanfaatan             :
Selain sebagai pakan ternak kedele juga dijadikan sebagai bahan makanan seperti untuk pembuatan kecap, tempe dan tahu. Dan bungkil kedele juga sudah banyak difermentasi menjadi makanan oncom.
A.1. 8. Ampas Tahu
Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai ternak terutama yang masih segar.
Kuantitas :
            Selama ini, stok ampas tahu masih melimpah. Harganya pun masih sangat murah. Lebih ekonomis dibanding konsentrat. Jadi, pakan ternak dari ampas tahu ini memiliki harga yang masih sangat menguntungkan bagi para peternak.
Kualitas :
Ampas tahu berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus sebaik mungkin, Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibatkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka ampas tahu ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik. Terlebih lagi dikarenakan kedelai tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak tapi juga sebagai bahan baku makanan seperti kecap dll.


Pemanfaatan :
Ampas tahu tersedia dalam bentuk basah. Kandungan air ampas tahu tinggi yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia ampas tahu bervariasi yang salah satunya tergantung pada proses pembuatan yang beragam. Ampas tahu sudah banyak digunakan untuk pakan ternak.
Dilapangan ampas tahu digunakan berkisar 12% sampai 95% dari campuran konsentrat. Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, maka sebaiknya ampas tahu basah tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN ampas tahu berkisar antara 21-24% tergantung pada cara pengolahan dan kualitas bahan baku.
A.1. 9. Ampas Kecap
Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedele. Ampas kecap dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh ternak. Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan.
Kuantitas :
            Selama ini, stok ampas kecap masih melimpah. Harganya pun masih sangat murah. Lebih ekonomis dibanding konsentrat. Jadi, pakan ternak dari ampas kecap ini memiliki harga yang masih sangat menguntungkan bagi para peternak.
Kualitas :
Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.
Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka ampas kecap ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik. Terlebih lagi dikarenakan kedelai tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak tapi juga sebagai bahan baku makanan.
Pemanfaatan :
Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itu dibeberapa daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung pada proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan.
A.1. 10. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah, pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan pakan suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai untuk ternak. Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada kacang tanah. Anti nutrisi ini dapat mengakibatkan thyroid membesar. Perlakuan panas dan pemberian yodium (I) yang cukup merupakan metode yang baik untuk menanggulangi masalah anti nutrisi ini. Selain kacang tanah mempunyai sifat pencahar, sehingga perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.
Secara kualitaitif kualitas kacang tanah dapat diuji dengan menggunakan bulk density. Sela in itu uji organoleptik seperti tekstur. Rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas kacang tanah yang baik. Kualitas kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode prosimat. Meskipun kacang tanah yang tidak dikuliti mengandung serat kasar tinggi, mereka mempunyai TDN yang tinggi karena tingginya kandungan lemak (36%). Seperti kedele, kacang tanah juga defisien dalam carotin, vitamin D, kalsium (Ca) dan mengandung phospor yang tidak terlalu tinggi.
A.1. 11. Bungkil Kacang Tanah
Salah satu hasil ikutan produksi kacang tanah adalah bungkil kacang tanah.  Bungkil kacang tanah merupakan limbah hasil pengolahan kacang tanah menjadi minyak.  Peranan bungkil kacang tanah menjadi pakan ternak terutama unggas tidak terlalu besar.  Pemanfaatan bungkil kacang tanah ini terutama di daerah sekitar industri minyak kacang tanah.  Pemanfaatan bungkil kacang tanah dapat digunakan sebagai pakan ternak karena sangat murah dan mempunyai nilai gizi yang cukup tetapi mempunyai pembatas penggunaan berupa anti nutrisi anti tripsin apabila tidak disimpan dengan baik.
Kuantitas :
            Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagi salah satu produk pertanian tanaman pangan setahun, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya peningkatan permintaan dicerminkan dari adanya kecenderungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya, antara lain untuk industri kacang kering, industri produk olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam bentuk asal olahan kacang, dalam campuran makanan dan dalam bentuk pasta.
Kualitas :
Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam. Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6% dan total nutrient tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.
Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama dengan bungkil kedele. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang lebih rendah daripada bungkil kedele. Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil biji kapas. Selain itu bungkil kacang tanah kurang karotin, vitamin D, thiamin, riboflavin,tetapi kaya akan niacin dan asam pantotenat.
Direkomendasikan untuk memberikan bungkil kacang tanah ke ternak sebanyak kurang lebih ¼ dari total konsentrat.



Kontinyuitas  :
Dari segi keberlanjutan maka bungkil kacang tanah ini tidak akan selamanya tersedia, apalagi bila jumlah impor dari luar semakin meningkat, sehingga harganya pun akan semakin naik.
Pemanfaatan :
Penggunaan bungkil kacang tanah dalam ransum unggas umumnya agar diperoleh kadar lemak yang tinggi seperti asam linoleat.  Kualitas dari bungkil kacang tanah dari beberapa analisa terdapat perbedaan-perbedaan, hal ini disebabkan adanya pengaruh proses pembuatan minyak yang berbeda-beda.  Oleh karena itu hasil limbah yang diperoleh dari pembuatan minyak tersebut juga menunjukkan perbedaan. 
Bungkil kacang tanah dapat ditingkatkan penggunaannya bila dilakukan suatu proses tertentu.  Proses yang umum dilakukan dalam rangka meningkatkan gizi secara khusus, yang sering dilakukan oleh sebagian besar masyarakat adalah proses fermentasi atau dikenal dengan proses peragian. 
            Bungkil kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif dan untuk digunakan sebagai media bagi pertumbuhan mikroba khususnya Rhizopus oligosporus dan Neurospora sitophilia.  Proses yang terjadi akibat dari aktivitas mikroba tersebut pada bungkil kacang tanah adalah proses fermentasi.

B.  BAHAN MAKANAN TERNAK HEWANI
Telah diketahui bahwa pakan nabati dari bijian dan limbah industrinya sering dipergunakan sebagai sumber protein dalam ransum ternak. Pakan ternak berasal dari hewani biasanya dipergunakan untuk meningkatkan kadar protein pada ransum basal karena pakan nabati merupakan sumber protein yang biasanya miskin asam amino antara lain lysine dan methionin. Sumber protein hewani dapat berasal dari ternak darat (ruminansia dan unggas serta limbahnya) dan hewan air beserta limbahnya. Ciri -ciri spesifik dari sumber protein hewani antara lain kadar protein kasar berselang 34-82% dan lemak kasar 0 -15% dan kandungan Ca dan P pada beberapa jenis tinggi.
Bahan makanan ternak sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung protein lebih dari 20%. Sumber protein terbagi dua yaitu sumber protein nabati dan hewani, Sumber protein hewani berasal dari hewan dan hewan air. Bahan makanan ternak sumber protein berasal darat diantaranya tepung daging, tepung daging dan tulang (meat bone meal/MBM); limbah rumah potong hewan yaitu tepung darah, tepung hati; susu dan limbah pengolahannya; dan
tepung bulu ayam.
Adapun bahan makanan ternak hewani dibedakan menjadi 4 yaitu: bahan makanan ternak asal ternak dan limbahnya, pengelolaan susu dan limbahnya, limbah peternakan ayam, dan industry perikanan dan limbahnya.
B.1. Asal Ternak dan Limbah Ternak
B.1. 1. Tepung Daging
Tepung daging berasal dari sisa-sisa daging yang tidak dikonsumsi manusia, biasanya melekat pada kulit dan tulang dalam bentuk tetelan sehingga seringkali dalam bentuk tepung daging dan tulang (MBM). Pengolahan tepung daging dapat dilakukan dengan :
B.1. 1. a. Dibuat dengan pemasakan dengan tangki terbuka (Meat Scrap)
Dengan pengolahan ini air dapat terus keluar, setelah itu bahan baku diperas, dikeringkan dan digiling. Kandungan protein meat scrap berkisar 50-55% dan bila meat scrap ini mengandung mineral phosphor sebanyak >4.4% maka namanya meat and bone scrap.
B.1. 1. b. Bahan Baku dimasak pada tangki tertutup. (Tankage)
Setelah dimasak dalam tangki tertutup kemudian disaring lalu residu diperas. Filtrat diuapkan akan didapat serbuk-serbuk. Residu yang diperas menghasilkan ampas dan dicampur dengan hasil penguapan, dekeringkan lalu digiling maka diperoleh tankage.
Kandungan protein tankage berkisar 60% dan banyak mengandung vitamin B diantaranya asam pantotenat, niacin, riboflavin dan vitamin B12. Bahan baku tankage tidak boleh berisi bulu, kuku, tanduk, kotoran dan isi perut. Penggunaan untuk ternak unggas berkisar 10% dan kurang disukai karena dapat menimbulkan bau pada produk ternak (daging, telur dan susu).
Kuantitas :
Meskipun penggunaan Meat Bone Meal di Indonesia belum begitu populer, namun Nestle sebagai perusahaan ternak terkemuka,  menyatakan bahwa Meat and Bone Meal merupakan bahan baku ternak sampingan selain jagung yang sudah diketahui merupakan penyumbang 50% komposisi pakan ternak, dan 35%-nya lagi dari bungkil kedelai. Masih ditemukan berbagai upaya untuk mengimpor Meat and Bone Meal secara ilegal, karena ketatnya pengawasan pemerintah dalam impor pakan ternak jenis ini, proses impor tersebut tidak bisa dilakukan dengan mudah dan harus melalui tahapan yang jelas.
Kualitas :
Komposisi tepung daging adalah sebagai berikut : Bahan kering 88.5%; Abu 27.73%; protein 61.13%; lemak 11.75%; serat kasar 2.71% dan Beta-N 0.68%.
Kandungan kalsium dari Meat and Bone Meal tidak boleh melebihi 2,2 kali lipat dari kandungan fosfornya. Kandungan kalsium dalam Meat and Bone Meal yang lebih tinggi dari ini menunjukkan bahwa ada tambahan bahan lain yang ditambahkan ketika proses pengolahan Meat and Bone Meal selain dari tulang, untuk menambahkan kalsiumnya.
Kandungan protein dalam Meat Bone Meal terdegradasi relatif lambat dalam perut ternak. Oleh karenanya, Meat and Bone Meal bisa diberikan kepada ternak sebagai sumber protein. Meat and Bone Meal juga bisa dimasukkan dalam campuran gilingan dengan komposisi 5% dari campuran, atau diberikan kepada ternak sebanyak 1 ½ pond (0.68) untuk satu ekor ternak perharinya. Namun Meat and Bone Meal harus secara perlahan diberikan kepada ternak, tidak bisa diberikan secara langsung kepada ternak yang sebelumnya tidak mengkonsumsi Meat and Bone Meal, dan membutuhkan penyesuaian secara bertahap.
Kontyuitas :
            Ketersediaannya tergantung dari ada tidaknya hewan yang dipotong.
Pemanfaatan :
(MBM) atau tepung daging dan tulang adalah produk olahan pakan ternak, dengan komposisi sekitar 50% protein, 35% abu, 8 – 12 % lemak, dengan kelembaban 4 – 7 %. Pengolahan ini, dilakukan untuk meningkatkan stabilitas dan nilai kandungan bahan pakan, yang diambil dari limbah jaringan tubuh ruminansia. Profil utama dari Meat Bone Meal adalah tingkat asam amino yang lebih tinggi sebagai pakan ternak. Di Amerika sendiri, Meat and Bone Meal digunakan secara luas untuk pakan hewan peliharaan yang terjangkau harganya. Meskipun diperoleh dengan daur ulang dan dihaluskan dari limbah ruminansia, Meat and Bone Meal tidak diolah dari tanduk, rambut, kulit, kotoran, dan isi perut.
B.1. 2. Tepung Darah
Tepung darah diperoleh dari darah ternak yang bersih dan segar, berwarna coklat kehitaman dan relative sulit larut dalam air. Rasio pembuatan tepung darah berkisar 5:1 dimana untuk mendapatkan 1 kg tepung darah memerlukan 5 kg darah segar. Kandungan protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung darah rendah kandungan kalsium, phosphor dan asam amino isoleusin dan glysin. Kurang disukai ternak, sehingga penggunaanya untuk ternak unggas dan babi dibatasi berkisar 5%. Pemberian tepung darah harus dihentikan sebulan sebelum ternak dipotong supaya daging tidak bau. Tepung darah bersifat protein Bypass dalam rumen yaitu 82%, sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber protein untuk ternak ruminansia.
Kuantitas :
            Secara kuantitas tergantung pada banyaknya hewan yang dipotong atau disembelih
Kualitas :
Kandungan protein berkisar 85% dengan kadar air 10%. Tepung darah rendah kandungan kalsium, phosphor dan asam amino isoleusin dan glysin. Tepung darah bersifat protein Bypass dalam rumen yaitu 82%, sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber protein untuk ternak ruminansia. Adapun komposisi gizi tepung darah terdiri atas : bahan kering 90.00%; Abu 4.00%; protein 85.00%; lemak 1.60%; serat kasar 1.00% dan Beta N 8.40%.
Akan tetapi sebagian peneliti beranggapan bahwa ternak sapi telah dibuat menjadi kanibal karena mengkonsumsi darah maupun tulang dari jenisnya sendiri. Ketika mengkonsumsinya, terjadilah perubahan-perubahan metabolisme maupun genetika tubuh pada sapi yang sebagiannya berefek menjadi penyakit.
Kontyuitas :
            Ketersediaannya tergantung dari ada tidaknya hewan yang dipotong.
Pemanfaatan :
            Kurang disukai ternak, sehingga penggunaanya untuk ternak unggas dan babi dibatasi berkisar 5%. Pemberian tepung darah harus dihentikan sebulan sebelum ternak dipotong supaya daging tidak bau. Tepung darah bersifat protein Bypass dalam rumen yaitu 82%, sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber protein untuk ternak ruminansia
B.1. 3. Tepung Hati
Tepung hati dibuat dari hati ternak atau ikan yang tidak dikonsumsi manusia (afkir). Proses pembuatannya melalui tiga tahap yaitu hati diiris-iris, dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung hati mengandung protein berkisar 60-62%; lemak 16-17% dan banyak mengandung zat besi Fe, Mg dan Cu serta vitamin B1, riboflavin, niacin dan asam panthotenat.

C.  BAHAN MAKANAN TERNAK INKONVENSIONAL
Perkembangan penduduk yang pesat mengundang konsekuensi terhadap penyediaan pangan yang meningkat pula termasuk pangan yang berasal dari hasil ternak. Dengan demikian upaya produksi ternak tidak akan terlepas dari upaya penyediaan bahan makanan ternak.
Pada umumnya makanan ternak juga merupakan makanan manusia sehingga terasa persaingan antara manusia dengan ternak. Keadaan tersebut harus diatasi dengan upaya penyediaan makanan ternak berasal dari bahan- bahan yang tidak dikonsumsi manusia dengan kata lain perlu dilakukan penggalian (explorasi) bahan-bahan makanan ternak yang lain atau perlu dilakukan penganekaragaman bahan makanan ternak, khususnya bahan makanan ternak yang tidak lazim digunakan/dikonsumsi ternak namun kandungan nutrisinya sama atau lebih baik dari yang biasa dikonsumsi ternak.
Upaya eksplorasi bahan makanan ternak tak lazim (bahan makanan ternak inkonvensional) ini akan sangat bermanfaat bagi peternak kecil/menengah agar tidak tergantung kepada bahan makanan ternak konvensional, mengingat penyerapan bahan makanan ternak konvensional ini pada umumnya telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan dengan modal yang kuat sehingga para peternak kecil/menengah tidak mampu bersaing dengan perusahaan yang besar. Adapun bahan makanan ternak inkonvensional terbagi atas: bijian dan butiran, limbah peternakan atau hewan dan protein sel tunggal.
C. 1 Protein Sel Tunggal
Protein Sel Tunggal adalah protein yang ditemukan dari organisme bersel satu. Organisme tersebut antara lain: Yeast (ragi), Bacteria, Fungi (jamur) dan Algae yang ditumbuhkan pada media khusus yang disiapkan. Tipe protein ini dapat diperoleh melalui fermentasi pada petroleum atau sisa organik dengan penerangan khusus. Adapun tipe- tipe protein sel tunggal dari segi prosesnya dibedakan menjadi 2 yaitu :
C.1.1 Organisme Non Photosynthetic
Secara tradisional, ragi telah digunakan sebagai sumber protein dan “unidentified faktor”. Cara ini mempunyai keuntungan misalnya mudah dipanen dan masalah dikonsumen relatif sedikit. Namun mempunyai juga kerugian  karena hasil tersebut  miskin akan asam amino “bersulfur” seperti methionin. Kekurangan ini dapat diatasi dengan pemberian MHA (Methionin Hydroxy Analog). Sedang bila diperoleh dari bakteria maka mempunyai beberapa keuntungan seperti pertumbuhan lebih cepat, komposisi asam amino lebih seimbang, kandungan protein lebih banyak dan bila tidak disenangi manusia maka dapat dijadikan makanan ternak. Namun disamping itu juga terdapat kerugian dengan cara ini, misalnya saja hasil yang didapat mudah rusak dan banyak mengandung asam nukleat.
C.1. 2. Organisme Photoynthetic
Organisme yang berperan adalah algae, dapat menghasilkan bahan/zat makanan yang dalam jumlah banyak pada luasan relatif sempit. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh yaitu tipe organisme, temperature, ketinggian tempat dan luas tempat.
Potensi hasil produksi ton protein per akre per tahun. Bahan kering algae yaitu 5-15% dapat diberikan untuk ternak scara langsung atau setelah proses hidrolisasi. Komposisi zat makanan (dalam BK0 adalah: protein kasar 8-75%, karbohidrat 4-40%, lemak 1-6%, abu 4-45%, biological value protein dari algae yaitu 50-70%.
Kuantitas :
Produk protein sel tunggal sangat bergantung pada perkembangbiakan skala besar dari mikroorganisme tertentu yang diikuti dengan proses pendewasaan dan pengolahan menjadi bahan pangan.
Kualitas :
Dari segi kualitas, protein sel tunggal memiliki protein yang sangat tinggi. Adapun komposisi zat makanan dalam BK0 adalah: protein kasar 8-75%, karbohidrat 4-40%, lemak 1-6%, abu 4-45%, biological value protein dari algae yaitu 50-70%.
Kontyuitas :
            Produk protein sel tunggal sangat bergantung pada perkembangbiakan skala besar dari mikroorganisme tertentu yang diikuti dengan proses pendewasaan dan pengolahan menjadi bahan pangan.
Pemanfaatan :
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan rendah. Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari kapang berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.






DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar Umum. Gramedia. Jakarta.

Anonim. 2012. Protein Sel Tunggal. http://biologipedia.blogspot.com diakses pada tanggal 8 Desember 2012, pukul 01.00 wita.

Biro Pusat Statistik. 1997. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta. hlm. 23.

Dilaga, S.H., 1992. Nutrisi Mineral Makanan Ternak (Kajian Khusus Unsur Selenium). Akademika Presindo, Jakarta.

Maskur, M.F. dan M. Sihombing, 2003.  Permintaan Industri Pakan Masih Besar, Pengembangan Jagung Hibrida Terbuka Lebar.  www.bisnis.com

Widodo, Wahyu, Dr.Ir. 2010. Bahan Pakan Unggas Non-Konvensional. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Winarno, F.G.  1995.  Enzim Pangan.  Gramedia, Jakarta.

Wikipedia, 2012. Protein Sel Tunggal. www.wikipedia.org/wiki. diakses pada tanggal 8 Desember 2012, pukul 01.00 wita.

Wikipedia, 2012. Shorgum. www.wikipedia.org/wiki. diakses pada tanggal 8 Desember 2012, pukul 01.00 wita.

                                                      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar