Minggu, 14 Februari 2016

Terima Kasih Pagandeng Makassar



Sayuurrrr.. Sayurrrr... Adama’.. Suara teriakan panjang nan tegas memenuhi udara di sebuah kompleks. Sesekali suara itu disertai dengan iringan klakson motor. Satu dua orang pun mulai mendekat untuk mengerumuni sumber suara, memilih dan membeli keperluan dapur yang nantinya dimasak memenuhi kebutuhan perut. Sang penggelar dagangan nampak sibuk meladeni pembeli, memilih dan mengemas sayuran yang nampak hijau dan segar.

Dia adalah Daeng Gassing, seorang pedagang sayur keliling yang menjajakan dagangannya dengan mengendarai motor yang dibelakangnya diberi keranjang atau dalam keseharian masyarakat Makassar disebut pagandeng sayur. Sudah 20 tahun Daeng Gassing berjualan sayur, dekade lalu dia berdagang sayuran di salah satu pasar tradisional di pusat kota Makassar. Namun seiring perbaikan Kota Makassar untuk menjadi salah satu kota dunia, pasar tradisional yang tak terawat dan kotor mulai dibongkar. Dikemas lebih ciamik dan cantik dengan harga sewa tempat yang menjadi mahal sehingga Daeng Gassing memutuskan untuk berhenti berjualan di sana dan memilih untuk berjualan keliling saja. Selain tak perlu keluar duit sewa, dia juga mengerti kemauan konsumen yang selalu ingin hal praktis dan efesien. Segala hal tinggal di panggil saja, tak perlu jauh-jauh ke pasar lagi karena sekarang pagandeng sayur, ikan, bahkan mainan anak pun secara rutin keliling kompleks tertentu untuk menjajakan dagangannya.
 
Daeng Gassing dan gandengan sayur-nya

Saya sendiri sangat tertolong dengan keberadaan pagandeng seperti Daeng Gassing. Bukan tanpa alasan, aktivitas saya sebagai seorang mahasiswa dengan tugas dan kegiatan yang padat membuat saya perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Belum lagi keberadaan saya sebagai anak rantau yang jauh dari orang tua membuat saya harus mandiri dan memenuhi segala keperluan secara sendiri. Khusus untuk keperluan perut, saya mengandalkan Daeng Gassing untuk mencukupi kebutuhan serat dan vitamin saya.

Setiap pagi saya akan membeli beberapa jenis sayuran dan buah untuk kemudian diolah menjadi lauk makan siang dan malam. Disini keberadaan pagandeng secara tidak langsung ikut menjalankan amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyediaan pangan yang bergizi dan sehat. Kita tak perlu lagi jauh-jauh ke pasar yang jaraknya beberapa kilometer hanya untuk mencari satu-dua item kebutuhan yang kurang. Mahasiswa di sekitar kompleks pondokan Universitas Hasanuddin juga tidak perlu sering-sering mengandalkan mie instan untuk kebutuhan perut, sebab para pagandeng sayur dan ikan secara rutin tiap pagi menjajakan kebutuhan kita. 

****

Di suatu kesempatan saya pernah mendengar curhatan dari Daeng Taba, seorang pagandeng ikan di kompleks pondokan Unhas. Sebenarnya dia sudah cukup tua untuk berkeliling menjajakan ikan ke wilayah-wilayah di Makassar, dia mau menjalankan usaha di rumah saja. Dia memiliki impian untuk membuka warung sop dan ikan bakar di depan rumahnya, apalagi sang istri katanya cukup mahir dalam meracik masakan tersebut.

Tapi sayang, mereka tidak mempunyai cukup modal untuk mewujudkan usaha tersebut. Dia telah memiliki lokasi warung yang menurutnya cukup ramai dilewati pengendara, belum lagi pengalamannya bertahun-tahun sebagai pagandeng ikan membuatnya tak perlu khawatir kehilangan stok ikan segar. Namun karena modalnya tak cukup, maka keinginan tersebut dia urungkan. Daeng Taba sempat berkeinginan untuk meminjam uang pada tengkulak atau rentenir, selain administrasinya mudah dananya pun cepat cair. Namun kemudian dia berpikir dua kali, dia takut nantinya tak bisa mengembalikan uang tersebut sebab bunga pinjaman yang diberikan sangat tinggi. “Tobatma’ berhubungan sama rentenir karena sudah ka’ dulu pinjam, na susah saya kasi kembali. Tinggi dudui bunga na, nda mau ma”, begitu kata Daeng Taba.

Saya kemudian mengusulkan agar dia meminta pinjaman ke bank saja, namun lagi-lagi Daeng Taba enggan. Ya! Bagi pagandeng seperti Daeng Taba dan Daeng Gassing, bank bukanlah sebuah tempat yang ramah untuk dikunjungi. Bagi mereka bank hanyalah tempat untuk orang-orang kaya saja, sedangkan orang-orang kecil seperti mereka cukuplah berurusan dengan rentenir atau tengkulak saja.

Entah rasa minder atau tingkat pendidikan yang rendah menjadi penyebabnya, mereka lebih memilih meminjam dana dengan bunga tinggi pada rentenir daripada harus ke bank. Padahal pemerintah sendiri sejak tahun 2007 telah menjamin seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan kredit usaha rakyat. Salah satu bank yang menyediakan pinjaman tersebut adalah BTPN.

****

BTPN merupakan singkatan dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional. Bank ini sudah berdiri sejak tahun 1958 di Bandung dengan nama Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil). Pada tahun 2011, BTPN meluncurkan program Daya. Sebuah program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha. Program ini sendiri menawarkan kesempatan kepada seluruh stakeholder BTPN untuk berpartisipasi dalam misi memberdayakan jutaan mass market di Indonesia. Nasabah BTPN mencakup komunitas pra-sejahtera produktif, pensiunan, dan pelaku usaha mikro, kecil & menengah (UMKM) seperti halnya Daeng Taba dan pagandeng lainnya di Makassar.

Untuk solusi permasalahan yang dihadapi Daeng Taba di atas, saya menyarankan agar dia memilih layanan Paket MU Bebas, dengan besar pinjaman berkisar antara 1-50 juta dalam jangka waktu 2 tahun. Dimana Daeng Taba tidak perlu pusing mengenai jaminan atau agunan sebab layanan ini memberikan kredit tanpa jaminan, waktu proses yang cepat hanya dua sampai tiga hari, terlebih lagi dia akan mendapatkan pengembangan dan pelatihan inovatif untuk memaksimalkan kemampuannya sehingga usaha mereka dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Fasilitas Kredit PaketMU Bebas dari BTPN

 Saya sendiri sangat bangga dengan keberadaan BTPN. Mereka lebih fokus pada pengembangan sektor wirausaha dan UMKM. Apalagi, sektor usaha kecil menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia, usaha mikro sendiri mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90,12% atau lebih dari seratus juta jiwa. Bayangkan bila sektor ini tidak berkembang dan mati, berapa banyak pengangguran baru yang akan muncul di Indonesia? Tentunya beda cerita bila sektor ini terus berkembang dan bertambah, berapa banyak pengangguran yang akan diserap? Berapa banyak masyarakat yang akan diberdayakan? Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan terhadap sektor usaha kecil, perlu mengenalkan semangat wirausaha kepada para pedagang kecil seperti halnya para pagandeng untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka perlu didorong untuk lebih berani mencoba peluang yang baru, perlu disokong dengan bantuan dana untuk meningkatkan pendapatan mereka, salah satunya dengan memberikan kelonggaran dan kemudahan untuk mendapatkan modal usaha seperti halnya yang dilakukan oleh BTPN.

Dengan menabung di BTPN maka secara tidak langsung kita telah membantu memberdayakan jutaan mass market di Indonesia, termasuk di dalamnya Daeng Taba dan pagandeng-pagandeng lainnya di Makassar. Sebagai langkah awal, anda dapat mengikuti simulasi menabung untuk memberdayakan di sini.
Contoh Simulasi Menabung di BTPN
 Sebagai contoh, apabila saya menabung setiap bulannya sebesar Rp.2.500.000 dalam jangka waktu lima tahun maka kemudian dana saya dapat tumbuh menjadi Rp.170.885.649. Fantastis! Hal ini sangat menguntungkan dibanding bila saya hanya menyimpan uang di bawah kasur, dengan dana dan jangka waktu yang sama saya hanya mendapat Rp.150.000.000 ( 2,5 juta x 5 tahun x 12 bulan), belum lagi pahala yang akan kita dapat karena telah ikut serta memberikan kesempatan bagi para pelaku mass market untuk mengembangkan usahanya. Luar biasa.
****
 Ini Daeng belanjaan sama kembalian ta’. Jangki bosan belanja sama saya di’! klau ada sayur dimaui tidak kujual pesan meki saja. Besok saya bawakan. Suara Daeng Gassing menyadarkan lamunan saya. Tak pernah terbayangkan oleh saya, kalau keberadaan para mass market seperti para pagandeng ini sangat membantu kehidupan saya sehari-hari. Terlebih lagi berbincang dengan mereka mengajarkan saya tentang makna dan perjuangan hidup yang sesungguhnya. Dengan bergegas saya mengucapkan terima kasih kepada Daeng Gassing sembari dalam hati saya mendoakan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rezeki yang melimpah bagi hamba-hambanya yang senantiasa mau berjuang dalam kehidupan. Rezeki yang melimpah bagi Daeng Gassing, Daeng Taba, para pagandeng dan pelaku mass market lainnya di seluruh Indonesia. *



Makassar, 14 Februari 2016