Kamis, 05 Maret 2015

Menggelorakan Cinta Kebangsaan



Maka nikmat Tuhan mu yang mana lagi yang engkau dustakan? Hidup di negeri yang begitu kaya. Limpahan laut luas yang menyegarkan mata, daratan hijau yang menenangkan hati. Gugusan pulau-pulau menawan yang membentang dari Merauke hingga ke Sabang. Belum lagi ratusan juta manusia dengan beragam khazanah, berjuang bersama untuk menjadi “manusia-manusia Indonesia”. Indonesia adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Sudahkah kita mensyukurinya? ataukah kita masih menolak dan mengingkarinya?
Wawasan Kebangsaan dan Kecintaan Terhadap Indonesia.
Bangsa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti kelompok masyarakat yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa dan sejarahnya. Bangsa merupakan sekelompok manusia yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dan memiliki rasa persatuan yang timbul karena kesamaan pengalaman sejarah, serta memiliki cita-cita bersama yang ingin dilaksanakan. Sedangkan kebangsaan merupakan sifat atau ciri yang menandai golongan suatu bangsa. Kebangsaan adalah salah satu bentuk rasa cinta yang melahirkan jiwa kebersamaan pemiliknya.
Konsep mengenai wawasan kebangsaan pertama kali muncul saat negara Indonesia sedang mengalami penjajahan, pada masa itu perjuangan kemerdekaan dilakukan dengan cara kedaerahan, bersifat lokal dan ternyata tidak membawa hasil nyata karena belum adanya persatuan dan kesatuan. Barulah kemudian dengan adanya kebangkitan nasional yang dipertegas dengan kelahiran Sumpah Pemuda pada tahun 1928 memunculkan kesadaran bahwa untuk mencapai kemerdekaan dibutuhkan perjuangan yang bersifat nasional dan berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa Indonesia.
Wawasan kebangsaan Indonesia merupakan wujud penolakan atas segala bentuk diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna kulit, golongan agama, kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan Indonesia bertujuan untuk membangun dan mengembangkan persatuan dan kesatuan yang pada akhirnya berujung pada sikap kecintaan terhadap Indonesia. Diharapkan konsep kebangsaan dapat menumbuhkan kemauan pada “manusia-manusia Indonesia” untuk merawat, memelihara dan melindungi bangsa kita dari segala bentuk bahaya yang mengancam, termasuk bahaya penjajahan dimasa lampau, sekarang maupun dimasa mendatang.
Globalisasi, Penjajahan Masa Kini dan Lunturnya Cinta Kebangsaan.
Globalisasi merupakan salah satu tantangan terbesar bangsa Indonesia di masa kini. Globalisasi yang dianggap sebagai alat pemersatu dunia dapat mengancam tatanan kehidupan masyarakat terlebih akan hilangnya nilai-nilai pemersatu bangsa seperti wawasan kebangsaan dan kecintaan terhadap Indonesia. Selain globalisasi, penjajahan masa kini terwujud dalam berbagai bentuk dan cara, sebut saja kemiskinan, ketimpangan sosial, ketergantungan produk impor dan utang luar negeri yang semakin menumpuk. Budaya koruptif serta perilaku hedonis yang menjangkiti semua ka­langan menjadi bukti nyata masih kuatnya cengkeraman penjajahan di Indonesia.
Terlebih lagi adanya kelunturan cinta kebangsaan dan kebanggaan sebagai “manusia-manusia Indonesia” menandakan bahwa secara terencana, terstruktur, sistematis, dan masif kita semakin menjauh dari akar nilai-nilai luhur budaya bangsa. Tak sedikit berita yang memperlihatkan kelunturan rasa nasionalisme kebangsaan kita, peristiwa seperti perang antar suku, pemberontakan, tawuran antar warga menunjukkan semakin pudarnya sifat keindonesiaan kita. Akan menjadi sebuah bencana apabila degradasi ini akan terus berlanjut sehingga kecintaan dan kebanggaan kita akan semakin luntur dan berganti dengan budaya baru.
Semakin banyak saja masyarakat Indonesia yang mengadopsi budaya bangsa lain. Mereka cenderung malu mendengarkan dan melestarikan musik tradisional dan lebih memilih untuk mendengar musik kpop maupun barat. Anak muda merasa lebih keren kalau bisa makan di restoran fast food menikmati pizza atau burger dibanding menikmati makanan tradisional yang jelas jauh lebih nikmat dan sehat. Belum lagi kasus pencurian dan klaim berbagai kebudayaan kita oleh bangsa lain seperti tempe, tari pendet, bahkan lagu “rasa sayange” yang diklaim oleh negara tetangga. Kita baru marah saat kasus pencurian kebudayaan itu sedang marak-maraknya, namun selang beberapa saat kemudian kita sudah lupa tentang kasus kemarin dan kita baru kembali marah saat yang lain ikut diklaim tanpa melalukan tindakan pencegahan.
Menggelorakan Cinta Kebangsaan
            Cinta merupakan anugerah lain yang diberikan oleh Tuhan. Hanya kekuatan cinta yang mampu mendamaikan dunia, meredakan amarah dan membuat kebahagiaan bagi setiap orang. Salah satu solusi yang mampu membuat kita bertahan di tengah globalisasi adalah dengan menggelorakan cinta kebangsaan. Kita perlu menyuburkan kembali rasa kecintaan terhadap bunga Indonesia yang semakin gersang dan layu, kita perlu menambahkan pupuk, menyiram, merawat dan melindunginya dari segala ancaman yang dapat membuatnya mati.
Hal sederhana yang bisa dengan mudah kita lakukan mulai saat ini adalah terus memupuk rasa bangga menjadi orang Indonesia, menggelorakan rasa cinta kebangsaan. Menanamkan pola pikir untuk mencintai tanah air, suku bangsa dan bahasa Indonesia yang luhur. Menunjukkan sifat Indonesia yang penuh adab santun, toleransi, dan cinta damai. Menjunjung tinggi bahasa dan budaya Indonesia sebagai tanda martabat kita. Terus memperkuat karakter dan kepribadian sebagai bangsa yang merdeka, unggul, mandiri dan berdaulat. Dengan tegas menolak paham-paham yang tidak sesuai dengan nasionalisme kita. Belajar mencintai produk lokal, memainkan dan mendengarkan musik tradisional, tidak malu makan jajanan dan kuliner tradisional, menghargai dan mengembangkan warisan tradisional bangsa. Membeli dan menggunakan produk dalam negeri. Mengapresiasi karya-karya seni dan produksi “manusia-manusia Indonesia”. Dan hal yang paling penting adalah dengan selalu bersyukur, mensyukuri kelahiran kita di Indonesia, negeri yang indah dan berkelimpahan, dimana semua hal yang kita inginkan dapat dengan mudah terpenuhi. Jadi jangan pernah berpaling! Kecuali kalau kau memang benar-benar sudah tak cinta lagi.


Bahan Bacaan:
Enthus Susmono. Mengindonesiakan Indonesia. Suara Merdeka edisi 21 Agustus 2014
Herni Susanti. 2014. Makna Kebangkitan Nasional. Okezone News edisi 20 Mei 2014.
Yudi Latif. Kelahiran Kekuatan Mencintai. Kompas edisi 15 Januari 2013.