Kamis, 10 Oktober 2013

MAKALAH WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM : PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Konsep Negara Kepulauan (Nusantara) memberikan kita anugerah yang luar biasa. Letak geografis kita strategis, di antara dua benua dan dua samudra dimana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur Tengah dan Asia Selatan ke wilayah Pasifik, dan sebaliknya, harus melalui perairan kita. Wilayah laut yang demikian luas dengan 17.500-an pulau-pulau yang mayoritas kecil memberikan akses pada sumber daya alam seperti ikan, terumbu karang dengan kekayaan biologi yang bernilai ekonomi tinggi, wilayah wisata bahari, sumber energi terbarukan maupun minyak dan gas bumi, mineral langka dan juga media perhubungan antar pulau yang sangat ekonomis.
Panjang pantai 81.000 km (kedua terpanjang di dunia setelah Canada ) merupakan wilayah pesisir dengan ekosistem yang secara biologis sangat kaya dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara metereologis, perairan nusantara menyimpan berbagai data metrologi maritim yang amat vital dalam menentukan tingkat akurasi perkiraan iklim global. Di perairan kita terdapat gejala alam yang dinamakan Arus Laut Indonesia (Arlindo) atau the Indonesian throughflow yaitu arus laut besar yang permanen masuk ke perairan Nusantara dari samudra Pasifik yang mempunyai pengaruh besar pada pola migrasi ikan pelagis dan pembiakannya dan juga pengaruh besar pada iklim benua Australia.
            Karena memiliki sejarah kemaritiman dan potensi sumberdaya kemaritiman yang besar maka muncullah gagasan pembangunan Benua Maritim Indonesia. BMI adalah bagian dari system planet bumi yang merupakan satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan udara diatasnya, tertata secara unik, menampilkan cirri – ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca, keadaan airnya, tatanan kerak bumi, keragaman biota, serta tatanan social budayanya yang menjadi yuridiksi NKRI yang secara langsung maupun tidak langsung akan menggugah emosi, perilaku dan sikap  mental dalam menentukan orientasi dan pemanfaatan unsur – unsur maritim di semua aspek kehidupan.
Hal inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana pembangunan Benua Maritim Indonesia. Oleh karena itu penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang  pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan yang dikaji.

I.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu
a)      Bagaimana konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia?
b)      Bagaimana keadaan dan masalah maritim di Indonesia?
c)      Bagaimana kendala umum dalam pemanfaatan wilayah nusantara?
d)     Bagaimana pembangunan maritim Indonesia jangka panjang?
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :
a)      Untuk mengetahui konsep pembangunan Benua Maritim Indonesia
b)      Untuk mengetahui keadaan dan masalah maritim di Indonesia
c)      Untuk mengetahui kendala umum dalam pemanfaatan wilayah nusantara
d)     Untuk mengetahui pembangunan maritim Indonesia jangka panjang
I.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
a)      Dapat dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan, berbagai keadaan dan masalah kemaritim, serta pembangunan maritim Indonesia jangka panjang
b)      Dapat dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah



BAB II
PEMBAHASAN

II. 1 Benua Maritim Indonesia
Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Ketika rakyat Indonesia, terutama para pemudanya, melancarkan gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia yang dimulai dengan menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928, banyak pihak yang mengatakan bahwa kebangsaan Indonesia adalah satu illusi belaka. Di antara mereka tidak hanya terdapat kaum politik kolonialis yang tidak sudi melihat Indonesia merdeka, tetapi juga pakar ilmu sosial yang melihat persoalannya dari segi ilmiah. Malahan ada pula orang Indonesia yang terpengaruh oleh sikap dan pandangan kolonial itu dan turut berpikir serta berbicara seperti pihak penjajah.
Memang Indonesia adalah satu kenyataan dan diteguhkan oleh ridho Illahi dalam wujud kehidupan bangsa merdeka yang pada tahun 1945 telah berlangsung 50 tahun. Kenyataan itu semua menolak segala kesangsian, baik yang bersifat ilmiah maupun politik, bahwa Indonesia hanya mungkin ada karena dan kalau dijajah. Dalam 50 tahun bangsa Indonesia berhasil mengatasi segala usaha pihak lain yang hendak merontohkan Indonesia, dari luar maupun dari dalam. Bangsa Indonesia pun berhasil memperoleh pengakuan eksistensinya dari semua bangsa di dunia, termasuk dari bekas penjajahnya. Selain itu bangsa Indonesia berhasil memperoleh pengakuan bahwa wilayah Republik Indonesia yang meliputi Kepulauan Nusantara merupakan satu kesatuan geografi. Dunia internasional mengakui eksistensi satu Benua Maritim Indonesia.
Namun demikian bangsa Indonesia sepenuhnya pula sadar bahwa bangsa Indonesia terdiri dari sekian banyak suku dan golongan, masing-masing dengan kebudayaannya sendiri. Demikian pula adanya kemungkinan bahwa rakyatnya melihat perairan yang ada antara pulau-pulau bukan sebagai penghubung melainkan sebagai pemisah pulau satu dengan yang lain. Sebab itu bangsa Indonesia mengambil sebagai semboyan nasionalnya Bhinneka Tunggal Eka atau Kesatuan dalam Perbedaan. Timbul pula kesadaran bahwa dapat timbul kerawanan nasional kalau tidak ada pendekatan secara tepat. Pihak lain yang tidak mau melihat bangsa Indonesia maju pasti akan memanfaatkan kerawanan demikian.
Maka untuk menjamin agar kesatuan Indonesia selalu terpelihara, bangsa Indonesia melahirkan Wawasan Nusantara. Pandangan itu adalah satu konsepsi geopolitik dan geostrategi yang menyatakan bahwa Kepulauan Nusantara yang meliputi seluruh wilayah daratan, lautan dan ruang angkasa di atasnya beserta seluruh penduduknya adalah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan-keamanan. Agar bangsa Indonesia mencapai tujuan perjuangannya, yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, Wawasan Nusantara harus diaktualisasikan dan tidak tinggal sebagai semboyan atau potensi belaka.
Untuk memperoleh aktualisasi Wawasan Nusantara ada tiga kendala utama, yaitu :
Satu, Indonesia belum menjalankan manajemen nasional yang memungkinkan perkembangan seluruh bagian dari Benua Maritim itu. Meskipun pada tahun 1945 para Pendiri Negara telah mewanti-wanti agar Republik Indonesia sebagai negara kesatuan memberikan otonomi luas kepada daerah agar dapat berkembang sesuai dengan sifatnya, namun dalam kenyataan selama 50 tahun merdeka Indonesia menjalankan pemerintahan sentralisme yang ketat. Akibatnya adalah bahwa pulau Jawa dan lebih-lebih lagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia, mengalami kemajuan jauh lebih banyak dan pesat ketimbang bagian lain Indonesia, khususnya Kawasan Timur Indonesia. Kalau sikap demikian tidak segera berubah maka tidak mustahil kerawanan nasional seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dapat menjadi kenyataan yang menyedihkan. Rakyat yang tinggal di luar Jawa kurang berkembang maju dan merasa tidak puas dengan statusnya. Apalagi melihat kondisi dunia yang sedang bergulat dalam persaingan ekonomi dan menggunakan segala cara untuk unggul dan memenangkan persaingan itu.
Dua, meskipun segala perairan yang ada di Benua Maritim Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia, namun dalam kenyataan mayoritas bangsa Indonesia lebih berorientasi kepada daratan saja dan kurang dekat kepada lautan. Itu dapat dilihat pada rakyat di pulau Jawa yang merupakan lebih dari 70 persen penduduk Indonesia. Tidak ada titik di pulau Jawa yang melebihi 100 kilometer dari lautan. Dalam zaman dulu sampai masa kerajaan Majapahit dan Demak mayoritas rakyat Jawa adalah pelaut. Akan tetapi sejak sirnanya kerajaan Majapahit dan Demak rakyat Jawa telah menjadi manusia daratan belaka yang mengabaikan lautan yang ada di sekitar pulaunya. Titik berat kehidupan adalah sebagai petani tanpa ada perimbangan sebagai pelaut. Juga dalam konsumsi makanannya ikan dan hasil laut lainnya tidak mempunyai peran penting. Gambaran rakyat Jawa itu juga terlihat pada keseluruhan rakyat Indonesia, yaitu orientasi ke daratan jauh lebih besar ketimbang ke lautan. Untung sekali masih ada perkecualian, yaitu rakyat Bugis, Buton dan Madura dan beberapa yang lain, yang dapat memberikan perhatian sama besar kepada daratan dan lautan. Menghasilkan tidak saja petani tetapi juga pelaut yang tangguh. Gambaran keadaan umum rakyat Indonesia amat bertentangan dengan kenyataan bahwa luas daratan nasional adalah sekitar 1,9 juta kilometer persegi, sedangkan wilayah perairan adalah sekitar 3 juta kilometer persegi. Apalagi kalau ditambah dengan zone ekonomi eksklusif yang masuk wewenang Indonesia. Selama pandangan mayoritas rakyat Indonesia terhadap lautan belum berubah, bagian amat besar dari potensi nasional tidak terjamah dan karena itu kurang sekali berperan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Malahan yang lebih banyak memanfaatkan adalah bangsa lain yang memasuki wilayah lautan Indonesia untuk mengambil kekayaannya.
Tiga, kurangnya pemanfaatan ruang angkasa di atas wilayah Nusantara untuk kepentingan nasional, khususnya pemantapan kebudayaan nasional. Mayoritas rakyat Indonesia belum cukup menyadari perubahan besar yang terjadi dalam umat manusia sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar itu terutama menyangkut teknologi angkutan dan komunikasi. Khususnya komunikasi elektronika sekarang memungkinkan manusia berhubungan dengan cepat dan tepat melalui telpon, televisi, komputer yang menghasilkan E-Mail dan Internet. Letak kepulauan Nusantara sepanjang khatulistiwa amat menguntungkan untuk penempatan satelit yang memungkinkan komunikasi yang makin canggih dengan memanfaatkan ruang angkasa yang terbentang di atas wilayah Nusantara.. Ini sangat penting untuk pembangunan dan pemantapan kebudayaan nasional, khususnya melalui televisi. Namun untuk itu diperlukan biaya yang memadai.
Jelas sekali bahwa masa depan Benua Maritim Indonesia berada pada sikap dan tindakan rakyat Indonesia sendiri, baik yang duduk dalam pemerintahan, dalam dunia akademis dan ilmu pengetahuan maupun dalam dunia swasta untuk mengadakan perubahan terhadap dua kendala ini. Selama pemerintahan yang dilakukan kurang mewujudkan desentralisasi dan otonomi daerah yang memungkinkan setiap daerah berkembang maju dan rakyat pada umumnya belum dapat diubah pandangannya terhadap kelautan, maka Benua Maritim Indonesia hanya akan menunjukkan kemajuan yang terbatas dan tidak sesuai dengan potensinya. Juga aktualisasi Wawasan Nusantara sangat dipengaruhi kemampuan kita memanfaatkan komunikasi dan angkutan secara lebih luas untuk mengembangkan budaya nasional Indonesia atau budaya Nusantara.
Kesatuan sistem politik nampaknya terjamin melalui sentralisme, tetapi dalam kenyataan menimbulkan kerawanan yang berbahaya sebagaimana telah dibuktikan dalam pemberontakan PRRI/Permesta.
Kesatuan sistem ekonomi jelas kurang terjamin oleh karena terjadi kesenjangan yang lebar antara golongan kecil yang menguasai sekitar 70 persen produksi nasional dengan mayoritas rakyat yang masih miskin, diperberat lagi oleh kesenjangan kemajuan ekonomi antara Jawa dan luar Jawa.
Kesatuan dalam sosial budaya juga belum terwujud dengan memuaskan, meskipun UUD 1945 telah menyatakan bahwa kebudayaan nasional Indonesia adalah buah usaha budidaya rakyat Indonesia seluruhnya. Puncak-puncak kebudayaan daerah merupakan bagian kebudayaan Indonesia. Dan perlu ada pengambilan dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan Indonesia. Dalam kenyataan masih belum cukup berkembang kebudayaan nasional Indonesia.
Kesatuan dalam pertahanan-keamanan secara relatif lebih terwujud ketimbang faktor lainnya, hal mana dibuktikan oleh keberhasilan bangsa Indonesia mengatasi semua persoalan hankamnya sejak tahun 1945 hingga sekarang. Akan tetapi dilihat dari kondisi geografi Indonesia belum pula ada pertahanan-keamanan yang sesuai dengan tuntutan Benua Maritim Indonesia. Titik berat hankam masih pada daratan belaka dan itupun baru pada aspek territorial. Kemampuan di lautan dan di udara masih sangat terbatas. Itu berakibat kurang baik, ketika ABRI kurang mampu mencegah masuknya pihak asing yang mengambil kekayaan laut Indonesia secara tidak sah. Memang membangun kekuatan hankam yang seimbang untuk daratan, lautan dan udara tidak murah. Sebab itu perlu lebih dulu ada kemajuan besar dalam pembangunan ekonomi nasional. Itu tidak mungkin tercapai secara optimal kalau kendala di atas masih belum dapat diatasi.
Melihat kondisi dan sifat rakyat Indonesia masa kini nampaknya usaha untuk mengatasi kendala itu harus terutama bersumber pada pemerintah dan dunia swasta. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah yang memungkinkan terwujudnya desentralisasi dan otonomi daerah secara sukses. Pemerintah pula harus menjalankan berbagai usaha untuk menarik lebih banyak perhatian rakyat kepada lautan dan perairan pada umumnya. Kalau pemerintah dapat merekayasa sehingga sebagai permulaan sekitar 5 persen penduduk Indonesia berusaha di laut atau dalam pekerjaan yang bersangkutan dengan usaha laut, pasti keadaan kesejahteraan Indonesia akan berubah. Lambat laun lebih banyak lagi rakyat yang tertarik ke faktor lautan. Selain itu Pemerintah perlu menyelenggarakan siaran radio dan televisi yang menunjang perkembangan budaya nasional Indonesia. Dan mendorong pihak swasta untuk melakukan hal serupa melalui radio dan televisi swasta. Di samping itu pemerintah harus memperhatikan penyelenggaraan pendidikan umum yang bermutu, terutama di luar Jawa, agar semuanya dapat menjalankan desentralisasi dengan efektif dan bermanfaat. Pendidikan itu juga membuka pandangan rakyat terhadap faktor perairan Indonesia yang demikian luasnya.
Pemerintah juga harus mendorong dan memberikan peluang timbulnya usaha swasta yang bersangkutan dengan laut. Mengingat kondisi Kawasan Indonesia Timur, maka perlu diberikan prioritas kepada perkembangan itu di wilayah tersebut. Apalagi di wilayah tersebut luas laut dan kekayaan yang terkandung di dalamnya cukup besar.
Usaha di perairan, khususnya di lautan, beraneka ragam bentuknya. Banyak negara di dunia telah menjadi kaya dan maju karena faktor kelautan. Malahan semua imperium yang pernah menguasai dunia mendasarkan kekuasaannya atas kekuatannya di laut. Itu dimulai oleh Spanyol yang pada abad ke 17 dapat mengatakan bahwa di wilayah kekuasaannya matahari tidak pernah terbenam. Kemudian digantikan oleh Inggeris yang bahkan mempunyai semboyan : Rule Brittania, Rule the Waves ! Setelah Inggeris mundur pada tahun 1940-an, maka digantikan oleh AS yang juga merupakan kekuatan maritim besar. Usaha di lautan menjadikan bangsa-bangsa itu pedagang besar yang memiliki armada angkutan yang besar pula. Demikian pula armada perikanan mereka besar dan turut menambah kekayaan bansganya. Malahan bangsa yang sebenarnya di daratan tidak terlalu besar artinya, seperti Belanda dan Norwegia, telah menjadi kaya dan cukup berkuasa karena mempunyai usaha yang luas di laut.
Adalah aneh sekali bahwa perairan berupa sungai besar, selat dan lautan yang luas dan penuh kekayaan tidak kita manfaatkan dengan baik. Selain menghasilkan makanan berupa ikan dan hasil laut lainnya, perairan kita sangat berguna sebagai sarana untuk angkutan dan gerakan. Hingga kini kita lebih memperhatikan jalan di darat yang tidak murah pembuatan dan pemeliharaannya. Sedangkan perairan sebagai jalan tidak perlu dibuat dan pemeliharaannya relatif sedikit. Banyak bangsa lain sudah memberikan contoh tentang pemakaian perairan sebagai sarana angkutan dan gerakan. Juga lautan kita banyak mengandung bahan tambang yang sekarang baru kita manfaatkan dalam aspek minyak dan gas bumi saja. Dengan teknologi yang maju kita nanti juga dapat memperoleh energi dari laut, apalagi kalau teknologi nuklir sudah mencapai tingkat kemajuan besar dalam teknologi zat air. Yang tidak kalah pentingnya adalah peran kelautan untuk parawisata, terutama di Kawasan Timur Indonesia. Diperlukan usaha swasta yang jauh lebih aktif untuk memanfaatkan perairan Indonesia, termasuk swasta di daerah.
Pemerintah dan swasta harus memberikan perhatian kepada penelitian terhadap berbagai kemungkinan yang dapat diolah dari wilayah Indonesia yang luas, baik daratan maupun perairannya. Apabila kita kurang giat menjalankan itu, kita jangan heran kalau justru bangsa lain lebih banyak mengetahui tentang kondisi wilayah kita. Dan atas dasar pengetahuan itu mengambil kekayaan kita.
Mengenai pemanfaatan ruang angkasa kita untuk kepentingan nasional juga amat penting. Sebab kalau tidak kita sendiri yang memanfaatkan, pasti digunakan pihak lain. Sekarang saja kita sudah mengalami kesulitan besar karena masuknya siaran televisi asing ke setiap rumah tangga melalui pemakaian parabola. Pengaruh dari masuknya budaya asing memang tidak perlu negatif asalkan kita pandai menyaring mana yang bermanfaat bagi kita. Namun kita juga harus sadar bahwa dalam dunia yang penuh persaingan dewasa ini setiap pihak berusaha mempengaruhi bangsa lain. Dengan demikian boleh dikatakan bahwa benteng pertahanan bangsa ada dalam tiap-tiap individu warga negara. Sebab itu kita harus membantu setiap warga negara dengan menyajikan siaran televisi yang mampu bersaing dengan siaran televisi asing. Dengan begitu kewajibannya untuk menyaring pengaruh dari luar akan jauh lebih ringan. Sebab tak mungkin kita memblokir siaran televisi asing, karena teknologi dapat mengatasi setiap hambatan yang artifisial itu. Jalan paling utama adalah penyajian siaran televisi sendiri yang banyak dan tidak kalah menarik serta bermutu. Dalam hal ini peran swasta amat besar dengan makin banyaknya televisi dan radio swasta. Pemanfaatan ruang angkasa untuk komunikasi juga menjadi kepentingan hankam. Sekarang teknologi elektronika sangat besar perannya terhadap pelaksanaan hankam. Tidak saja untuk kepentingan penyebaran informasi, tetapi juga untuk langsung menjadi sarana pengantar (guidance system) sistem senjata. Memang hal itu mengharuskan kita mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi dengan lebih intensif.
Apabila hal-hal di atas dapat kita laksanakan maka aktualisasi Wawasan Nusantara sungguh-sungguh berjalan. Terbentuknya kesatuan politik, kesatuan ekonomi, kesatuan sosial-budaya dan kesatuan pertahanan-keamanan menjadi kenyataan. Maka boleh dikatakan bahwa terwujudnya Benua Maritim Indonesia yang kokoh kuat, maju dan sejahtera serta aman sentosa sangat tergantung pada perkembangan pikiran dan perasaan rakyat Indonesia. Sebagaimana pada permulaan terwujudnya sikap kebangsaan adalah hasil perjuangan pemuda Indonesia, maka hendaknya juga dalam membentuk kesadaran akan makna Benua Maritim Indonesia bagi masa depan bangsa pemuda Indonesia memegang peran utama. Namun kalau dulu pemuda Indonesia bangkit sendiri, sekarang di samping kebangkitan pemuda atas prakarsa sendiri, sebaiknya diadakan pendidikan dan pembinaan pemuda Indonesia menuju ke kondisi yang paling baik buat bangsa Indonesia. Sebab makin banyak terjadi pengaruh terhadap pemuda Indonesia, seperti meluasnya materialisme, yang menarik perhatian pemuda ke arah yang berbeda dari kepentingan negara dan bangsa.


II.2 Keadaan dan Masalah Maritim Indonesia
            Pembangunan maritim Indonesia harus menggali potensi maritim untuk membulatkan akselerasi Pembangunan Nasional yang diselenggarakan. Kenyataannya selama ini potensi maritim belum mendapatkan prioritas penanganan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan. Pembangunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Dalam pengelolaan ini berbagai masalah akan muncul, berbagai konflik akan terjadi yang disebabkan oleh adanya degradasi mutu dan fungsi lingkungan hidup yang antara lain disebabkan karena musnahnya hutan bakau, rusaknya terumbu karang, abrasi pantai, intrusi air lautm pencemaran lingkungan pesisir dan laut serta perubahan iklim global. Berbagai masalah berakar dari:
1.      Masing – masing pelaku pembangunan dalam menyusun perencanaan sangat terikat pada sektornya sendiri tanpa adanya sistem koordinasi baku lintas sektor.
2.      Belum adanya lembaga yang berwenang penuh baik di pusat maupun di daerah yang mempunyai wewenang penentu dalam pembangunan maritim secara utuh
3.      Belum lengkapnya peraturan perundang-undangan yang mengatur kewenangan pengelolaan sumberdaya maritim.
4.      Belum lengkapnya tataruang yang mencakup wilayah pesisir dan laut nasional yang dapat dijadikan sebagai induk perencanaan bagi daerah.
Untuk dapat menjamin efektifitas pembangunan maritim, berbagai masalah tersebut harus dapat diatasi secara tuntas, paling tidak yang terkait dengan:
1.      Penataaan peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan pembangunan maritim yang bersifat lintas sektoral
2.      Pembentukan  wadah untuk penyusunan dan penerapan mekanisme perencanaan dan pengawasan terpadu, pengelolaan yang dikoordinasikan serta pengendalian yang sinkron
3.      Penciptaan dan peningkatan sumberdaya maritim handal dan profesional.
4.      Penataan peraturan perundang- undangan disertai upaya penegakan peraturan hukum yang konsisten
5.      Penetapan tata ruang maritim disertai pola pengelolaan, pemanfaatan dan pendaya gunaannya
6.      Sistem pengumpulan dan pengelolaan informasi maritim yang dapat diakses secara luas.
7.      Memperbesar kemampuan pengadaan sumber dana yang dapat diserap dalam upaya pembangunan maritim dengan kemudahannya
8.      Pembentukan wadah untuk menyuburkan upaya penelitian dan pengembangan maritim untuk dapat mempermudah penerapan ilmu dan teknologi kelautan, utamanya bagi nelayan tradisional
II. 3 Kendala Umum dalam Pemanfaatan Wilayah Nusantara
Adapun berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut berikut :
1.      Lautan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemanfaatan laut terutama sebagai sumber pangan belum optimal. Pemanfaatan perikanan baru sekitar 35 % dari potensi yang ada. Masalah yang dihadapi adalah : kualitas tenaga kerja dalam eksploitasi dan budidaya laut masih kurang. Jumlah dan tingkat teknologi sarana penangkapan dan pengelolaan masih perlu ditingkatkan
2.      Lautan dan dasar lau sebagai sumber bahan dasar dan sumber energy. Berbagai mineral dan bahan baku industri letaknya pada laut yang kedalamannya lebih dari 200 m. masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan laut sebagi sumber bahan baku dan sumber energy adalah kurangnya tenaga ahli dan terampil yang mampu mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber- sumber tersebut di dalam , disamping masalah permodalannya
3.      Lautan sebagai medan kegiatan industri. Pemanfaatan laut sebagai medan kegiatan industri belum efektif dan efesien. Masalahnya antara lain adalah belum meratanya kegiatan industri
4.      Laut sebagai tempat bermukim dan bermain. Pemanfaatan laut sebagai tempat bermukim bagi sebagian suku laut seperti suku Badjo, suku anak lau, belumlah diatut dan dikelola dengan baik. Demikian halnya laut sebagai tempat bermain/ olahraga seperti selancar, diving, dsb.
5.      Laut sebagai medan hamkamnas. Bidang hamkamnas sangan dominan pada laut sebagai media penting dalam kegiatan hamkamnas. Permasalahan yang dihadapi adalah terbatasnya sarana untuk pertahanan dan keamanan di laut.
6.      Laut sebagai zona ekonomi ekslusif Indonesia. Dengan diberlakukannya konvensi PBB tentang hukum laut tahun 1982 (UNCLOS 82) maka Indonesia sebagai salah satu Negara yang diuntungkan, masalahnya adalah semua potensi sumberdaya yang terdapat di ZEEI yang hak pengelolaannya diberikan kepada Indonesia belum bisa diketahui secara pasti, apalagi dimanfaatkan sebagai sumber pambangunan.
II. 4 Pembangunan Maritim Indonesia Jangka Panjang
Saat ini dapat diidentifikasikan bahwa sedikitnya terdapat 12 unsur pembangunan maritim yang terdiri atas : perikanan, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari , tenaga kerja kelautan, pendidikan kelautan, masyarakat bahari dan desa pantai, hukum tata kelautan, penerangan bahari, survey pemetaan dan iptek kelautan, dan sumber daya alam dan lingkungan hidup laut dan pantai. Namun didasarkan pada asa maksimal, lestari, daya saing, prioritas, bertahap, berlanjut dan konsisten, maka hanya terdapat lima elemen utama yang dijadikan sebagai focus pembangunan maritim, yaitu: perikanan, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, serta pariwisata bahari. Untuk mewujudkan hal tersebut maka disusunlah pembangunan maritim Indonesia jangka panjang, dalam Pembangunan jangka panjang II Maritim Indonesia dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun) pentahapannya dilakukan sebagai berikut
1.      Pelita VII penekanan dilakukan pada perikanan dan pariwisata bahari dengan tanpa mengesampingkan pengembangan sumberdaya manusia dan iptek maritim yang sesuai
2.      Pelita VIII penekanan diletakkan pada perikanan, perhubungan laut dan pariwisata bahari seiring dengan pengembangan iptek dan SDM yang diperlukan
3.      Pelita IX penenkannya diletakkan pada perhubungan laut, pariwisata bahari seiring dengan peningkatan iptek dan SDM
4.      Pelita X penekanan diletakkan pada pertambangan dan energy seiring dengan pengembangan SDM dan iptek yang diperlukan
5.      Khusus pada pelita VII kelima elemen pembangunan maritim Indonesia diarahkan pada sektor perikanan, daya saing dalam globalisasi, perhubungan laut, industri maritim, pertambangan dan energy, pariwisata bahari yang diproyeksikan dengan kebutuhan SDM dan IPTEK yang sesuai.

 
 


BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
            Dari hasil pembahasan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:
a)    Benua Maritim Indonesia adalah hasil perjuangan bangsa Indonesia melawan segala pihak yang tidak mau melihat bangsa Indonesia yang merdeka dan bersatu di Kepulauan Nusantara yang merupakan satu keutuhan geografis. Konsep BMI muncul sebagai salah satu cara untuk mengekplorasi berbagai sumber daya alam yang ada di Indonesia khususnya sumber daya kemaritiman.
b)   potensi maritim belum mendapatkan prioritas penanganan secara proporsional sehingga berbagai kendala tak pernah dapat diatasi secara tuntas, terutama menyangkut upaya memelihara langkah dan keterpaduan pembangunan. Pembangunan maritim memerlukan sistem pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.
c)    Terdapat berbagai kendala umum yang muncul dalam rangka pemanfaatan laut wilayah nusantara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, terkait dengan fungsi dan kedudukan laut, seperti kurangnya tenaga ahli, belum meratanya kegiatan industri, maupun belum adanya pengaturan dan pengelolaan yang baik/
d)   Pembangunan maritim Indonesia jangka panjang diwujudkan dalam  Pembangunan jangka panjang II Maritim Indonesia yang dilakukan secara bertahap, dengan waktu yang masih tersisa 4 pelita (20 tahun).

III.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan mengkaji lebih dalam mengenai pembangunan Benua Maritim Indonesia, meliputi konsep pembangunan, berbagai keadaan dan masalah kemaritim, serta pembangunan maritim Indonesia jangka panjang



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Kemaritiman Indonesia. http://sayidiman.suryohadiprojo.com/. Diakses pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 02.00 wita

Anonim. 2011. Kendala Pengelolaan Kelautan. Http://wahyuan.wordpress.com
                 Diakses pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 02.00 wita

Dahuri, Rokhmin dan Jacob Rais. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Guan, John. 1997. Keahlian Pelaut dan Ilmu Pelayaran. Bandung : Tarsito

Tim Pengajar WSBM Universitas Hasanuddin. 2012. Himpunan Materi Kuliah Wawasan Sosial Budaya Maritim. Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

 
 

MAKALAH  WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM
PEMBANGUNAN BENUA MARITIM INDONESIA


DISUSUN OLEH

KELOMPOK 9

M. ASFAR SYAFAR         i111 12 286
IRENE F PASINO              i111 12 296
MISWAR YAKUB             i111 12 282
AGUS MAULANA             i111 12 266
IBRAHIM                            i111 12 278
MUHAMMAD AQIL         i111 12 307


UNIT PELAKSANA TEKNIS MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Pembangunan Benua Maritim Indonesia
Terselesainya makalah  ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 8 Mei 2013


Kelompok 9





3 komentar: