Teaja baju
begitu, mauku saya yang merk billabong atau planet surf! (saya tidak mau baju begitu, saya maunya yang merk billabong atau
planet surf). Ini adalah kalimat yang saya dapati ketika menemani adik saya
berbelanja baju di salah satu toko di Makassar. Ya! adik saya gengsi memakai
brand lokal dan ikut-ikutan menggunakan merk luar, biar gaul katanya, ikut
trend dengan kawan-kawan yang lain. Tapi eh, itu dulu. Beberapa tahun silam,
sebelum distro-distro menyerbu tempat kelahiran saya. Kami harus jauh-jauh ke
Makassar untuk mencari pakaian model terbaru yang sedang hits.
Distro
menyerang, Produk Impor meradang.
Distro
merupakan singkatan dari Distribution Store atau Distribution Outlet,
semacam toko yang menerima titipan dari berbagai macam brand clothing
company lokal, umumnya mereka memproduksi sendiri produknya, dibuat
terbatas dengan harga yang ramah di kantong anak muda. Distro yang memang
menyasar konsumen anak muda sangat tahu bagaimana sifat anak muda sekarang yang
selalu ingin tampil trendi, berbeda dan anti mainstream sehingga
dibuatlah produk-produk yang limited edition dan kekinian.
Distro sendiri
merupakan usaha yang hampir keseluruhan pelakunya adalah generasi muda, dari
produsen, penjual bahkan pembelinya sendiri pun dari anak muda. Perkembangan
distro yang sangat pesat secara tidak langsung menumbuhkan kecintaan anak muda
pada brand- brand lokal. Anak muda semakin sadar kalau produk-produk
distro yang asli buatan anak negeri ternyata tidak kalah keren dan kreatif dari
produk luar. Secara perlahan anak muda mulai beralih dan melirik brand-brand
lokal yang ada di distro. Produk luar negeri yang umumnya dibuat dalam jumlah unlimited
pun mulai ditinggalkan anak muda, katanya modelnya pasaran, belum lagi maraknya
penjiplakan produk luar, munculnya produk-produk kawe semakin mendorong
anak muda beralih ke produk-produk lokal. Hal ini tentunya sangat baik dalam
menanamkan rasa kecintaan pada produk Indonesia, mendorong peningkatan ekonomi
bangsa, dan memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia bersaing dalam Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Jollorock,
Bulukumba Keren dan Kearifan Lokal.
Salah satu local
brand yang banyak diminati di Sulawesi Selatan saat ini adalah brand Jollorock.
Brand ini sendiri bukanlah asli berasal dari Ibu Kota Provinsi,
melainkan local brand yang berasal dari Bulukumba, Kabupaten yang
terletak di wilayah paling selatan Pulau Sulawesi. Bagaimana local brand
yang pusat produksinya berjarak ± 200 Km dari Kota Makassar ini mampu melakukan
penetrasi pasar hingga ke pusat kota? Menjadi salah satu local brand
yang diminati anak muda SulSel? Berikut ulasannya.
Jollorock
sendiri merupakan pengembangan dari kata joloro atau jolloro
(bahasa bugis) yang berarti jenis perahu berpapan yang umumnya digunakan untuk
memancing maupun sarana transportasi masyarakat Bugis, perahu ini memiliki bodi
ramping yang mampu memotong ombak dan bergerak lincah di atas laut. Kemudian
kata ini dimodifikasi dengan kata rock mengacu pada salah satu aliran
musik yang disukai anak muda. Melalui penamaan brand ini kita dapat
melihat inovasi dan originalitas anak muda dalam melestarikan kebudayaan lokal
yang dikolaborasi dengan selera dan watak anak muda yang kekinian.
Pada awalnya
Jollorock hanya melakukan produksi secara kecil-kecilan dan mengandalkan media
sosial sebagai saranan pemasaran, namun lambat laun seiring meningkatnya minat
masyarakat khususnya anak muda terhadap brand ini maka dibangunlah distribution
store Jollorock yang beralamat di Jl. Dr. Moh. Hatta No.75 Bulukumba. Brand
ini mengangkat tagline #BulukumbaKeren dengan menyisipkan nilai-nilai
lokal dan kearifan masyarakat Bugis pada produk yang dibuat. Adapun beberapa
produk Jollorock dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber foto: https://instagram.com/jollorock/
Selain
mengangkat tema-tema yang unik dan kekinian, Jollorock mengusung nilai budaya
setempat sebagai ajang promosi budaya sekaligus melestarikan kearifan lokal, contohnya:
kebanggaan masyarakat Bugis sebagai pelaut, Pasang (petuah) orang-orang
terdahulu, ataupun kearifan masyarakat Kajang yang dikenal sebagai salah satu
masyarakat adat yang sangat ketat menjaga dan melindungi peradabannya. Melalui
produk- produknya, Jollorock tidak hanya local brand yang sekedar
mencari keuntungan, melainkan promosi budaya dan misi pelestarian pun secara
tidak langsung mereka jalankan. Selain itu konsistensi Jollorock juga nampak
dari design dan edisi produk yang selalu dibuat berbeda setiap bulannya,
bahkan konsep limited yang disukai anak muda juga dipertahankan dengan
hanya mengeluarkan 12 buah disetiap edisi yang dipasarkan. Kualitas bahan,
proses produksi dan pelayanan juga dijalankan secara ketat untuk menghasilkan
produk yang bernilai saing sehingga mampu mendapatkan kepercayaan masyarakat
sebagai salah satu produk Indonesia yang berkualitas.
Jollorock
menjadi salah satu bukti bagaimana local brand yang berasal dari pelosok
mampu bersaing dan mengalahkan produk-produk impor dalam memikat hati anak
muda. Seperti halnya usaha yang dilakukan SMESCO,
penulis percaya selama produk dalam negeri berkualitas, original dan inovatif
pasti tidak akan kalah saing dengan produk luar. Yang terpenting perlu
membangun kepercayaan dan rasa cinta masyarakat Indonesia agar bangga
menggunakan local brand Indonesia. Sekarang adik saya makin bangga menggunakan
produk Indonesia, katanya local brand Indonesia lebih keren. Kamu kapan?