Sayuurrrr.. Sayurrrr... Adama’.. Suara teriakan panjang nan tegas memenuhi udara di
sebuah kompleks. Sesekali suara itu disertai dengan iringan klakson motor. Satu
dua orang pun mulai mendekat untuk mengerumuni sumber suara, memilih dan
membeli keperluan dapur yang nantinya dimasak memenuhi kebutuhan perut. Sang
penggelar dagangan nampak sibuk meladeni pembeli, memilih dan mengemas sayuran
yang nampak hijau dan segar.
Dia adalah Daeng Gassing, seorang pedagang sayur keliling yang
menjajakan dagangannya dengan mengendarai motor yang dibelakangnya diberi
keranjang atau dalam keseharian masyarakat Makassar disebut pagandeng sayur.
Sudah 20 tahun Daeng Gassing berjualan sayur, dekade lalu dia berdagang sayuran
di salah satu pasar tradisional di pusat kota Makassar. Namun seiring perbaikan
Kota Makassar untuk menjadi salah satu kota dunia, pasar tradisional yang tak
terawat dan kotor mulai dibongkar. Dikemas lebih ciamik dan cantik dengan harga
sewa tempat yang menjadi mahal sehingga Daeng Gassing memutuskan untuk berhenti
berjualan di sana dan memilih untuk berjualan keliling saja. Selain tak perlu
keluar duit sewa, dia juga mengerti kemauan konsumen yang selalu ingin hal
praktis dan efesien. Segala hal tinggal di panggil saja, tak perlu jauh-jauh ke
pasar lagi karena sekarang pagandeng sayur, ikan, bahkan mainan anak pun
secara rutin keliling kompleks tertentu untuk menjajakan dagangannya.
Daeng Gassing dan gandengan sayur-nya |
Saya sendiri sangat tertolong dengan keberadaan pagandeng seperti
Daeng Gassing. Bukan tanpa alasan, aktivitas saya sebagai seorang mahasiswa
dengan tugas dan kegiatan yang padat membuat saya perlu memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya. Belum lagi keberadaan saya sebagai anak rantau yang jauh dari
orang tua membuat saya harus mandiri dan memenuhi segala keperluan secara sendiri.
Khusus untuk keperluan perut, saya mengandalkan Daeng Gassing untuk mencukupi
kebutuhan serat dan vitamin saya.
Setiap pagi saya akan membeli beberapa jenis sayuran dan buah untuk
kemudian diolah menjadi lauk makan siang dan malam. Disini keberadaan pagandeng
secara tidak langsung ikut menjalankan amanah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyediaan
pangan yang bergizi dan sehat. Kita tak perlu lagi jauh-jauh ke pasar yang
jaraknya beberapa kilometer hanya untuk mencari satu-dua item kebutuhan yang
kurang. Mahasiswa di sekitar kompleks pondokan Universitas Hasanuddin juga
tidak perlu sering-sering mengandalkan mie instan untuk kebutuhan perut, sebab
para pagandeng sayur dan ikan secara rutin tiap pagi menjajakan
kebutuhan kita.
****
Di suatu kesempatan saya pernah mendengar curhatan dari Daeng Taba,
seorang pagandeng ikan di kompleks pondokan Unhas. Sebenarnya dia sudah
cukup tua untuk berkeliling menjajakan ikan ke wilayah-wilayah di Makassar, dia
mau menjalankan usaha di rumah saja. Dia memiliki impian untuk membuka warung
sop dan ikan bakar di depan rumahnya, apalagi sang istri katanya cukup mahir
dalam meracik masakan tersebut.
Tapi sayang, mereka tidak mempunyai cukup modal untuk mewujudkan usaha
tersebut. Dia telah memiliki lokasi warung yang menurutnya cukup ramai dilewati
pengendara, belum lagi pengalamannya bertahun-tahun sebagai pagandeng
ikan membuatnya tak perlu khawatir kehilangan stok ikan segar. Namun karena
modalnya tak cukup, maka keinginan tersebut dia urungkan. Daeng Taba sempat
berkeinginan untuk meminjam uang pada tengkulak atau rentenir, selain
administrasinya mudah dananya pun cepat cair. Namun kemudian dia berpikir dua
kali, dia takut nantinya tak bisa mengembalikan uang tersebut sebab bunga
pinjaman yang diberikan sangat tinggi. “Tobatma’ berhubungan sama rentenir
karena sudah ka’ dulu pinjam, na susah saya kasi kembali. Tinggi dudui bunga
na, nda mau ma”, begitu kata Daeng Taba.
Saya kemudian mengusulkan agar dia meminta pinjaman ke bank saja, namun
lagi-lagi Daeng Taba enggan. Ya! Bagi pagandeng seperti Daeng Taba dan
Daeng Gassing, bank bukanlah sebuah tempat yang ramah untuk dikunjungi. Bagi
mereka bank hanyalah tempat untuk orang-orang kaya saja, sedangkan orang-orang
kecil seperti mereka cukuplah berurusan dengan rentenir atau tengkulak saja.
Entah rasa minder atau tingkat pendidikan yang rendah menjadi
penyebabnya, mereka lebih memilih meminjam dana dengan bunga tinggi pada
rentenir daripada harus ke bank. Padahal pemerintah sendiri sejak tahun 2007
telah menjamin seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan kredit usaha rakyat.
Salah satu bank yang menyediakan pinjaman tersebut adalah BTPN.
****
BTPN merupakan singkatan dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional.
Bank ini sudah berdiri sejak tahun 1958 di Bandung dengan nama Bank Pegawai
Pensiunan Militer (Bapemil). Pada tahun 2011, BTPN meluncurkan program “Daya”.
Sebuah program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, yang fokus pada
kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha.
Program ini sendiri menawarkan kesempatan kepada seluruh stakeholder
BTPN untuk berpartisipasi dalam misi memberdayakan jutaan mass market
di Indonesia. Nasabah BTPN mencakup komunitas pra-sejahtera produktif,
pensiunan, dan pelaku usaha mikro, kecil & menengah (UMKM) seperti halnya
Daeng Taba dan pagandeng lainnya di Makassar.
Untuk solusi permasalahan yang dihadapi Daeng Taba di atas, saya
menyarankan agar dia memilih layanan Paket MU Bebas, dengan besar pinjaman
berkisar antara 1-50 juta dalam jangka waktu 2 tahun. Dimana Daeng Taba tidak
perlu pusing mengenai jaminan atau agunan sebab layanan ini memberikan kredit
tanpa jaminan, waktu proses yang cepat hanya dua sampai tiga hari, terlebih
lagi dia akan mendapatkan pengembangan dan pelatihan inovatif untuk
memaksimalkan kemampuannya sehingga usaha mereka dapat tumbuh secara
berkelanjutan.
Fasilitas Kredit PaketMU Bebas dari BTPN |
Saya sendiri sangat bangga dengan keberadaan BTPN. Mereka lebih fokus
pada pengembangan sektor wirausaha dan UMKM. Apalagi, sektor usaha kecil
menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia, usaha mikro
sendiri mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90,12% atau lebih dari seratus juta
jiwa. Bayangkan bila sektor ini tidak berkembang dan mati, berapa banyak
pengangguran baru yang akan muncul di Indonesia? Tentunya beda cerita bila
sektor ini terus berkembang dan bertambah, berapa banyak pengangguran yang akan
diserap? Berapa banyak masyarakat yang akan diberdayakan? Oleh karena itu perlu
dilakukan penguatan terhadap sektor usaha kecil, perlu mengenalkan semangat
wirausaha kepada para pedagang kecil seperti halnya para pagandeng untuk
mengembangkan usaha mereka. Mereka perlu didorong untuk lebih berani mencoba
peluang yang baru, perlu disokong dengan bantuan dana untuk meningkatkan
pendapatan mereka, salah satunya dengan memberikan kelonggaran dan kemudahan
untuk mendapatkan modal usaha seperti halnya yang dilakukan oleh BTPN.
Dengan menabung di BTPN maka secara tidak langsung kita telah membantu
memberdayakan jutaan mass market di Indonesia, termasuk di dalamnya
Daeng Taba dan pagandeng-pagandeng lainnya di Makassar. Sebagai langkah
awal, anda dapat mengikuti simulasi menabung untuk memberdayakan di sini.
Contoh Simulasi Menabung di BTPN |
Sebagai contoh, apabila saya menabung setiap bulannya sebesar
Rp.2.500.000 dalam jangka waktu lima tahun maka kemudian dana saya dapat tumbuh
menjadi Rp.170.885.649. Fantastis! Hal ini sangat menguntungkan dibanding bila
saya hanya menyimpan uang di bawah kasur, dengan dana dan jangka waktu yang
sama saya hanya mendapat Rp.150.000.000 ( 2,5 juta x 5 tahun x 12 bulan), belum
lagi pahala yang akan kita dapat karena telah ikut serta memberikan kesempatan
bagi para pelaku mass market untuk mengembangkan usahanya. Luar biasa.
****
Ini Daeng belanjaan sama kembalian ta’. Jangki bosan belanja sama saya di’! klau ada sayur dimaui
tidak kujual pesan meki saja. Besok saya bawakan. Suara Daeng Gassing menyadarkan
lamunan saya. Tak pernah terbayangkan oleh saya, kalau keberadaan para mass
market seperti para pagandeng ini sangat membantu kehidupan saya sehari-hari.
Terlebih lagi berbincang dengan mereka mengajarkan saya tentang makna dan
perjuangan hidup yang sesungguhnya. Dengan bergegas saya mengucapkan terima
kasih kepada Daeng Gassing sembari dalam hati saya mendoakan semoga Tuhan
senantiasa melimpahkan rezeki yang melimpah bagi hamba-hambanya yang senantiasa
mau berjuang dalam kehidupan. Rezeki yang melimpah bagi Daeng Gassing, Daeng
Taba, para pagandeng dan pelaku mass market lainnya di seluruh
Indonesia. *
Makassar, 14 Februari 2016