Connected!
Ya, kata itu yang saya ucapkan ketika modem yang saya gunakan mampu
menghubungkan saya dengan teman-teman melalui sosial media. Meski berada
diwilayah pedalaman, tapi kebutuhan untuk mengecek beberapa pemberitahuan di
akun sosial rasanya sudah menjadi kebutuhan yang harus dan kudu dipenuhi. Mama sudah berkali-kali bilang klau sosial media itu
berbahaya, “jangan selalu main facebook, jangan sampai kebablasan main twitter!
Pentingkan belajar daripada ngeblog!” begitu katanya. Suka tidak suka, perkataan
Mama memang ada benarnya. Masih teringat diingatan saya beberapa waktu yang
lalu, seorang mahasiswi S2 sampai eksis diseluruh media elektronik dan tv
nasional karena nyaris masuk bui gara-gara mencaci-maki suatu kota lengkap
dengan masyarakatnya. Tapi bermain sosial media memang tak ada salahnya kawan.
Akun sosial media itu seperti pisau, klau penjahat yang pakai untuk membunuh ya
jelas salah, tapi kalau yang pake Mama buat memasak ya jelas kenyang pada
ujung-ujungnya. Hahha.
Tuhan pasti punya rencana,
lewat hamba-hamba cerdasnya seperti Zuckerberg, Jack Dorsey dan Larry Page,
Tuhan memberikan kemampuan untuk mengembangkan sistem informasi dan teknologi
yang menghasilkan sebuah program sosial media yang membantu memenuhi kebutuhan
umat manusia. Sebuah media yang mampu menghubungkan kamu yang jauh dibelahan
dunia sana dengan saya yang berada disini, disebuah negeri indah bernama
Indonesia. Masalahnya ada pada pengguna, sering kali manusia menggunakan akun sosial
media untuk kejahatan, melakukan penipuan, penculikan, perjudian online,
mencaci-maki, twitwar, dan berbagai
kejahatan lainnya yang dapat menimbulkan stigma negatif pada sosial media.
Haruskah kita mengikuti jejak mereka? Ya jelas jangan dong! Sosial media dibuat
untuk memudahkan komunikasi, terhubung dengan orang-orang baru tanpa dibatasi
ruang dan waktu, mendekatkan dengan orang-orang yang sudah pernah ditemui, jadi
jelas salah kalau kita menggunakannya untuk menyebar kebencian dan kejahatan.
Lebih baik kita spread love,
menyebarkan kebahagiaan, memutus rasa rindu, menjalin silaturrahmi, dan membuat
kebermanfaatan satu sama lain melalui sosial media.
****
Masa transisi dari
jenjang SMA ke Perguruan Tinggi jelas menjadi masa yang paling membuat gelisah
bagi generasi muda. Terang saja, dari seperjuta sekian anak SMA yang pengen
kuliah yang akan diterima di perguruan tinggi cuma sepersekian ratus ribu.
Jelas dong mereka akan melakukan berbagai cara untuk masuk perguruan tinggi
impian, mengejar cita-cita kecil untuk masa depan yang lebih cerah. Saya
menjadi salah satu dari sepersekian orang yang berjuang dimasa ini. Untuk
memudahkan langkah saya ke perguruan tinggi saya melakukan berbagai cara,
termasuk mengikuti bimbingan belajar. Merantau dan mengungsi ke ibukota
provinsi untuk mendapatkan persiapan masuk perguruan tinggi. Disini, disebuah
kota (Makassar: read) yang meskipun
sudah pernah kujajaki namun belum kukenal secara mendalam. Hidup diasrama
bersama orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah ditemui. Sulit memang,
sangat sulit, apalagi untuk orang seperti saya yang cukup kaku didunia nyata.
Saking kakunya saat awal pertemuan saya hanya mengenal 2 orang teman kelas,
itupun karena kami berasal dari daerah yang sama. Tapi Tuhan memang adil,
orang-orang yang kaku seperti saya selalu diberi kelebihan lain. Aktif dan cenderung
agresif didunia maya. Entahlah, mungkin karena sulit mengungkapkan ekspresi
didunia nyata jadi dunia maya selalu menjadi pelampiasan uneg-uneg akan beban
hidup yang sunggu terlalu berat ini.
Anda diundang untuk
bergabung ke group “Pejuang Mimpi Kelas
A”. Pemberitahuan itu masuk ke akun saya, cek per cek ternyata itu
adalah grup yang sengaja dibuat oleh tutor bimbel kami untuk memudahkan
komunikasi peserta bimbel. Cukup senang, disini saya bisa mulai mengenal
teman-teman kelas saya melalui foto alay
mereka yang terpajang di foto profil. Saya juga mulai aktif menyapa dan
membalas komentar teman-teman baru saya ini, meskipun hanya lewat sosial media.
Ya pada akhirnya waktu jua yang mempertemukan, saya yang hanya aktif
berkomunikasi di sosial media mulai membentuk komunikasi secara nyata,
berbicara dan mulai berdiskusi dengan teman sekelas, bahkan lama-kelamaan saya
menjadi agak jahil dan sering dijadikan tempat curhat teman-teman yang lain.
Begitulah ceritanya, bagaimana seseorang yang kaku seperti saya mampu ter-connected dengan orang-orang baru
melalui sosial media.
Dokumentasi : Upik Abu |
Pada akhir masa bimbel
kami mendapat kesempatan untuk mengikuti try
out dan liburan di Trans Studio Mall Makassar. Katanya ini sebagai reward sekaligus penyegaran sebelum
menghadapi soal-soal SNMPTN yang sulit dan melelahkan. Tapi bagi kami ini lebih
dari itu, kesempatan bermain bersama teman bimbel di Trans Studio menjadi ajang
pelepasan dan perpisahan. Setelah “ini” kami akan berpisah satu sama lain,
memilih dan berjuang diperguruan tinggi impian masing-masing. Merantau ke
tempat lain yang mengharuskan kami tidak akan berjumpa dalam waktu yang cukup
lama. Dan benar saja, setelah pengumuman kelulusan teryata kami akan
betul-betul berpisah, beberapa teman saya ada yang kuliah di Jawa. Seorang
kuliah di UI, 2 orang di IPB, ada juga yang berkuliah di Bandung, selebihnya
berkuliah di Makassar tapi tersebar dibeberapa perguruan tinggi yang ada
disini. Yah bagaimanapun life must goon! Hidup
harus terus diperjuangkan, bagaimanapun kami tetap ter-connected melalui group kami
di sosial media. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti
tahun. Tepat setahun kami berjuang, kami memutuskan untuk temu kangen di Trans
Studio, membuka lembaran memori kami tentang bagaimana haru-birunya perjuangan
kami untuk menjadi seperti apa yang kami capai sekarang. Disini saya betul-betul
menyadari kalau saya, mereka dan Trans Studio telah terhubung satu sama lain,
kami yang sebelumnya tidak saling mengenal bisa menjadi sangat intimate seperti ini. Tapi sayang, kami
tidak dalam formasi yang lengkap. Jadwal kuliah yang padat dan sulitnya
menentukan jadwal liburan yang cocok menjadi kendala pertemuan kami. Tapi yah
bagaimanapun kami tetap bahagia, semangat dan komunikasi kami tetap terkoneksi
satu sama lain melalui sosial media. Meski kami dipisahkan jarak dan waktu,
kami dapat terhubung kapan saja kami mau. Bahkan dengan kemajuan skype dan video call kami bahkan dapat bertemu face to face meski tidak pada tempat yang sama. Semangat
teman-teman! Ayo kejar mimpi-mimpi kita dan pulang mengabdi kekampung halaman. :)
****
Trans
Studi Makassar merupakan salah satu destinasi wisata kebanggaan masyarakat
Sulawesi Selatan. Merupakan taman hiburan indoor terbesar kedua di Indonesia
setelah Trans Studio Bandung. Trans Studio menawarkan berbagai wahana
permainan, hiburan dan berbagai pertunjukan yang seru. Tak jarang pula TransTv
dan Trans7 melakukan syuting ditempat ini, selain itu artis ibukota didatangkan
pada waktu tertentu untuk memanjakan para pengunjung. Mengingat besarnya jumlah
pengujung yang datang ke Trans Studio, maka secara langsung tempat ini memiliki
peran yang cukup penting dalam menghubungkan orang-orang. Trans Studio dapat
menjadi tempat pertemuan keluarga, kerabat, teman atau bahkan kekasih. Trans Studio
secara langsung menjadi sarana yang mempertemukan orang-orang baru maupun
kenalan, menjadi tempat melepas kerinduan, ajang reuni, menjadi tempat berbagi
kebahagiaan dan cinta dengan orang-orang yang disayangi. Tak jarang ada yang tanpa
sengaja bertemu dengan teman masa kecil atau bahkan menemukan cinta sejatinya di
Trans Studio. Bagi saya Trans Studio memiliki peranan penting dalam
menghubungkan saya dengan teman-teman baru, menjadi tempat lepas kangen dan
awal dimulainya mimpi-mimpi kami.
Dokumentasi : Upik Abu |
Harapan saya kedepannya
Trans Studio Makassar harus lebih banyak berbenah agar tidak kalah saing dengan
Trans Studio Bandung. Saat awal didirikan animo wisatawan dari luar Sul-Sel
cukup tinggi, namun begitu Trans Studio Bandung ada, masyarakat Jawa lebih
memilih untuk ke Bandung daripada ke Makassar. Oleh karena itu Trans Studio
Makassar harus memiliki satu wahana andalan yang menjadi nilai tambahnya,
wahana yang membuat orang Bandung mau mengeluarkan uang banyak untuk ke
Makassar meskipun di Bandung sendiri ada Trans Studio. Salah satu jalannya
mungkin dengan cara mengolah dan menggali kearifan lokal masyarakat Sulawesi
Selatan yang kemudian dimodifikasi dan dikombinasikan dengan teknologi modern
dan dituangkan kedalam sebuah wahana bermain yang keren. Selain itu Trans
Studio mesti lebih sering terjung ke masyarakat, ikut andil dalam berbagai
kegiatan sosial dan program charity,
membentuk hubungan yang baik dengan penyewa, pesaing dan pengunjung sehingga
saat pertama kali mendengar kata Trans Studio maka kata “connected” bisa langsung muncul dibenak mereka. Ya, karena Trans
Studio mampu meninggalkan kesan bahwa kita memang betul-betul terhubung setelah
mengunjunginya. Selamat Ulang Tahun Trans Studio Mall yang ke-4. Sukses selalu
dan tetap menghubungkan orang-orang yang mengunjungiMu!