Kamis, 10 Oktober 2013

lebih dari sekedar packing, catatan menuju libur semester..



Langit rebah. Mewarna tanah. Jatuh malam. Kemilau tersiram hujan. Kemilau melompat di jendela. Rindu. Rindu mendera-dera. Air menyiram atap rumah. Basah, basah menggumamkan doa-doa. Padanya di seberang. Padanya memetik kewarasan. Mengapung dan tersaruk di bibir jendela. Bulan resah, meredupkan diri. Lesat petir memantik. Terang sesaat, gelap kemudian. Katak- katak bergumam, bersahut-sahutan memberi isyarat. Dia yang sedari tadi nyelangsa bersama tumpukan itu, sudah empat jam yang lalu dia memulai tapi tak jua mengakhiri. Dimulainya dengan membongkar sebuah penyimpanan bersusun tiga yang sudah setahun ini menemaninya. Sebuah rak baju yang berisi barang campuran yang pernah atau tak pernah sama sekali melekat dikulitnya. Diacak-acak dan diacaknya, mengambil, melipat dan memasukkan kedalam kantongan kain yang akan dibawahnya untuk mengembara ke tanah kelahiran, tanah yang mungkin beberapa bulan belakangan ini sangat dirindukannya. Tanah tempat dia bisa kembali keperaduan, bertemu anjak sana dan mengadu kebahagiaan di gubuk terindah.
Disadarinya sedari tadi bahwa dia sangat beruntung, dielusnya kain-kain berjahitan itu penuh kasih, seolah merasakan seberapa sulit menghadirkan mereka ditangannya, dielusnya, dan dirapikannya. Yah, ternyata dia memang sangat beruntung, ditemukannya kain-kain berjahitan yang sama sekali tak pernah dikenakannya, sama sekali tak pernah dilekatkannya, dikancingkan pada tubuhnya yang gempal. Ia nyelangsa, menerawang ke langit berbatas papan tipis yang menjenuhkan. Ia nyelangsa, mendengar begitu banyak suara dan erangan yang didengarnya malam itu. Dibuatnya secarik catatan yang entah apa maksudnya, tak berujung
*
-          Sweater putih kesayangan yang menguning saking tak pernahnya digunakan, harganya kira- kira sebanyak satu bulan biaya makan di warung barokah… terima kasih tapi saya tak perlu ini ma-pa, saya orangnya peka panas, gerak dikit kepanasan.. ujung2nya gak butuh beginian..
-          Sekoper baju-baju kemeja dengan berbagai warna, dibelikan Ayah dan Ibuk sebagai persiapan saat menghadapi masa orientasi yang katanya kejam dan penuh tetek bengek.. beberapa jeans bermerk kenamaan yang sama sekali belum pernah saya kenakan selama 2 smester ini, semenjak saya memutuskan untuk lebih memilih memakai celana kain ketimbang celana berat dan menyesakkan itu.. kalau dihitung-hitung harganya bisa seharga ipad2 keluaran terbaru buatan paman Steve..
-          Baju- baju kaos merek yang digandrungi anak muda, saya tidak pernah meminta tapi mereka sendiri yang membelikannya.. meskipun ukurannya sudah yang paling besar, tapi tetap saja masih membuat saya nyesek untuk menggunakannya.. itu dia mengapa saya lebih suka memakai baju-baju bekas dari luar negri (read: cakar) karena postur tubuh saya yang mungkin secetakan sama bule-bule dari sana.. saya juga tak pernah menggunakannya, maaf pa-ma.. bukan saya tak menghargai tapi saya lebih suka menggunakan baju yang itu-itu saja, meskipun hanya sebuah tapi kalau berkesan dan nyaman saya akan pakai sampai sobek.. saya tak butuh yang lagi ngetrend..
-          Celana pendek bermerk “road clawgs”yang setau saya harganya sama dengan satu buah hp bermerk nokia.. belum pernah saya gunakan juga, celana yang katanya idola para kaum bengis ini terlalu berat, membuat saya risih tak nyaman..
-          Tapi meskipun begitu, ada banyak sekali pakaian-pakaian berkesan yang telah dibelikan Ayah dan Ibuk untuk saya, kemeja hitam bermotif halus yang harganya sama dengan spp saya setiap semesternya.. saya sangat suka itu, terima kasih sudah membelikannya.. saya bahkan sangat tak enak hati saat kalian merogoh kocek segitu hanya untuk sebuah kemeja, padahal kalau belinya di pasar sudah bisa dapat selusin..  sarung hijau kesayangan saya dari smp yang sampai sekarang saya masih bawa ke rumah sementara saya.. meskipun sudah sobek dan usang saya sangat menyukainya, terima kasih untuk itu.. baju- baju kaos berukuran super XXL yang sangat saya sukai, yang katanya ukurannya kayak daster ibu-ibu, ah tak mengapa.. saya menyukainya, akan saya pake sampai sobek… terima kasih untuk itu.. dan semua apa yang saya miliki disini sekarang, terima kasih untuk semua itu.. saya merasa sangat disayang, sampai-sampai barang yang tak saya inginkan pun berlimpah adanya.
-          Tuhan saya sangat sombong untuk tidak menggunakan apa yang saya miliki, barang-barang yang mungkin banyak sekali orang diluar sana yang membutuhkannya tapi saya malah menyia-nyiakannya.. saya memang tidak kaya, tidak pula dari keluarga yang berada, tapi karena saya memiliki orang tua yang sangat sayang kepada anaknya saya merasa menjadi orang yang paling berada, tapi saya tetap saja tidak merasa beradab.. sering kali saya menginkan apa yang saya tidak punya, menginginkan apa yang dimiliki orang lain, padahal saya juga punya apa yang diinginkan orang lain dan apa yang orang lain tidak punya, terima kasih untuk itu Tuhan, malam ini saya mendapat sebuah perlajaran berharga dari sekedar packing..
*
Malam semakin memekat. Dia kemudian mengasingkan diri. Mengepak barang seadanya dan berlalu. Dia merasa sangat berharga, dia berharga karena mereka yang melahirkan dia ke dunia, mereka yang mengadakannya, mengasihinya dan mengupayakan apa yang terbaik untuknya. Dia tersenyum, menyadari bahwa dari sekedar packing saja sudah bisa menyadarkan batinnya, menggerakkan nuraninya, merasakan keirian orang lain. Dia menyadari bahwa dari sekedar packing saja dia sudah bisa merasakan secuil nilai-nilai kearifan dalam hidup, nilai kebahagian, nilai semangat dan kerja keras. Nilai tanggung jawab yang hakikinya diberikan oleh mereka yang mengadakannya, karena dia yakin bahwa setiap pasang manusia yang akan mengadakan buah cintanya selalu memberikan apa yang terbaik untuk apa yang telah mereka adakan ke dunia. Dia menyadari hal itu, mengantarkannya pada doa-doa pelindung dari bara akhirat. Doa-doa yang mengantarkannya pada kepulauan kapuk yang nyaman. Mengantarkannya pada peristirahatan sejenak sebelum lima belas jam, empat menit sepertiga detik kemudian dia akan kembali ke peraduan yang sebenarnya, tempat dimana dia akan bertemu anjak sana dan menemukan secuil kebahagiaan ditanah pijakan pertamanya.





Diam!
Tak usah kau jawab jeritan itu,
Tetaplah bergeming..
Suara itu menyakitkanku,
Mengingatkan aku pada anugerah yang tak pernah aku syukuri
Aku tak mau lisanku nanti menyangsi diriku karena berdosa,
Aku tak mau tanganku ini membawaku pada kobaran api
Karena kesombonganku yang tak pernah menyadari apa yang aku miliki
Maafkan aku Tuhan dan kalian yang mengadakanku..

-          M. Asfar Syafar 5/7/2013, ditulis pada pukul 00.26 a.m setelah mengepack barang-barang bawaan yang akan dibawahnya besok.. ya, besok saya pulang J doakan semoga saya tidak jenuh.. yasudah, biarkan saya beristirahat karena besok pagi saya masih ada kelas.. tulisan ini masih amburadul dan belum sempat saya edit, soalnya udah ngantuk breee :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar