Sabtu, 12 Oktober 2013

TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN PERTANIAN



TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN PERTANIAN

A. Teori Permintaan
1. Permintaan Konsumen dan Pasar
Permintaan konsumen didefinisikan  sebagai kuantitas suatu barang tertentu dimana sorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus. Hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkan hubungan secara teoritis antara harga dan kuantitas yang dibelinya per unit waktu, ceteris paribus.
Harga dan kuantitas berbanding terbalik, oleh karena itu kurva permintaan berslope negatif. Hubungan terbalik ini kadang-kadang disebut hukum permintaan, dan hal ini bisa dijelaskan pada efek substitusi dan pendapatan dari suatu perubahan harga.
Efek substitusi timbul karena konsumen mengalihkan pembeliannya ke produk yang relatif lebih murah karena perubahan harga. Misalnya kalau harga daging sapi baik kemungkinan sekali konsumen mengganti daging sapi dengan daging kambing yang harganya lebih murah.
Efek pendapatan timbul karena suatu perubahan harga dari satu produk, ceteris paribus, merubah pendapatan riil konsumen. Suatu penurunan harga menaikkan daya beli dari sejumlah uang tertentu dan sebaliknya.
Efek substitusi  dari suatu perubahan harga untuk suatu produk tertentu selalu nagatif. Dengan suatu kenaikan harga, efek substitusi menurunkan kuantitas yang dibeli, demikian sebaliknya. Efek pendapatan dari suatu harga biasanya negatif. Suatu kenaikan harga menurunkan pendapatan riil, dan bahkan dengan suatu hubungan positif yang biasa antara kuantitas dan pendapatan yang berlaku, kuantitas dan harga akan bergerak  dalam arah yang berlawanan. Demikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan harga.
Permintaan pasar adalah suatu penyamarataan konsep permintaan konsumen. Hal ini didefinisikan sebagai pilihan berbagai kuantitas dari suatu produk dimana semua konsumen di dalam suatu pasar tertentu ingin dan mampu membeli pada berbagai tingkat harga, ceteris paribus.
Kita dapat memperhatikan hubungan-hubungan permintaan pasar. Hubungan-hubungan ini bisa berarti permintaan dalam suatu kota, desa, atau negara. Atau daerah pasar lainnya. Hubungan permintaan digambarkan pada Gambar. 1. Kuantitas adalah fungsi harga, tetapi harga secara konvensional diletakkan pada sumbu vertikal dan kuantitas pada sumbu horisontal dari diagram fungsi permintaan (dan penawaran).
2. Perubahan Harga
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat permintaan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yakni:
1.    jumlah penduduk dan distribusinya menurut unsur, daerah geografis, jenis kelamin dan lain-lain
2.    pendapatan konsumen dan distribusinya
3.    harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa
4.    selera dan preferensi konsumen.

Kempat faktor tersebut sering disebut faktor-faktor penentu permintaan. Faktor-faktor ini dianggap tetap untuk suatu tingkat tertentu dari fungsi permintaan, tetapi dengan perjalanan waktu, perubahan permintaan merupakan aspek penting dari perubahan harga.
Pergeseran permintaan yang sederhana ditunjukkan pada Gambar 2. Kenaikan permintaan berarti bahwa kurva permintaan bergerak ke kanan. Konsumen akan membeli lebih banyak lagi produk tertentu pada tingkat harga yang sama, atau mereka akan membeli kuantitas yang sama pada tingkat harga yang lebih tinggi. Sementara itu penurunan permintaan (bergeser ke kiri) mempunyai pengaruh yang berlawanan.
Gambar. 2. Pergeseran Permintaan
 
 










Pada hampir semua produk-produk pertanian, pendapatan dan permintaannya berhubungan secara positif, karena itu suatu kenaikan pendapatan akan menggeser permintaan ke kanan. Tetapi untuk beberapa produk adalah sebaliknya. Produk-produk tersebut disebut barang inferior karena konsumen membeli lebih sedikit jika pendapatannya naik. Contoh barang inferior adalah gaplek.


3.  Permintaan Spekulasi
   Permintaan spekulasi merupakan suatu permintaan yang dikaitkan dengan penggunaan dan harga yang diharapkan pada masa yang akan datang. Karena sejumlah produk pertanian dihasilkan secara musiman tetapi dikonsumsi sepanjang tahun, maka konsep permintaan spekulasi secara khusus mendapat perhatian para ekonom pertanian.
Suatu fungsi permintaan dapat diinterpretasikan sebagai permintaan untuk penggunaan sekarang dan untuk tujuan-tujuan spekulasi. Pengasumsian permintaan spekulasi tergabung dalam fungsi permintaan, faktor-faktor tambahan dapat menambah/memperbesar pergeseran permintaan (bahkan merubah harga-harga). Misalnya, prospek yang baik suatu produk pertanian pada tahun yang akan  datang, akan meningkatkan permintaan spekulasi untuk cadangan-cadangan sekarang. Prospek produk, pembatasan ekspor/impor terhadap produk tersebut, musim kering, adalah contoh faktor yang dapat merubah permintaan spekulasi.
Kesimpulannya suatu fungsi permintaan dapat bergeser dengan adanya perubahan spekulasi. Spekulasi yang tidak tepat dalam mengantisipasi kejadian-kejadian pada masa yang akan datang dapat meningkatkan variabilitas harga, tetapi spekulasi yang mengantisipasi masa depan dengan tepat menurunkan variabilitas harga.

4. Permintaan Turunan (derived demand)
Permintaan turunan (derived demand) digunakan untuk menunjukkan skedul permintaan akan input yang digunakan untuk memproduksi produk-produk akhir. Jagung misalnya, adalah suatu input penting untuk industri peternakan, sementara kedele digunakan untuk membuat kecap. Permintaan akan jagung dan kedele diturunkan dari permintaan akan produk-produk akhir.
Suatu kurva permintaan turunan bisa berubah juga karena kurva permintaan dasar (primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Secara empiris, hubungan-hubungan permintaan turunan bisa diestimasi, juga secara tidak langsung dengan pengurangan margin yang tepat dari skedul permintaan dasar, atau secara langsung dengan penggunaan data harga dan kuantitas yang diterapkan pada tahap (stage) yang tepat dari pemasaran. Misalnya harga-harga dan kuantitas pedagang besar dapat digunakan untuk memperkirakan permintaan turunan pada suatu tingkat menengah, sementara itu data harga-harga dan kuantitas perusahaan pertanian bisa digunakan untuk mengestimasi kurva permintaan yang dihadapi produsen.

B. Elastisitas Permintaan
1.   Elastisitas Harga
Merupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang diminta dengan persentase perubahan harga

         % perubahan jumlah produk yang diminta
e  =
                           % perubahan harga
           
Besar atau kecilnya elastisitas pada suatu persentase harga tertentu, tergantung pada besar kecilnya persentase perubahan jumlah barang yang diminta. Semakin besar nilai e berarti permintaan makin elastis, demikian sebaliknya dikatakan kurang elastis bila e kecil. Jika e>1, maka permintaan elastis, dan permintaan tidak elastis (in elastis) jika e<1.
Koefesien elastisitas  sering dituliskan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa jika harga naik, maka jumlah produk yang diminta turun, demikian pula sebaliknya jika harga turun maka jumlah produk yang diminta naik.
Pengukuran koefesien elastisitas dapat dilakukan dengan dua cara:
1.    Elastisitas titik (point elasticity) yaitu menggunakan elastisitas pada satu titik pada kurva permintaan.
2.    Elastisitas busur (arc elasticity) yaitu elastisitas antara 2 titik pada kurva permintaan.
Koefesien elastisitas sama dengan satu (unitary elasticity) menunjukkan bahwa setiap perubahan harga membawa perubahan proporsional  dalam jumlah  produk yang diminta. Bagi penjual, kurva permintaan seperti ini memberikan penerimaan yang konstan apakah harganya tinggi atau rendah.
Di dalam teori ada koefesien elastisitas sama dengan nol dan tak terhingga (~). Koefesien elastisitas sama dengan nol menunjukkan  bahwa kurva permintaannya merupakan garis vertikal yang berarti bahwa berapapun harga produk, jumlah yang diminta tidak akan berpengaruh. Sebaliknya pada koefisien elastisitas tak terhingga, perubahan harga produk mempunyai dua akibat yaitu jumlah yang diminta tak terhingga atau sama dengan nol, dan kurva permintaannya berbentuk garis horisontal.  

2.    Elastisitas Silang (cross elastiscity) atas Permintaan
Elastisitas silang (cross elastiscity) atas permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah yang diminta atas produk X dengan persentase perubahan harga produk Y (yang berhubungan).
         % perubahan jumlah produk yang diminta atas produk X
e  =
                           % perubahan harga produk Y

Di dalam arti ekonomi, selain besar kecilnya koefesien elastisitas silang maka tandanya (positif atau negatif) adalah lebih penting, karena tandanya tersebut menunjukkan  sifat hubungan antara kedua produk tersebut. Tanda yang positif berarti produk X dan Y adalah substitutif, sedangkan bila tandanya negatif maka produk X dan Y adalah komplementer. Semakin besar koefesien elastisitas itu maka semakin erat hubungan kedua produk yang bersangkutan.




3.  Elastisitas Pendapatan Atas Permintaan
Merupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang diminta dengan persentase perubahan pendapatan. Di Indonesia, kita sudah mempunyai taksiran-taksiran koefesien elastisitas pendapatan yang lebih baik ketimbang koefesien elatisitas harga dan silang atas permintaan. Elastisitas pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
          % perubahan jumlah produk yang diminta
e  =
                           % perubahan pendapatan

Elastisitas  pendapatan atas permintaan tandanya hampir selalu positif. Konsumen yang pendapatannya naik, maka daya belinya naik dan ia akan membeli barang-barang konsumsi lebih banyak.
Konsep elastisitas atas permintaan ini sangat penting di dalam ekonomi karena mampu menerangkan perbedaan perilaku ekonomi dari berbagai golongan pendapatan masyarakat dalam pembelian produk-produk. Untuk permintaan bahan makanan terutama beras di Indonesia, elastisitasnya rendah. Menurut Mubyarto, elastisitasnya sebesar 0,65, jadi makin tingginya pendapatan maka semakin rendah elastisitasnya. Di Indonesia seperti kebanyakan negara-negara sedang berkembang lainnya, koefesien elastisitas pendapatan atas permintaan untuk beberapa bahan makanan ditaksir dengan elastisitas pengeluaran (expenditure elasticity). Yang dimaksud dengan elastisitas pengeluaran ini adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk yang diminta dengan persentase perubahan pengeluaran konsumen.

4.  Koefesien Fleksibilitas Harga
Harga dianggap sebagai faktor penyebab perubahan dan jumlah produk yang diminta berubah naik atau turun tergantung pada perubahan harga jika kita menghitung elastisitas harga. Jadi harga merupakan variabel independen, sedangkan jumlah produk yang diminta merupakan variabel dependen. Penetapan tingkat harga tertentu akan menentukan jumlah produk yang dapat diserap atau akan ditampung pasar. Pada fleksibilitas harga, harga menjadi variabel dependen yang tergantung pada jumlah produk sebagai variabel independen. Fleksibilitas harga ini disebut juga elastisitas jumlah yang merupakan kebalikan dari elastisitas harga. Fleksibilitas harga dirumuskan sebagai berikut:
             % perubahan harga
f  =
             % perubahan jumlah

Hubungan antara elastisitas harga dan fleksibilitas harga dapat dituliskan sebagai berikut:
Elastisitas harga                  0          0,5       1          2,0
Fleksibilitas                           ~          2,0       1          0,5      
Tinggi rendahnya fleksibilitas harga ini sangat penting bagi petani karena hasil-hasil pertanian yang bersifat musiman dapat mengakibatkan fluktuasi harga yang besar.

C. Teori Penawaran
1.  Kurva Penawaran dan Elastisitas Penawaran
Elastisitas harga atas penawaran sama dengan nol jika kurva penawaran merupakan garis vertikal (harga tidak mempengaruhi jumlah yang ditawarkan), sedangkan jika kurva penawarannya merupakan garis horisontal maka elastisitas harga atas penawaran tak terhingga ( ~ ).
Perbedaan penting antara kurva permintaan dan penawaran dalam menaksir koefesien elastisitas adalah: pertama, pentingnya faktor waktu dalam di dalam penawaran, kedua pengaruh harga terhadap jumlah yang ditawarkan biasanya tak dapat dibalikkan (irreversible).
Faktor waktu dalam penawaran sangat penting karena produk-produk pertanian bersifat musiman, yaitu bulanan atau triwulan atau tahunan sehingga suatu kenaikan harga di pasar tidak dapat segera diikuti dengan naiknya penawaran kalau panen belum tiba. Hal ini menunjukkan bahwa elastisitas harga atas penawaran adalah inelastis dalam jangka pendek. Selain itu pengaruh harga tidak dapat dibalikkan karena kenaikan jumlah yang ditawarkan, maka penurunan harga tidak akan mengembalikan jumlah yang ditawarkan ke tingkat semula.           

2. Penawaran dan Peranan Lembaga Pemasaran.
Persoalan lain yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penawaran adalah peranan lembaga pemasaran (pedagang). Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Dalam kenyataannya terdapat harga pada tingkat petani/produsen (producers price) dan harga pada tingkat eceran (retail price) di samping harga pedagang.
Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga perdagangan besar, (whole sale price) karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna. Harga konsumen dan harga tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga perdagangan besar dengan menambah dan mengurangi margin pemasaran.

3.    Elastisitas Harga atas Penawaran
Rumus elastisitas harga atas penawaran sebagai berikut:
         % perubahan jumlah yang ditawarkan
e  =
                           % perubahan harga
           
Makin besar koefesien elastisitas ini makin elastis kurva penawaran, artinya perubahan harga yang reatif kecil mengakibatkan perubahan jumlah yang ditawarkan relatif besar. Elastisitas harga atas penawaran juga mengandung efek substitusi dan efek pendapatan.
Efek substitusi  dalam penawaran misalnya jika terjadi penurunan harga beras maka petani akan mengganti  tanaman padinya dengan kedele yang relatif lebih menguntungkan, begitu pula sebaliknya. Sementara itu efek pendapatan dari suatu perubahan harga produk pertanian dapat bersifat positif atau negatif. Misalnya kenaikan harga beras yang menyebabkan naiknya pendapatan petani dan mendorong petani untuk menggunakan pupuk lebih banyak untuk tanaman padi berikutnya, maka efek pendapatannya adalah positif. Sebaliknya efek pendapatan dapat bersifat negatif jika petani justru mengurangi kegiatannya, karena dengan pendapatan yang sama sekarang dapat diperoleh dengan jumlah produk yang lebih sedikit. Di dalam teori ekonomi, jika efek pendapatan dapat menkompensir nilai positif dari efek substitusi maka terjadilah kurva penawaran yang berbalik (backward bending supply curve) dimana kenaikan harga produk pertanian justru menurunkan jumlah yang ditawarkan.  

4. Elastisitas Silang dari Penawaran
Elastisitas silang dari penawaran adalah perbandingan antara persentase perubahan jumlah produk X yang ditawarkan dengan persentase perubahan harga produk Y, yang bisa dirumuskan sebagai berikut:
         % perubahan jumlah produk X yang ditawarkan
e  =
                           % perubahan harga produk Y
           
Jika elastisitas ini positif maka barang X dan barang Y merupakan barang yang dihasilkan bersama (joint product). Misalkan beras dan dedak yang dihasilkan bersama dalam penggilingan padi. Sedangkan jika elastisitas silang ini negatif menunjukkan bahwa kenaikan harga barang Y mengakibatkan penurunan jumlah barang X yang ditawarkan, maka barang X dan Y adalah bersaing. Misalkan padi dan cengkeh.
Besar kecilnya koefesien elastisitas mengukur tingkat keeratan hubungan kedua produk pertanian itu. Jika hanya satu jenis tanaman yang dapat di tanam pada tanah pertanian, maka elastisitas silangnya adalah nol.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar