Sabtu, 24 Maret 2012

Hubungan Indonesia – Maroko : Kami Bersahabat dan Akan Tetap Begitu !

    Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Sedangkan Maroko adalah sebuah negara di barat laut Afrika yang mempunyai garis pantai yang panjang dekat Samudra Atlantik yang memanjang melewati Selat Gibraltar hingga ke Laut Tengah. Bentuk pemerintahan Maroko adalah Monarki Konstitusional.
    Yah, sekilas memang ada perbedaan yang nampak di antara kedua Negara ini. Yang satunya berada di benua Asia, dan yang satunya lagi berada jauh di benua Afrika. Bukan itu saja, perbedaan letak geografis yang begitu jauh tentu saja juga menciptakan keadaan alam, suku bangsa dan budaya yang berbeda. Bahkan ideologi kedua negara pun jelas-jelas berbeda, Indonesia memiliki ideologi Pancasila sedangkan Maroko berideologi Islam. Tapi nampaknya, perbedaan mendasar ini tidak lantas memunculkan ketidakharmonisan tetapi justru malah menciptakan hubungan yang akrab dan harmonis antara keduanya. Bahkan hubungan tersebut telah dimulai dari pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika hingga diresmikan pada awal kemerdekaan kedua negara. Jadi sangatlah tidak masuk akal untuk menghentikan hubungan kedua negara yang sudah bagai saudara ini apabila hanya karena sebatas kekhawatiran akan pertikaian politik yang akan dan sedang terjadi di Timur Tengah sana.
    Persahabatan memang begitu indah, sahabat tidak hanya ada di saat kita bahagia, bahkan disaat kita sedih dan menangis pun sahabat selalu ada disamping kita. Sahabat selalu ada memberikan semangat dan dukungan disaat kita sedang terpuruk, sahabat selalu mengerti kondisi kita, bahkan sahabat selalu membantu kita meskipun kita tidak memintanya. Layaknya seorang sahabat, hal inilah yang dinampakkan dalam hubungan antara Indonesia dan Maroko. Indonesia memberikan dukungan moril dengan membangkitkan kesadaran dan semangat juang rakyat Maroko untuk membebaskan diri dari kolonialisme. Begitupun Maroko, memberikan dukungan dalam pencapaian kepentingan nasional Indonesia di berbagai forum organisasi internasional di dunia. Bahkan bukan hanya itu saja, persahabatan bilateral yang dibentuk dan dijaga dengan begitu apik juga mulai menciptakan hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain, baik di bidang politik, ekonomi, perdagangan, pendidikan, pariwisata maupun kebudayaan.
    Bila menelisik ke masa lalu, ternyata hubungan Indonesia-Maroko telah terjalin sejak pertengahan abad 14 Masehi. Hubungan itu terjalin ketika seorang musafir terkenal bernama Ibnu Battutah melakukan perjalanan dari Maroko menuju Mesir, India, dan akhirnya tiba di Indonesia yakni di Kerajaan Samudera Pasai, Aceh. Begitu juga salah satu “Wali Songo” penyebar Islam di Indonesia yang bergelar Al-maghriby ( Maulana Malik Ibrahim) juga datang dari negara ini. Ini dibuktikan oleh Ahmad Najib Afandi dalam disertasinya “al-Harkah as-Syufiyah bi Indonesia wa Atsaruha bi Falsafah al-Akhlak”, untuk meraih gelar doktornya di Maroko (2006). Selanjutnya, pada tahun 1995 hubungan Indonesia-Maroko lebih kuat lagi ketika Maroko turut aktif berperan di Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat. Saat itu Indonesia melalui Komite Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara Afrika Utara yang diketuai oleh M. Natsir memberikan dukungan penuh kepada Maroko untuk memperjuangkan kemerdekaannya, hal inilah yang mendorong Alal Fassi dengan gigih menyuarakan kepentingan Maroko dan negara-negara Afrika Utara lainnya guna meraih kemerdekaannya. Sehingga setahun kemudian, tepatnya tanggal 2 Maret 1956, Maroko menjadi salah satu negara pertama di Afrika Utara yang meraih kemerdekaannya dari kolonial Perancis. Selanjutnya empat tahun kemudian persahabatan kedua Negara ini diresmikan dengan penyerahan surat kredensial Dutabesar Nazir Pamontjak kepada Raja Maroko Mohammed V pada 19 April 1960. Dan pada tanggal 2 Mei 1960, Indonesia-Maroko makin mempererat persahabatannya dengan kunjungan Presiden Soekarno ke kota Rabat, ibukota Maroko untuk bertemu dengan Raja Muhamad V. Hal ini tentunya menjadi kegembiraan bagi Maroko mengingat Presiden Soekarno menjadi pemimpin negara pertama yang mengunjungi Maroko setelah dinyatakan merdeka, apalagi Presiden Soekarno juga dianggap sebagai pemimpin revolusi dunia yang membangkitkan semangat kemerdekaan bangsa-bangsa Asia-Afrika khususnya bagi Maroko sendiri.
    Kunjungan persahabatan ini yang membuat Raja Mohammed V memberikan buah tangan spesial untuk Presiden Soekarno yakni berupa penamaan jalan yang mengambil namanya di jantung kota Rabat. Bahkan bukan hanya jalan Soekarno saja yang dijadikan nama jalan, malahan masih ada lagi pemberian nama jalan yang berkaitan dengan Indonesia yaitu jalan Bandoeng dan jalan Jakarta di ibukota Negara ini. Sebagai rasa terima kasihnya Presiden Soekarno juga menamatkan salah satu nama jalan terpenting dan tersibuk yang ada di Jakarta dengan nama Jalan Casablanca yaitu salah satu kota perdagangan dan kota pelabuhan terpenting  di Maroko. Kunjungan persahabatan ini juga menjadi awal mula berdirinya kedutaan besar Republik Indonesia di Maroko, selain itu sampai sekarang Warga Negara Indonesia juga dibebaskan visa untuk masuk ke Maroko.
    Peristiwa 51 tahun yang lalu ini bisa menjadi obat rindu sekaligus mengingatkan kita betapa erat dan pentingnya kelanjutan hubungan persahabatan Indonesia-Maroko agar selalu dipererat dari dulu, kini dan di hari esok. Meskipun perbedaan kedua negara masih menjadi kendala, tetapi hal ini tidak menghalangi kedua negara untuk menjaga dan membangun fondasi kokoh persahabatan antar kedua Negara, tidak hanya menjalin hubungan bilateral semata, tidak hanya saling mencari keuntungan yang satu dengan yang lainnya saja. Tetapi  yang lebih penting bagaimana kita menjalin hubungan persahabatan dari hati ke hati antara masyarakat kedua bangsa (people to people contact) menjadikannya sebagai hubungan persahabatan yang abadi dan harmonis, dan tidak hanya berlandaskan kepentingan ekonomi atau politik yang mudah rapuh, memecah belah, serta hanya bersifat sementara saja. Diharapkan kedepan hubungan Indonesia-Maroko semakin ditingkatkan di berbagai bidang agar dapat diwariskan ke generasi penerus kedua negara. Memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama Indonesia-Maroko, bukan hanya di bidang politik dan ekonomi semata. Tetapi juga merambah ke bidang perdagangan, pendidikan, pariwisata dan kebudayaan. Dan yang terpenting apabila dikemudian hari ada yang mempertanyakan bagaimana hubungan yang terjalin antara Indonesia-Maroko lagi, maka kita sebagai generasi penerus bangsa akan dengan tegas menjawab bahwa KAMI BERSAHABAT DAN AKAN TETAP BEGITU !



Referensi
Afandi, Nasrulloh. 2010. Pengaruh intelektualitas dan spiritualitas  ulama Maroko di Indonesia. Online.
Ali, Burhan. 2011. Berawal dari Sejarah Indonesia-Maroko. http://www.ppimaroko.org/
Anonim. 2011. Maroko Berharap Hubungan Dengan Indonesia Dapat Ditingkatkan.  http://berita.kapanlagi.com/
Fabrian, Dicky. Produk – produk Indonesia di Pasar Maroko. http://www.aksesdeplu.com/Maroko.htm 
http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Indonesia
http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Maroko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar