Sabtu, 20 September 2014

Saya, Mereka dan Trans Studio dalam Suatu Keterhubungan.



Connected! Ya, kata itu yang saya ucapkan ketika modem yang saya gunakan mampu menghubungkan saya dengan teman-teman melalui sosial media. Meski berada diwilayah pedalaman, tapi kebutuhan untuk mengecek beberapa pemberitahuan di akun sosial rasanya sudah menjadi kebutuhan yang harus dan kudu dipenuhi. Mama sudah berkali-kali bilang klau sosial media itu berbahaya, “jangan selalu main facebook, jangan sampai kebablasan main twitter! Pentingkan belajar daripada ngeblog!” begitu katanya. Suka tidak suka, perkataan Mama memang ada benarnya. Masih teringat diingatan saya beberapa waktu yang lalu, seorang mahasiswi S2 sampai eksis diseluruh media elektronik dan tv nasional karena nyaris masuk bui gara-gara mencaci-maki suatu kota lengkap dengan masyarakatnya. Tapi bermain sosial media memang tak ada salahnya kawan. Akun sosial media itu seperti pisau, klau penjahat yang pakai untuk membunuh ya jelas salah, tapi kalau yang pake Mama buat memasak ya jelas kenyang pada ujung-ujungnya.  Hahha.
Tuhan pasti punya rencana, lewat hamba-hamba cerdasnya seperti Zuckerberg, Jack Dorsey dan Larry Page, Tuhan memberikan kemampuan untuk mengembangkan sistem informasi dan teknologi yang menghasilkan sebuah program sosial media yang membantu memenuhi kebutuhan umat manusia. Sebuah media yang mampu menghubungkan kamu yang jauh dibelahan dunia sana dengan saya yang berada disini, disebuah negeri indah bernama Indonesia. Masalahnya ada pada pengguna, sering kali manusia menggunakan akun sosial media untuk kejahatan, melakukan penipuan, penculikan, perjudian online, mencaci-maki, twitwar, dan berbagai kejahatan lainnya yang dapat menimbulkan stigma negatif pada sosial media. Haruskah kita mengikuti jejak mereka? Ya jelas jangan dong! Sosial media dibuat untuk memudahkan komunikasi, terhubung dengan orang-orang baru tanpa dibatasi ruang dan waktu, mendekatkan dengan orang-orang yang sudah pernah ditemui, jadi jelas salah kalau kita menggunakannya untuk menyebar kebencian dan kejahatan. Lebih baik kita spread love, menyebarkan kebahagiaan, memutus rasa rindu, menjalin silaturrahmi, dan membuat kebermanfaatan satu sama lain melalui sosial media.
****
Masa transisi dari jenjang SMA ke Perguruan Tinggi jelas menjadi masa yang paling membuat gelisah bagi generasi muda. Terang saja, dari seperjuta sekian anak SMA yang pengen kuliah yang akan diterima di perguruan tinggi cuma sepersekian ratus ribu. Jelas dong mereka akan melakukan berbagai cara untuk masuk perguruan tinggi impian, mengejar cita-cita kecil untuk masa depan yang lebih cerah. Saya menjadi salah satu dari sepersekian orang yang berjuang dimasa ini. Untuk memudahkan langkah saya ke perguruan tinggi saya melakukan berbagai cara, termasuk mengikuti bimbingan belajar. Merantau dan mengungsi ke ibukota provinsi untuk mendapatkan persiapan masuk perguruan tinggi. Disini, disebuah kota (Makassar: read) yang meskipun sudah pernah kujajaki namun belum kukenal secara mendalam. Hidup diasrama bersama orang-orang baru yang sebelumnya belum pernah ditemui. Sulit memang, sangat sulit, apalagi untuk orang seperti saya yang cukup kaku didunia nyata. Saking kakunya saat awal pertemuan saya hanya mengenal 2 orang teman kelas, itupun karena kami berasal dari daerah yang sama. Tapi Tuhan memang adil, orang-orang yang kaku seperti saya selalu diberi kelebihan lain. Aktif dan cenderung agresif didunia maya. Entahlah, mungkin karena sulit mengungkapkan ekspresi didunia nyata jadi dunia maya selalu menjadi pelampiasan uneg-uneg akan beban hidup yang sunggu terlalu berat ini.
Anda diundang untuk bergabung ke group “Pejuang Mimpi Kelas  A”. Pemberitahuan itu masuk ke akun saya, cek per cek ternyata itu adalah grup yang sengaja dibuat oleh tutor bimbel kami untuk memudahkan komunikasi peserta bimbel. Cukup senang, disini saya bisa mulai mengenal teman-teman kelas saya melalui foto alay mereka yang terpajang di foto profil. Saya juga mulai aktif menyapa dan membalas komentar teman-teman baru saya ini, meskipun hanya lewat sosial media. Ya pada akhirnya waktu jua yang mempertemukan, saya yang hanya aktif berkomunikasi di sosial media mulai membentuk komunikasi secara nyata, berbicara dan mulai berdiskusi dengan teman sekelas, bahkan lama-kelamaan saya menjadi agak jahil dan sering dijadikan tempat curhat teman-teman yang lain. Begitulah ceritanya, bagaimana seseorang yang kaku seperti saya mampu ter-connected dengan orang-orang baru melalui sosial media.
Dokumentasi : Upik Abu
 Pada akhir masa bimbel kami mendapat kesempatan untuk mengikuti try out dan liburan di Trans Studio Mall Makassar. Katanya ini sebagai reward sekaligus penyegaran sebelum menghadapi soal-soal SNMPTN yang sulit dan melelahkan. Tapi bagi kami ini lebih dari itu, kesempatan bermain bersama teman bimbel di Trans Studio menjadi ajang pelepasan dan perpisahan. Setelah “ini” kami akan berpisah satu sama lain, memilih dan berjuang diperguruan tinggi impian masing-masing. Merantau ke tempat lain yang mengharuskan kami tidak akan berjumpa dalam waktu yang cukup lama. Dan benar saja, setelah pengumuman kelulusan teryata kami akan betul-betul berpisah, beberapa teman saya ada yang kuliah di Jawa. Seorang kuliah di UI, 2 orang di IPB, ada juga yang berkuliah di Bandung, selebihnya berkuliah di Makassar tapi tersebar dibeberapa perguruan tinggi yang ada disini. Yah bagaimanapun life must goon! Hidup harus terus diperjuangkan, bagaimanapun kami tetap ter-connected  melalui group kami di sosial media. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Tepat setahun kami berjuang, kami memutuskan untuk temu kangen di Trans Studio, membuka lembaran memori kami tentang bagaimana haru-birunya perjuangan kami untuk menjadi seperti apa yang kami capai sekarang. Disini saya betul-betul menyadari kalau saya, mereka dan Trans Studio telah terhubung satu sama lain, kami yang sebelumnya tidak saling mengenal bisa menjadi sangat intimate seperti ini. Tapi sayang, kami tidak dalam formasi yang lengkap. Jadwal kuliah yang padat dan sulitnya menentukan jadwal liburan yang cocok menjadi kendala pertemuan kami. Tapi yah bagaimanapun kami tetap bahagia, semangat dan komunikasi kami tetap terkoneksi satu sama lain melalui sosial media. Meski kami dipisahkan jarak dan waktu, kami dapat terhubung kapan saja kami mau. Bahkan dengan kemajuan skype dan video call kami bahkan dapat bertemu face to face meski tidak pada tempat yang sama. Semangat teman-teman! Ayo kejar mimpi-mimpi kita dan pulang mengabdi kekampung halaman. :)
****
            Trans Studi Makassar merupakan salah satu destinasi wisata kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan. Merupakan taman hiburan indoor terbesar kedua di Indonesia setelah Trans Studio Bandung. Trans Studio menawarkan berbagai wahana permainan, hiburan dan berbagai pertunjukan yang seru. Tak jarang pula TransTv dan Trans7 melakukan syuting ditempat ini, selain itu artis ibukota didatangkan pada waktu tertentu untuk memanjakan para pengunjung. Mengingat besarnya jumlah pengujung yang datang ke Trans Studio, maka secara langsung tempat ini memiliki peran yang cukup penting dalam menghubungkan orang-orang. Trans Studio dapat menjadi tempat pertemuan keluarga, kerabat, teman atau bahkan kekasih. Trans Studio secara langsung menjadi sarana yang mempertemukan orang-orang baru maupun kenalan, menjadi tempat melepas kerinduan, ajang reuni, menjadi tempat berbagi kebahagiaan dan cinta dengan orang-orang yang disayangi. Tak jarang ada yang tanpa sengaja bertemu dengan teman masa kecil atau bahkan menemukan cinta sejatinya di Trans Studio. Bagi saya Trans Studio memiliki peranan penting dalam menghubungkan saya dengan teman-teman baru, menjadi tempat lepas kangen dan awal dimulainya mimpi-mimpi kami.

Dokumentasi : Upik Abu
Harapan saya kedepannya Trans Studio Makassar harus lebih banyak berbenah agar tidak kalah saing dengan Trans Studio Bandung. Saat awal didirikan animo wisatawan dari luar Sul-Sel cukup tinggi, namun begitu Trans Studio Bandung ada, masyarakat Jawa lebih memilih untuk ke Bandung daripada ke Makassar. Oleh karena itu Trans Studio Makassar harus memiliki satu wahana andalan yang menjadi nilai tambahnya, wahana yang membuat orang Bandung mau mengeluarkan uang banyak untuk ke Makassar meskipun di Bandung sendiri ada Trans Studio. Salah satu jalannya mungkin dengan cara mengolah dan menggali kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan yang kemudian dimodifikasi dan dikombinasikan dengan teknologi modern dan dituangkan kedalam sebuah wahana bermain yang keren. Selain itu Trans Studio mesti lebih sering terjung ke masyarakat, ikut andil dalam berbagai kegiatan sosial dan program charity, membentuk hubungan yang baik dengan penyewa, pesaing dan pengunjung sehingga saat pertama kali mendengar kata Trans Studio maka kata “connected” bisa langsung muncul dibenak mereka. Ya, karena Trans Studio mampu meninggalkan kesan bahwa kita memang betul-betul terhubung setelah mengunjunginya. Selamat Ulang Tahun Trans Studio Mall yang ke-4. Sukses selalu dan tetap menghubungkan orang-orang yang mengunjungiMu!
 
Peta Wahan Bermain di Trans Studio (Sumber: wikipedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar