Kamis, 18 Juli 2024

Kisah Inspiratif Sang Pemberdaya Masyarakat

Matahari nampak bersinar terik siang itu, senyum bahagia nampak pada wajah masyarakat pesisir Pulau Sakuala, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Mereka mengerumuni seekor sapi jantan yang diikat di tepi pantai, sapi memang bukan hewan yang lazim terlihat di pulau, tak heran mereka terlihat penuh antusias. Sapi tersebut baru tiba pagi tadi, di hari ke sebelas bulan Dzulhijjah, diangkut menggunakan kapal nelayan. Bersamanya datang beberapa anak muda dari perkotaan, mereka nampak mengenakan rompi hitam, pada bagian kanan terlihat logo bendera merah putih, sedang di sebelah kiri terbordir logo hijau berbentuk segitiga, sesuatu yang menyerupai mata lembing, pada sisinya tertulis Dompet Dhuafa.

Bagi masyarakat Pulau Sakuala kedatangan orang-orang tadi membawa kebahagiaan, sudah lama sekali bagi mereka tidak melihat sapi, apalagi mencicipi nikmatnya olahan daging. Kedatangan tim Dompet Dhuafa memang bukan tanpa alasan, pulau terpencil yang berjarak ±45 menit dari kota Pangkep itu dipilih sebagai lokasi pelaksanaan program Tebar Hewan Kurban, sebuah program yang membagikan hewan kurban ke wilayah membutuhkan, wilayah miskin, tertinggal dan pedalaman.


Dompet Dhuafa sendiri dikenal sebagai lembaga cinta kasih dan kemanusiaan yang bergerak untuk pemberdayaan umat dan kemanusiaan. Pemberdayaannya bergulir melalui pengelolaan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya yang disalurkan melalui program kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial serta dakwah dan budaya. Pada tahun 2023, sebanyak 198.024 donatur mempercayakan pengelolaan dananya melalui Dompet Dhuafa dan telah dirasakan manfaatnya oleh 2.952.757 penerima yang tersebar di 38 provinsi dan 26 negara. Sejak berdiri pada tahun 1993 hingga tahun 2023 sebanyak 984.124 donatur telah menjadikan Dompet Dhuafa sebagai pilihan pertama dalam penyaluran dermanya dan telah berpartisipasi menciptakan senyum kebahagiaan pada 34.771.188 penerima manfaat di seluruh dunia.

Jika melihat angka-angka fantastis tersebut, terlihat bagaimana Dompet Dhuafa telah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Selalu ada penjelasan rasional mengapa Dompet Dhuafa begitu amat dipercaya dan dicintai. Terselip berbagai cerita inspiratif tentang kebaikan dan kiprah Dompet Dhuafa selama 31 tahun melayani umat dan menciptakan senyum bahagia bagi miliaran penerima manfaat. Suatu hari ketika berkunjung ke wilayah Macanda di Kabupaten Gowa, saya menemukan banyak cerita mengapa Dompet Dhuafa begitu dicintai setinggi langit.                                          

Berdaya melalui Kampung Ternak Milik Duafa

Ketika mencari kambing akikah untuk keponakan saya di sekitar wilayah Samata, Kabupaten Gowa, saya dipertemukan dengan Hamdani, salah seorang pendamping Kampung Ternak Dompet Dhuafa Sulsel yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan masyarakat. Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan peternakan, Hamdani bersama Dompet Dhuafa mampu menggerakkan masyarakat di Samata khususnya di Jalan Macanda untuk melakukan usaha budidaya ternak kambing. Ia bercerita bahwa kegiatan ini awalnya digerakkan oleh Sulkifli, seorang amil zakat Dompet Dhuafa Sulsel pada tahun 2017. Sulkifli yang risau melihat kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang tergolong lemah karena pekerjaan tidak menentu, mengajukan proposal kepada Dompet Dhuafa untuk memberikan modal sebanyak 30 ekor kambing kepada 10 penerima manfaat, kambing itu akan dibesarkan menggunakan kandang koloni pada tanah wakaf yang ada di daerah Macanda. Setiap orang akan mendapatkan dua petak kandang yang akan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing penerima manfaat. Setiap hari mereka akan merawat kambingnya didampingi oleh tim pendamping program, ketika telah memenuhi syarat untuk dijual (keperluan akikah dan kurban) kambing tersebut akan dibeli kembali oleh Dompet Dhuafa sehingga mereka akan menerima keuntungan melalui selisih penjualan.

Kandang Kambing Koloni di Kampung Ternak Macanda
Kandang Kambing Koloni di Kampung Ternak Macanda

Penerima Manfaat Kampung Ternak Macanda
Penerima Manfaat Kampung Ternak Macanda

Pada awal mula berdirinya, Sulkifli dan tim mengalami berbagai tantangan, khususnya persoalan sumber daya manusia. Meskipun berawal dari niat baik untuk memberdayakan kaum duafa di Macanda, masyarakat tidak serta-merta diberi bantuan tanpa bekal pelatihan dan bimbingan pemeliharaan ternak. Dompet Dhuafa terlebih dahulu mendatangkan sarjana peternakan dari kampus ternama di Makassar untuk mendampingi dan memberikan pelatihan terkait skill pemeliharaan, pakan dan nutrisi, sanitasi kandang, penanganan kesehatan ternak hingga upaya pengembangan usaha agar produktif. Sakka, salah satu penerima manfaat bercerita bahwa program ini merupakan karunia Allah yang tidak pernah Ia sangka. Berkat ikut dalam kegiatan ini Ia sudah mampu menopang perekonomian keluarganya “Bersyukur sekali dengan adanya program ini, sudah dapat menabung untuk keperluan keluarga, biaya sekolah anak dan keperluan istri” sembari tersenyum Sakka mengucapkan terima kasih kepada donatur yang telah mempercayakan dananya kepada Dompet Dhuafa Sulsel untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan masyarakat Macanda.

      Kampung Ternak sendiri telah direplikasi di wilayah Sulawesi Barat pada tahun 2018 dengan membagikan sebanyak 100 ekor ternak kambing kepada 34 orang penerima manfaat. Sedangkan untuk kampung ternak di Macanda, program yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan penggemukan saja kini telah berkembang sebagai usaha pembibitan, ternak yang dipelihara juga semakin beragam seperti ayam dan kelinci. Penerima manfaat juga diajari bagaimana mengolah kotoran ternak menjadi pupuk kompos yang memiliki nilai jual, serta mendapat bimbingan pengolahan pakan dan jerami. Kampung Ternak Macanda menjadi salah satu pemasok kebutuhan kambing kurban untuk kegiatan Tebar Hewan Kurban di Sulawesi Selatan, mereka juga kerap kali menjalankan kegiatan Tebar Akikah, hingga menjadi lokasi kegiatan edufarm yang ramai dikunjungi sebagai wadah pendidikan alam dan hewan ternak. Program Kampung Ternak senantiasa bertransformasi menyelenggarakan kegiatan yang memberdayakan duafa agar bisa mandiri dan keluar dari belenggu kemiskinan.

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Setelah berbincang dengan Hamdani dan Sakka, saya kemudian memutuskan untuk tidak jadi membeli kambing akikah, saya akan menyarankan kepada kakak saya agar ikut pada program Tebar Akikah Dompet Dhuafa saja. Program yang menyelenggarakan kegiatan akikah (titipan donatur) untuk dibagikan pada anak yatim dan duafa. Selain praktis dan tidak merepotkan, kegiatan ini juga telah terjamin dan terpercaya dalam menyalurkan niat baik kita kepada mereka yang betul-betul layak untuk menerima.

Membangkitkan Desa, Menyejahterahkan Petani Pelosok

Bercerita tentang pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, saya teringat sosok anak muda dari Sinjai yang bernama Ramly Usman. Ramly demikian Ia biasa disapa berasal dari Desa Arabika, Sinjai Barat. Bersama temannya Muh Ismail, mereka berhasil merintis usaha kopi sekaligus melakukan pemberdayaan petani kopi di Sinjai. Beberapa waktu lalu Ia sempat mempromosikan produk kopi olahan petani binaannya melalui sosial media, Ia menyebutnya Kopi Pattongko. Ramly juga membagikan momen ketika menjamu beberapa tamu dari luar pulau di Rumah Olah Kopi miliknya, pada postingannya Ramly bercerita bahwa produk tersebut merupakan hasil pendekatan dan edukasi yang dia lakukan di Desa Pattongko, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai. Mereka terjun langsung mengajarkan warga desa menyortir, mengolah, fermentasi kopi, pengemasan, branding hingga pemasaran untuk menghasilkan produk yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di sana.

Kopi Pattongko
Kopi Pattongko

Kopi Pattongko diinisiasi oleh Ramly dan Mail sejak tahun 2017, berawal dari kegelisahan mereka melihat potensi kebun kopi di Pattongko yang melimpah namun berkualitas rendah, maklum desa tersebut termasuk wilayah pelosok yang jauh dari permukiman dan jarang terjangkau listrik serta jaringan komunikasi. Petani di sana juga minim modal dana dan pengetahuan tentang bagaimana memproduksi kopi berkualitas baik. Petani Pattongko memanen biji kopi hijau dan merah secara bersamaan, sehingga kualitasnya masih rendah, minim sarana pengolahan, pangsa pasar juga terbatas hanya di pasar desa, sehingga pendapatan mereka nyaris hanya cukup untuk hidup sehari-hari saja.

Mulanya Ramly dan Mail berusaha pelan-pelan untuk mengubah pola pikir masyarakat di sana, meski sempat menerima penolakan, masyarakat mulai menunjukkan minatnya terkait ilmu pengetahuan baru yang diajarkan oleh Ramly dan Mail. Apalagi dengan adanya dukungan dan komitmen Dompet Dhuafa Sulsel untuk mendukung kegiatan di Pattongko sejak tahun 2019, petani di pelosok Sinjai ini semakin bersemangat dan fokus untuk meningkatkan kualitas kopinya. Saat ini program pemberdayaan Kopi Pattongko telah berhasil merangkul sekitar lima puluh orang petani, yang awalnya hanya 2 orang, menjadi 10, berkembang 22 hingga mencapai 50 orang, selain petani mereka juga membuka lapangan kerja bagi warga desa untuk menjadi juru petik. Umumnya mereka yang bergabung merupakan masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi, terbatas modal namun memiliki semangat yang tinggi untuk terus belajar dan berusaha.

Sejak dibina oleh Dompet Dhuafa, Ramly dan Mail dibekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni terkait pemberdayaan petani. Mereka kerap kali dikirim untuk mengikuti pelatihan, diberi kursus dan bimbingan teknis, diajarkan ilmu komunikasi dan pendekatan-pendekatan sosial agar lebih mudah berinteraksi dengan petani, yang terpenting mereka mendapatkan bantuan biaya hidup dan dana pengembangan untuk membantu petani di Pattongko. Dompet Dhuafa juga senantiasa mengeksplorasi potensi desa dengan memberdayakan petani melalui inovasi pertanian berkelanjutan, mengajak petani menjaga lingkungan dengan penggunaan pupuk organik, membangun rumah pengeringan dan metode pengemasan yang modern. Kegiatan pemberdayaan petani kopi ini juga telah mulai meluas dan direplikasi di beberapa desa lainnya, seperti: Desa Lappara di Sinjai Tengah, Desa Bontolempangan, Desa Barania dan Gunung Perak di Sinjai Barat.

Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko
Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko

Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko
Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko

Saya terperanjat. Saya sedang melihat langsung cerita bagaimana sebuah lembaga amal membangun rumah di hati masyarakat. Ada banyak lembaga di luar sana, namun tak banyak yang punya komitmen sebesar Dompet Dhuafa untuk mau berkontribusi langsung ke tingkat kecil masyarakat, khususnya bagi petani kecil di wilayah pedalaman. Kebanyakan lembaga hanya sampai pada proses penyaluran dana bantuan atau sumbangan saja, tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dan kemandirian bagi penerima dalam menopang perekonomiannya. Dompet Dhuafa sendiri berani mengambil jalan terjal, membangkitkan potensi desa, menggerakkan ekonomi dan kemandirian, sehingga tercipta masyarakat desa yang sejahtera dan merdeka secara finansial. Tidak berhenti sampai di situ, Dompet Dhuafa juga rutin memberikan bantuan dan menyelenggarakan kegiatan untuk pengembangan desa seperti bantuan peralatan pertanian, pelatihan petani, bantuan bibit, sarana kebersihan, hingga beasiswa untuk anak desa berprestasi.

Kesempatan yang Setara, Bergerak Berdayakan Perempuan

        Perempuan merupakan sosok di dalam keluarga yang paling terdampak oleh kondisi kemiskinan, perempuan merupakan sosok utama penanggung kemiskinan dalam keluarga sebab mereka adalah pemikir pokok kelangsungan hidup rumah tangga. Sayangnya akses bagi perempuan untuk mendapatkan pinjaman dana guna meningkatkan taraf hidupnya masih sangat terbatas, padahal pemberian kemudahan oleh lembaga keuangan akan mendorong peningkatan pendapatan keluarga, apalagi adanya kecenderungan sebagian besar perempuan menggunakan dana pinjamannya untuk kebutuhan keluarga secara menyeluruh, kebutuhan makan keluarga dan anak-anak, berbeda dengan laki-laki yang cenderung lebih individual.

Suatu waktu ketika saya bersama teman mampir ke sebuah rumah makan di depan kampus UIN Samata Gowa, saya menyaksikan hal yang menarik. Seluruh staff dan karyawan rumah makan didominasi oleh perempuan, bahkan mereka mempekerjakan koki yang cacat fisik. Setelah saya telusuri ternyata memang rumah makan bernama Lesehan Macca ini merupakan salah satu binaan Dompet Dhuafa Sulsel yang memberdayakan perempuan dengan memberikan kesempatan kerja dan bantuan modal yang dikenal dengan program Social Trust Fund (STF). STF atau yang akrab disebut dengan Bank untuk Kaum Dhuafa merupakan salah satu pogram yang dijalankan Dompet Dhuafa untuk menyalurkan zakat produktif yang menghasilkan bagi penerima, bukan dibelanjakan dengan cara konsumsi.

STF dikembangkan sejak tahun 2009, program ini dikhususkan untuk masyarakat yang memiliki usaha kecil berupa pemberian pembiayaan modal tanpa riba dan memberikan kesempatan yang setara khususnya bagi ibu-ibu dan perempuan. Transaksi dominan yang ditawarkan adalah pinjaman berdasarkan akad pinjaman keutamaan (qardhul hasan) yakni meminjam tanpa imbalan tambahan bunga atau bagi hasil. Berdasarkan informasi dari Dompet Dhuafa Sulsel, peminjam dana STF di Makassar didominasi oleh perempuan yakni penjual kue dan warung klontongan dalam skala kecil. “Dana STF itu dana zakat produktif, dia pinjaman tanpa bunga, rata-rata peminjamnya adalah ibu-bu penjual kue yang sore-sorenya keliling klotongan” ujar Eka pegawai Dompet Dhuafa Sulsel dalam suatu sesi wawancara.

Eka menambahkan bahwa program ini memberikan pinjaman yang beragam, “ada yang menerima sebesar dua juta, lima juta, ada juga yang menerima bantuan berupa gerobak. Sebelum memberikan pinjaman ini, kami menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh calon penerima terlebih dahulu, jangan sampai pinjamannya salah sasaran” tutur Eka. Melalui program STF ini, penerima dapat mengembangkan usahanya dan terbebas dari utang rentenir yang sangat membebani. Seiring waktu, program ini telah banyak membantu perempuan khususnya ibu rumah tangga yang ditelantarkan oleh suaminya dan para janda yang mengambil alih fungsi kepala rumah tangga. Sedetail itu upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, tidak hanya fokus pada kaum duafa di pelosok dan petani pedalaman, namun juga memikirkan nasib perempuan-perempuan urban yang berjuang di tengah impitan ekonomi perkotaan. Dompet Dhuafa memberi kesempatan yang setara, menyediakan akses pinjaman dana, menyokong perputaran roda ekonomi dan keberlanjutan dapur keluarga.

31 Tahun Dompet Dhuafa
#DompetDhuafa31tahun

Berdasarkan cerita-cerita di atas, kita dapat melihat begitu banyak program penguatan ekonomi dari Dompet Dhuafa yang dituangkan melalui kegiatan pemberdayaan, program tersebut juga menyasar dan memberdayakan tipe-tipe penerima yang berbeda. Semakin besar program pemberdayaan, maka semakin banyak penerima manfaat yang dapat dihimpun dan semakin berpengaruh kebermanfaatannya. Melalui program-program pemberdayaan, Dompet Dhuafa menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong potensi daerah, meningkatkan pendapatan, menciptakan kemandirian dan keberlanjutan ekonomi keluarga serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Itulah sebabnya mengapa Dompet Dhuafa begitu banyak dicintai dan dipercaya oleh masyarakat Indonesia, sebab Ia terbukti telah berbuat banyak bagi kemaslahatan umat.

Kiprah Dompet Dhuafa melayani masyarakat selama 31 tahun bukanlah waktu yang singkat dan sebentar, komitmen dan langkah-langkah strategisnya dalam mengelola dana donatur untuk diberdayakan oleh penerima manfaat sukses menciptakan senyuman bahagia bagi miliaran penerima manfaat. Masih banyak sekali program-program pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa di seluruh dunia, namun Kampung Ternak, Kopi Pattongko dan Social Trust Fund menjadi kisah inspiratif tersendiri bagaimana “Sang Pemberdaya Masyarakat” bergerak menyejahterakan umat di Sulawesi Selatan. Bantuan disalurkan ke berbagai lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga lansia, dari kaum duafa di Macanda hingga ke petani di pelosok Pattongko, dari masyarakat pulau Sakuala hingga ibu-ibu penjual kue di Makassar. Dana yang dialirkan oleh para donatur dermawan, didukung kolaboraksi dengan berbagai pihak senantiasa menjelma menjadi program pemberdayaan berkelanjutan dan terus menebar kebaikan hingga 31 tahun lamanya. Terima kasih Dompet Dhuafa, atas 31 tahun melayani masyarakat Indonesia. Semoga senantiasa membentang kebaikan dan menciptakan senyum kebahagiaan bagi umat.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

Banner Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa
Banner Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar