KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Hubungan Sosiologi dan
Ekonomi serta Pengaruhnya di Bidang Peternakan”
Terselesainya makalah ini tidak lepas dari dukungan
beberapa pihak yang telah memberikan kepada penulis berupa motivasi, baik
materi maupun moril. Oleh karena itu, penulis bermaksud mengucapkan banyak
terima kasih kepada seluruh pihak yang tak dapat saya
sebutkan satu persatu, semua yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini belum mencapai kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 5 Maret 2013
Kelompok XI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Di dalam
kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai
salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor
ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor
tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi
sosial.
Faktor-faktor
tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi.
Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi
ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan
kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga
terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat
Baik
ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang
mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena
ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali
oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran.
Sosiologi
ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan
melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi,
fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan
mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam
konteks non-ekonomis.
Hal
inilah yang kemudian menarik untuk diketahui tentang bagaimana hubungan antara
sosiologi dan ekonomi serta pengaruhnya di bidang peternakan. Oleh karena itu
penulis berusaha untuk memberikan pemahaman tentang pertanyaan tersebut dalam makalah ini. Semoga
makalah ini dapat menjadi jawaban dan memberikan pemahaman terkait pertanyaan
yang dikaji.
I.2
Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu
1. Bagaimana
konsep keterlekatan antara sosiologi dan ekonomi?
2. Bagaimana
fokus analisis keterlekatan antara sosiologi dan ekonomi?
I.3 Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk
mengetahui konsep keterlekatan antara sosiologi dan ekonomi
2.
Untuk
mengetahui fokus analisis keterlekatan antara sosiologi dan ekonomi
I.4 Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Dapat
dijadikan sebagai sumber informasi terkait pemahaman mengenai hubungan antara
sosiologi dan ekonomi
2.
Dapat
dijadikan sebagai proses pembelajaran di dalam penulisan makalah
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. KONSEP KETERLEKATAN
Konsep keterlekatan diajukan oleh Granovetter (1985) untuk
menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan
merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam
jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Adapun
yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangkaian
hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu
atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial
ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang
sama di antara individu – individu atau kelompok – kelompok” (Granovetter dan
Swedberg, 1992 : 9). Tindakan yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah
“terlekat” karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain.
II.2 KETERLEKATAN EKONOMI DALAM
MASYARAKAT MODERN
Menurut Polanyi dan kawan-kawan (1957) ekonomi dalam
masyarakat pra industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik dan
agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami
tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra
industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Mekanisme pasar tidak
dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi, oleh karena itu permiantaan dan
penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau
otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan
harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa
tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat,
Polanyi mengajukan tiga proses ekonomi, yaitu resiprositas, redistribusi dan
pertukaran. Resiprositas menujuk pada gerakan di antara kelompok simetris yang
saling berhubungan. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara
individu-individu sering dilakukan. Misalnya dalam masyarakat Minangkabau
terdapat tuntunan adat tentang resiprositas yaitu kabar baik dihimbaukan, kabar
jelek dihimbaukan. Maksudnya, jika ada berita yang menggembirakan (baik) seperti
memanen padi maka petani pemilik sawah harus memberitahu kepada kerabat –
kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi sebelumnya, jika dia ingin
dibantu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat – kerabatnya juga melakukan hal
yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen padi di sawah.
Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke
arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini terjadi karena
adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan – kerajaan
Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya.
Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari
pusat (raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu
contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Sedangkan pertukaran merupakan proses ekonomi yang
berlangsung antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan
aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan
mekanisme pasar ditentukan oleh pasar melalui permintaan dan penawaran.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan
ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam
table 1.
Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan
Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
|
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ekonomi
dan Komunitas
|
Resiprositas
– ekonomi melekat dalam hubungan yang terpusat pada kewajiban terhadap
komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat dalam komu nitas politik yang
terpusat
|
Pasar
ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui institusi-institusi, seperti
pasar dan hak milik pribadi
|
Ekonomi
dan Pemerintahan
|
Resiprositas-ekonomi
melekat dalam proses pengaturan suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi
melekat dalam aparat politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk
melakukan kontrol geo- politik
|
Pasar-ekonomi
tidak melekat pada pemerintahan melalui integritas legal dari individu dan
perusahaan serta melalui kebebasan pasar dari dominasi politik
|
Ekonomi
dan Rumah Tangga
|
Resiprositas-ekonomi
maupun rumah tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan
rumah tangga melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
|
Pasar-ekonomi
tidak melekat pada rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan”
dan “waktu luang”.
|
II.3 KETERLEKATAN VERSUS
PILIHAN RASIONAL
Mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor
yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Bermakna memaksimumkan keajegan
perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil
dimasa akan datang.
Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan
bahwa tindakan manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hieraki yang
tertata rapi dari preferensi. Dalam hal ini
rasional berarti :
- Aktor melakukan
perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk
tindakan
- Aktor juga
menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
- Aktor berusaha
memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional
adalah bentuk ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan
suatu superstruktur yang luas di atas fundamen yang sempit, karena pendekatan
pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan
sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
II.4 Keterlekatan Versus Ekonomi
Institusi Baru
Ekonomi institusi baru (EIB) berasal dari perluasan analisis
ekonomi dalam rangka memasukkan institusi-institusi sosial ke dalam cakupan
perhatian. Beberapa kepercayaan umum yang dimiliki oleh teoritis Ekonomi
Institusi Baru adalah :
· Arus-utama ekonomi harus berhubungan dengan
institusi-institusi.
· Analisis institusi-institusi byang selama ini terabaikan
dapat dilakukan secara langsung atas dasar prinsip-prinsip ekonomi neo-klasik.
Menurut Granoveter dan Swedberg (1992) teoritisi EIB
merupakan suatu kumpulan ekonom yang heterogen. Diantara mereka adalah Douglas
North, Oliver Williamson, Andrew Schotter dan Robert Thomas. Meski mereka
beragam pemikiran, namun dapat ditarik suatu garis yang menghubungkan tema
sentral pemikiran dari karya mereka yaitu efisiensi. Efisiensi dilakukan
melalui pengurangan biaya transaksi. Lebih lanjut Granovetter menegaskan bahwa
institusi tidak dapat dijelaskan pada prinsip-prinsip ekonomi neoklasik,
khususnya efisiensi; institusi yang ada akan lebih tepat bila dipandang sebagai
konstruksi sosial atas kenyataan. Dengan demikian, institusi-institusi yang
ada, termmasuk institusi ekonomi, diskontruksi dengan mobilisasi sumber-sumber
melalui jaringan sosial; dan dibangun dengan pertimbangan latar belakang
masyarakat, politik, pasar dan teknologi.
II.5 Penerapan Konsep Keterlekatan
Dalam perilaku ekonomi telah melekat konsep kepercayaan
(trust). Pendekatan actor teratomisasi yang berakar dari pendekatan ekonomi
neo-klasik yakin bahwa kepercayaan merupakan institusi sosial yang berakar dari
hasil evolusi kekuatan-kekuatan politik, sosial, sejarah, dan hukum, dipandang
sebagai solusi yang efisien terhadap fenomena ekonomi tertentu.
Pendekatan aktor yang lebih tersosialisasi memandang bahwa
kepercayaan merupakan moralitas umum dalam perilaku ekonomi. Oleh karena itu
semua tindakan actor haruslah merujuk, tunduk dan patuh secara otomatis
terhadap moralitas tersebut, dalam hal itu menjunjung tinggi nilai-nilai
kepercayaan.
Pendekatan sosiologi ekonomi baru-atau juga sering disebut
pendekatan “keterlekatan” mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa
kepercayaan tidak muncul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan
antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi
secara bersama. Kepercayaan bukanlah barang baku (tidak berubah), tetapi sebaliknya,
ia terus menerus ditafsirkan dan dinilai oleh para aktor yang terlibat dalam
hubungan perilaku ekonomi.
II.6 Jaringan Sosial dalam Perilaku
Ekonomi
Granovetter telah menegaskan bahwa keterlekatan perilaku
ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang
terjadi dalam kehidupan ekonomi. Bagi sosiolog, studi tentang jaringan sosial
dihubungkan dnegan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan
bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh
sesuatu yang dikerjakan mauoun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan
makna pada kehidupan sosial.
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan
Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk
memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan
perspektif atau studi kasus. Pendekatan terhadap jaringan sosial menekankan
analisis abstrak pada :
a. Pola
informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran
yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.
b.
Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan dalam organisasi
diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi
normative dan budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak, profesi
dan sumber-sumber legitimasi.
c. Sebagai
suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini
terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang
terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama)
yang dapta mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
Pendekatan perspektif memandang jaringan sosial sebagai
pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan
diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang
menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu sistem yang padu.
Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan antar-disipliner.
Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan
ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika
bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan
perspektif didasarakn atas kerangka kerja konseptual dari :
a) Keterlekatan, resiprositas dan koneksi. Kesemuanya itu
merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang melekat dalam
struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
b) Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut Burt (1992)
keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan tempo, dan
penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting kepercayaan (trust)
bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif
mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut
tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial
secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit
memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur (ukuran)
dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat
empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan
informal terhadap akses dan kesempatan; jaringan formal dari pengaruh dan
kekuasaan; organisasi sebagai jaringan perjanjian; serta jaringan sosial dalam
produksi.
1.
Jaringan informal dari akses dan kesempatan
Pada bidang ini penelitian difokuskan pada penggunaan
jaringan sosial dalam pekerjaan, mobilisasi dan difusi. Jaringan sosial
memainkan peranan penting dalam pasar tenaga kerja. Lemah dan kuatnya ikatan
suatu jaringan sosial menentukan perolehan pekerjaan. Penelitian yang dilakukan
Granovetter (1974) memperlihatkan bahwa kuatnya suatu ikatan jaringan
memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan suatu pekerjaan. Jaringan
kuat didefinisikan sebagai teman akrab atau keluarga, sedangkan ikatan lemah
adalah sebagai suatu perkenalan seperti teman kelas atau teman biasa.
Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam
berimigrasi dan kewiraswastaan imigran. Jaringan ini bersatu dalam ikatan
kekerabatan, persahabatan, dan komunitas asal yang sama. sekali jaringan ada si
suatu tempat, ia akan menciptakan arus migrasi yang berkesinambungan (Powell
dan Smith-Doer 1994 : 374)kebanyakan kewiraswastaan yang terjadi pada komunitas
migran dimudahkan oleh jaringan dari ikatan dalam saling tolong menolong,
sirkulasi modal dan bantuan dalam hubungan dengan birokrasi.
Jaringan sosial memudahkan mobilisasi sumber daya. Perluasan
ikatan dan hubungan serta ikatan dalam lokasi strategis adalah hal utama. Dua
bidang penting dalam penelitian ini adalah pertukaran informasi informal dan
mobilisasi sumber daya. Jaringan komunikasi memainkan peran penting dalam
penyebaran model,struktur, praktek dan budaya bisnis. Tiga cara untuk transmisi
ide dan pengetahuan yaitu melalui jaringan profesi atau jaringan perdagangan
melalui pola hubungan antar organisasi yang mana perusahaan dan individu
terlibat dan melalui tindakan seorang yang berwibawa. Bagi kebanyakan
perusahaan dan institusi, mereka belajar melalui peniruan dan penyontekan dan
ini merupakan cara yang efektif unttuk menghemat biaya.
2.
Jaringan Formal pengaruh dan kekuasaan
Kubu pemikiran ini mempercayai bahwa kekuasaan melekat pada
secara situasional, ia bersifat dinamis dan tidak stabil secara potensial
(Powell dan Smith, 1994:376). Sementara itu kekuasaan disini didefinisikan
sebagai otoritas formal, pengaruh informal, dan dominasi. Dalam memahami
jaringan sosial dalam kekuasaan dapat didekati dengan 3 perspektif, yaitu
pertukaran sosial, ketergantungan sumber daya dan kelas sosial.
Perspektif pertukaran sosial meyakini bahwa meskipun
individu silih berganti datang dan pergi di atas tumpuk kekuasaan, namun
distribusi kekuasaan dalam posisi tetap sama.
3.
Organisasi sebagai jaringan sosial dari perjanjian
Analisis jaringan organisasi didasarkan atas organisasi
formal dan informal. Menurut Dalton (1959:219) formal berarti sesuatu yang
direncanakan dan disetujuai atasnya, sedangkan informal berarti ikatan yang
spontan, fleksibel, diantara anggota-anggota yang dituntun dengan perasaan dan
kepentingan pribadi yang tidak dapat dipertahankan oleh kegiatan formal.
Melalui jaringan organisasi dan sebagai bagian dari proses
reorganisasi yang lebih luas, secara vertikal organisasi yang terintegrasi
merampingkan hierarki perusahaan. Jaringan memberikan suatu cara bagi
perusahaan besar untuk mengamankan taruhannya dalam menghadapi ketidakpastian
dan hambatan pasar. Desentralisai produksi tidak memerlukan suatu
desentralisasi kekuasaan.
Sebagai logika ganda dari jaringan sosial, organisasi
terlibat dalam suatu percampuran yang rumit dari kerjasama, kompetisi dan
kekuasaan dari perusahaan ke dalam jaringan yang kompleks dari perjanjian.
Jaringan organisasi dalam kolaborasi akan meningkatkan belajar dari pengalaman.
Kegiatan kolaboratif tampak lebih bebas dan kaya melalui jaringan komunikasi sedangkan
pertukaran saluran informasi menciptakan persekutuan saingan jaringan paralel
dalam suatu bentuk kompetisi baru yang gilirannya menjamin posisi baru,
reputasi dan penciptaan identitas baru.
4.
Jaringan sosial dari produksi
Seperti jaringan yang lain, jaringan sosial dari produksi
memandang penting arti suatu kepercayaan (trust). Powell dan Smith-Doer (1994)
mengajukan 4 jaringan produksio secara bersama, yaitu regional, penelitian dan
pengembangan, kelompok bisnis, aliansi strategis dan produksi bersama.
Tipe regional merupakan jaringan sosial dari produksi yang
berdasarkan atas lokasi.
Tipe penelitian dan pengembangan merupakan jaringan sosial
dari produksi yang berlandaskan atas kerjasama ilmiah. Tipe ini digerakkan oleh
inovasi dan belajar tentang ide baru. Sedangkan basis kepercayaan diletakkan
pada komunitas ilmiah, intelektual, dan teknologi.
Tipe kelompok bisnis digerakkan oleh ikatan antar organisasi
yang horizontal dan relatif egaliter berkombinasi dengan hubungan vertikal yang
lebih hierarkis dengan landasan otoritas dan kebijakan.
Aliansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan
produksi yang lebih bersifat formal karena dibentuk atas persetujuan bersama
untuk bekerjasama dengan jangka waktu yang relatif pendek. Ciri-ciri dari tipe
ini yaitu anggota terdiri dari kelompok bisnis yang berbeda, mempunyai landasan
normatif bersama, dan kerabat-kerabat kerja merasa sedang mengikuti suatu
perangkat aturan umum. Oleh karena itu mooniyoring cenderung lebih terstruktur
secara formal.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Di
dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara
faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas,
dan stratifikasi sosial.
fokus
analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks
non-ekonomis.
III.2 Saran
Adapun Saran penulis sehubungan dengan bahasan
makalah ini, kepada rekan-rekan mahasiswa agar lebih meningkatkan, menggali dan
mengkaji lebih dalam tentang bagaimana hubungan antara sosiologi dan ekonomi
serta pengaruhnya di bidang peternakan
Daftar Pustaka
Anonim.
2008. Perkembangan dan Ruang Lingkup Sosiologi Ekonomi. http://massofa.wordpress.com diakses pada
tanggal 4 Maret 2013
Haryanto,
Sinandung. 2011. Sosiologi Ekonomi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta
Koentjaraningrat.
(1993). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Aksara Baru.
Soekanto,
Soerjono. (1994). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soemardjan, Selo,
dan Soelaiman Soemardi. (1974). Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
MAKALAH SOSIOLOGI PETERNAKAN
HUBUNGAN SOSIOLOGI DAN
EKONOMI SERTA
PENGARUHNYA DI BIDANG
PETERNAKAN
DISUSUN OLEH
APPEYANI (I11112024)
IWAN HERDIYADI (I11112050)
M. ASFAR SYAFAR (I11112286)
MULTAZAM (I11112314)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar