Kamis, 18 Juli 2024

Kisah Inspiratif Sang Pemberdaya Masyarakat

Matahari nampak bersinar terik siang itu, senyum bahagia nampak pada wajah masyarakat pesisir Pulau Sakuala, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Mereka mengerumuni seekor sapi jantan yang diikat di tepi pantai, sapi memang bukan hewan yang lazim terlihat di pulau, tak heran mereka terlihat penuh antusias. Sapi tersebut baru tiba pagi tadi, di hari ke sebelas bulan Dzulhijjah, diangkut menggunakan kapal nelayan. Bersamanya datang beberapa anak muda dari perkotaan, mereka nampak mengenakan rompi hitam, pada bagian kanan terlihat logo bendera merah putih, sedang di sebelah kiri terbordir logo hijau berbentuk segitiga, sesuatu yang menyerupai mata lembing, pada sisinya tertulis Dompet Dhuafa.

Bagi masyarakat Pulau Sakuala kedatangan orang-orang tadi membawa kebahagiaan, sudah lama sekali bagi mereka tidak melihat sapi, apalagi mencicipi nikmatnya olahan daging. Kedatangan tim Dompet Dhuafa memang bukan tanpa alasan, pulau terpencil yang berjarak ±45 menit dari kota Pangkep itu dipilih sebagai lokasi pelaksanaan program Tebar Hewan Kurban, sebuah program yang membagikan hewan kurban ke wilayah membutuhkan, wilayah miskin, tertinggal dan pedalaman.


Dompet Dhuafa sendiri dikenal sebagai lembaga cinta kasih dan kemanusiaan yang bergerak untuk pemberdayaan umat dan kemanusiaan. Pemberdayaannya bergulir melalui pengelolaan dana zakat, infak, sedekah dan wakaf serta dana sosial lainnya yang disalurkan melalui program kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial serta dakwah dan budaya. Pada tahun 2023, sebanyak 198.024 donatur mempercayakan pengelolaan dananya melalui Dompet Dhuafa dan telah dirasakan manfaatnya oleh 2.952.757 penerima yang tersebar di 38 provinsi dan 26 negara. Sejak berdiri pada tahun 1993 hingga tahun 2023 sebanyak 984.124 donatur telah menjadikan Dompet Dhuafa sebagai pilihan pertama dalam penyaluran dermanya dan telah berpartisipasi menciptakan senyum kebahagiaan pada 34.771.188 penerima manfaat di seluruh dunia.

Jika melihat angka-angka fantastis tersebut, terlihat bagaimana Dompet Dhuafa telah memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia. Selalu ada penjelasan rasional mengapa Dompet Dhuafa begitu amat dipercaya dan dicintai. Terselip berbagai cerita inspiratif tentang kebaikan dan kiprah Dompet Dhuafa selama 31 tahun melayani umat dan menciptakan senyum bahagia bagi miliaran penerima manfaat. Suatu hari ketika berkunjung ke wilayah Macanda di Kabupaten Gowa, saya menemukan banyak cerita mengapa Dompet Dhuafa begitu dicintai setinggi langit.                                          

Berdaya melalui Kampung Ternak Milik Duafa

Ketika mencari kambing akikah untuk keponakan saya di sekitar wilayah Samata, Kabupaten Gowa, saya dipertemukan dengan Hamdani, salah seorang pendamping Kampung Ternak Dompet Dhuafa Sulsel yang banyak berkecimpung di dunia pemberdayaan masyarakat. Meski tidak memiliki latar belakang pendidikan peternakan, Hamdani bersama Dompet Dhuafa mampu menggerakkan masyarakat di Samata khususnya di Jalan Macanda untuk melakukan usaha budidaya ternak kambing. Ia bercerita bahwa kegiatan ini awalnya digerakkan oleh Sulkifli, seorang amil zakat Dompet Dhuafa Sulsel pada tahun 2017. Sulkifli yang risau melihat kondisi ekonomi masyarakat sekitar yang tergolong lemah karena pekerjaan tidak menentu, mengajukan proposal kepada Dompet Dhuafa untuk memberikan modal sebanyak 30 ekor kambing kepada 10 penerima manfaat, kambing itu akan dibesarkan menggunakan kandang koloni pada tanah wakaf yang ada di daerah Macanda. Setiap orang akan mendapatkan dua petak kandang yang akan dipertanggungjawabkan oleh masing-masing penerima manfaat. Setiap hari mereka akan merawat kambingnya didampingi oleh tim pendamping program, ketika telah memenuhi syarat untuk dijual (keperluan akikah dan kurban) kambing tersebut akan dibeli kembali oleh Dompet Dhuafa sehingga mereka akan menerima keuntungan melalui selisih penjualan.

Kandang Kambing Koloni di Kampung Ternak Macanda
Kandang Kambing Koloni di Kampung Ternak Macanda

Penerima Manfaat Kampung Ternak Macanda
Penerima Manfaat Kampung Ternak Macanda

Pada awal mula berdirinya, Sulkifli dan tim mengalami berbagai tantangan, khususnya persoalan sumber daya manusia. Meskipun berawal dari niat baik untuk memberdayakan kaum duafa di Macanda, masyarakat tidak serta-merta diberi bantuan tanpa bekal pelatihan dan bimbingan pemeliharaan ternak. Dompet Dhuafa terlebih dahulu mendatangkan sarjana peternakan dari kampus ternama di Makassar untuk mendampingi dan memberikan pelatihan terkait skill pemeliharaan, pakan dan nutrisi, sanitasi kandang, penanganan kesehatan ternak hingga upaya pengembangan usaha agar produktif. Sakka, salah satu penerima manfaat bercerita bahwa program ini merupakan karunia Allah yang tidak pernah Ia sangka. Berkat ikut dalam kegiatan ini Ia sudah mampu menopang perekonomian keluarganya “Bersyukur sekali dengan adanya program ini, sudah dapat menabung untuk keperluan keluarga, biaya sekolah anak dan keperluan istri” sembari tersenyum Sakka mengucapkan terima kasih kepada donatur yang telah mempercayakan dananya kepada Dompet Dhuafa Sulsel untuk dimanfaatkan oleh dirinya dan masyarakat Macanda.

      Kampung Ternak sendiri telah direplikasi di wilayah Sulawesi Barat pada tahun 2018 dengan membagikan sebanyak 100 ekor ternak kambing kepada 34 orang penerima manfaat. Sedangkan untuk kampung ternak di Macanda, program yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan penggemukan saja kini telah berkembang sebagai usaha pembibitan, ternak yang dipelihara juga semakin beragam seperti ayam dan kelinci. Penerima manfaat juga diajari bagaimana mengolah kotoran ternak menjadi pupuk kompos yang memiliki nilai jual, serta mendapat bimbingan pengolahan pakan dan jerami. Kampung Ternak Macanda menjadi salah satu pemasok kebutuhan kambing kurban untuk kegiatan Tebar Hewan Kurban di Sulawesi Selatan, mereka juga kerap kali menjalankan kegiatan Tebar Akikah, hingga menjadi lokasi kegiatan edufarm yang ramai dikunjungi sebagai wadah pendidikan alam dan hewan ternak. Program Kampung Ternak senantiasa bertransformasi menyelenggarakan kegiatan yang memberdayakan duafa agar bisa mandiri dan keluar dari belenggu kemiskinan.

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm
Kampung Ternak Macanda sebagai Lokasi Edufarm

Setelah berbincang dengan Hamdani dan Sakka, saya kemudian memutuskan untuk tidak jadi membeli kambing akikah, saya akan menyarankan kepada kakak saya agar ikut pada program Tebar Akikah Dompet Dhuafa saja. Program yang menyelenggarakan kegiatan akikah (titipan donatur) untuk dibagikan pada anak yatim dan duafa. Selain praktis dan tidak merepotkan, kegiatan ini juga telah terjamin dan terpercaya dalam menyalurkan niat baik kita kepada mereka yang betul-betul layak untuk menerima.

Membangkitkan Desa, Menyejahterahkan Petani Pelosok

Bercerita tentang pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, saya teringat sosok anak muda dari Sinjai yang bernama Ramly Usman. Ramly demikian Ia biasa disapa berasal dari Desa Arabika, Sinjai Barat. Bersama temannya Muh Ismail, mereka berhasil merintis usaha kopi sekaligus melakukan pemberdayaan petani kopi di Sinjai. Beberapa waktu lalu Ia sempat mempromosikan produk kopi olahan petani binaannya melalui sosial media, Ia menyebutnya Kopi Pattongko. Ramly juga membagikan momen ketika menjamu beberapa tamu dari luar pulau di Rumah Olah Kopi miliknya, pada postingannya Ramly bercerita bahwa produk tersebut merupakan hasil pendekatan dan edukasi yang dia lakukan di Desa Pattongko, Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai. Mereka terjun langsung mengajarkan warga desa menyortir, mengolah, fermentasi kopi, pengemasan, branding hingga pemasaran untuk menghasilkan produk yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di sana.

Kopi Pattongko
Kopi Pattongko

Kopi Pattongko diinisiasi oleh Ramly dan Mail sejak tahun 2017, berawal dari kegelisahan mereka melihat potensi kebun kopi di Pattongko yang melimpah namun berkualitas rendah, maklum desa tersebut termasuk wilayah pelosok yang jauh dari permukiman dan jarang terjangkau listrik serta jaringan komunikasi. Petani di sana juga minim modal dana dan pengetahuan tentang bagaimana memproduksi kopi berkualitas baik. Petani Pattongko memanen biji kopi hijau dan merah secara bersamaan, sehingga kualitasnya masih rendah, minim sarana pengolahan, pangsa pasar juga terbatas hanya di pasar desa, sehingga pendapatan mereka nyaris hanya cukup untuk hidup sehari-hari saja.

Mulanya Ramly dan Mail berusaha pelan-pelan untuk mengubah pola pikir masyarakat di sana, meski sempat menerima penolakan, masyarakat mulai menunjukkan minatnya terkait ilmu pengetahuan baru yang diajarkan oleh Ramly dan Mail. Apalagi dengan adanya dukungan dan komitmen Dompet Dhuafa Sulsel untuk mendukung kegiatan di Pattongko sejak tahun 2019, petani di pelosok Sinjai ini semakin bersemangat dan fokus untuk meningkatkan kualitas kopinya. Saat ini program pemberdayaan Kopi Pattongko telah berhasil merangkul sekitar lima puluh orang petani, yang awalnya hanya 2 orang, menjadi 10, berkembang 22 hingga mencapai 50 orang, selain petani mereka juga membuka lapangan kerja bagi warga desa untuk menjadi juru petik. Umumnya mereka yang bergabung merupakan masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi, terbatas modal namun memiliki semangat yang tinggi untuk terus belajar dan berusaha.

Sejak dibina oleh Dompet Dhuafa, Ramly dan Mail dibekali ilmu pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni terkait pemberdayaan petani. Mereka kerap kali dikirim untuk mengikuti pelatihan, diberi kursus dan bimbingan teknis, diajarkan ilmu komunikasi dan pendekatan-pendekatan sosial agar lebih mudah berinteraksi dengan petani, yang terpenting mereka mendapatkan bantuan biaya hidup dan dana pengembangan untuk membantu petani di Pattongko. Dompet Dhuafa juga senantiasa mengeksplorasi potensi desa dengan memberdayakan petani melalui inovasi pertanian berkelanjutan, mengajak petani menjaga lingkungan dengan penggunaan pupuk organik, membangun rumah pengeringan dan metode pengemasan yang modern. Kegiatan pemberdayaan petani kopi ini juga telah mulai meluas dan direplikasi di beberapa desa lainnya, seperti: Desa Lappara di Sinjai Tengah, Desa Bontolempangan, Desa Barania dan Gunung Perak di Sinjai Barat.

Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko
Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko

Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko
Pemberdayaan Dompet Dhuafa di Pattongko

Saya terperanjat. Saya sedang melihat langsung cerita bagaimana sebuah lembaga amal membangun rumah di hati masyarakat. Ada banyak lembaga di luar sana, namun tak banyak yang punya komitmen sebesar Dompet Dhuafa untuk mau berkontribusi langsung ke tingkat kecil masyarakat, khususnya bagi petani kecil di wilayah pedalaman. Kebanyakan lembaga hanya sampai pada proses penyaluran dana bantuan atau sumbangan saja, tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dan kemandirian bagi penerima dalam menopang perekonomiannya. Dompet Dhuafa sendiri berani mengambil jalan terjal, membangkitkan potensi desa, menggerakkan ekonomi dan kemandirian, sehingga tercipta masyarakat desa yang sejahtera dan merdeka secara finansial. Tidak berhenti sampai di situ, Dompet Dhuafa juga rutin memberikan bantuan dan menyelenggarakan kegiatan untuk pengembangan desa seperti bantuan peralatan pertanian, pelatihan petani, bantuan bibit, sarana kebersihan, hingga beasiswa untuk anak desa berprestasi.

Kesempatan yang Setara, Bergerak Berdayakan Perempuan

        Perempuan merupakan sosok di dalam keluarga yang paling terdampak oleh kondisi kemiskinan, perempuan merupakan sosok utama penanggung kemiskinan dalam keluarga sebab mereka adalah pemikir pokok kelangsungan hidup rumah tangga. Sayangnya akses bagi perempuan untuk mendapatkan pinjaman dana guna meningkatkan taraf hidupnya masih sangat terbatas, padahal pemberian kemudahan oleh lembaga keuangan akan mendorong peningkatan pendapatan keluarga, apalagi adanya kecenderungan sebagian besar perempuan menggunakan dana pinjamannya untuk kebutuhan keluarga secara menyeluruh, kebutuhan makan keluarga dan anak-anak, berbeda dengan laki-laki yang cenderung lebih individual.

Suatu waktu ketika saya bersama teman mampir ke sebuah rumah makan di depan kampus UIN Samata Gowa, saya menyaksikan hal yang menarik. Seluruh staff dan karyawan rumah makan didominasi oleh perempuan, bahkan mereka mempekerjakan koki yang cacat fisik. Setelah saya telusuri ternyata memang rumah makan bernama Lesehan Macca ini merupakan salah satu binaan Dompet Dhuafa Sulsel yang memberdayakan perempuan dengan memberikan kesempatan kerja dan bantuan modal yang dikenal dengan program Social Trust Fund (STF). STF atau yang akrab disebut dengan Bank untuk Kaum Dhuafa merupakan salah satu pogram yang dijalankan Dompet Dhuafa untuk menyalurkan zakat produktif yang menghasilkan bagi penerima, bukan dibelanjakan dengan cara konsumsi.

STF dikembangkan sejak tahun 2009, program ini dikhususkan untuk masyarakat yang memiliki usaha kecil berupa pemberian pembiayaan modal tanpa riba dan memberikan kesempatan yang setara khususnya bagi ibu-ibu dan perempuan. Transaksi dominan yang ditawarkan adalah pinjaman berdasarkan akad pinjaman keutamaan (qardhul hasan) yakni meminjam tanpa imbalan tambahan bunga atau bagi hasil. Berdasarkan informasi dari Dompet Dhuafa Sulsel, peminjam dana STF di Makassar didominasi oleh perempuan yakni penjual kue dan warung klontongan dalam skala kecil. “Dana STF itu dana zakat produktif, dia pinjaman tanpa bunga, rata-rata peminjamnya adalah ibu-bu penjual kue yang sore-sorenya keliling klotongan” ujar Eka pegawai Dompet Dhuafa Sulsel dalam suatu sesi wawancara.

Eka menambahkan bahwa program ini memberikan pinjaman yang beragam, “ada yang menerima sebesar dua juta, lima juta, ada juga yang menerima bantuan berupa gerobak. Sebelum memberikan pinjaman ini, kami menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh calon penerima terlebih dahulu, jangan sampai pinjamannya salah sasaran” tutur Eka. Melalui program STF ini, penerima dapat mengembangkan usahanya dan terbebas dari utang rentenir yang sangat membebani. Seiring waktu, program ini telah banyak membantu perempuan khususnya ibu rumah tangga yang ditelantarkan oleh suaminya dan para janda yang mengambil alih fungsi kepala rumah tangga. Sedetail itu upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa, tidak hanya fokus pada kaum duafa di pelosok dan petani pedalaman, namun juga memikirkan nasib perempuan-perempuan urban yang berjuang di tengah impitan ekonomi perkotaan. Dompet Dhuafa memberi kesempatan yang setara, menyediakan akses pinjaman dana, menyokong perputaran roda ekonomi dan keberlanjutan dapur keluarga.

31 Tahun Dompet Dhuafa
#DompetDhuafa31tahun

Berdasarkan cerita-cerita di atas, kita dapat melihat begitu banyak program penguatan ekonomi dari Dompet Dhuafa yang dituangkan melalui kegiatan pemberdayaan, program tersebut juga menyasar dan memberdayakan tipe-tipe penerima yang berbeda. Semakin besar program pemberdayaan, maka semakin banyak penerima manfaat yang dapat dihimpun dan semakin berpengaruh kebermanfaatannya. Melalui program-program pemberdayaan, Dompet Dhuafa menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong potensi daerah, meningkatkan pendapatan, menciptakan kemandirian dan keberlanjutan ekonomi keluarga serta mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Itulah sebabnya mengapa Dompet Dhuafa begitu banyak dicintai dan dipercaya oleh masyarakat Indonesia, sebab Ia terbukti telah berbuat banyak bagi kemaslahatan umat.

Kiprah Dompet Dhuafa melayani masyarakat selama 31 tahun bukanlah waktu yang singkat dan sebentar, komitmen dan langkah-langkah strategisnya dalam mengelola dana donatur untuk diberdayakan oleh penerima manfaat sukses menciptakan senyuman bahagia bagi miliaran penerima manfaat. Masih banyak sekali program-program pemberdayaan masyarakat yang dikelola oleh Dompet Dhuafa di seluruh dunia, namun Kampung Ternak, Kopi Pattongko dan Social Trust Fund menjadi kisah inspiratif tersendiri bagaimana “Sang Pemberdaya Masyarakat” bergerak menyejahterakan umat di Sulawesi Selatan. Bantuan disalurkan ke berbagai lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga lansia, dari kaum duafa di Macanda hingga ke petani di pelosok Pattongko, dari masyarakat pulau Sakuala hingga ibu-ibu penjual kue di Makassar. Dana yang dialirkan oleh para donatur dermawan, didukung kolaboraksi dengan berbagai pihak senantiasa menjelma menjadi program pemberdayaan berkelanjutan dan terus menebar kebaikan hingga 31 tahun lamanya. Terima kasih Dompet Dhuafa, atas 31 tahun melayani masyarakat Indonesia. Semoga senantiasa membentang kebaikan dan menciptakan senyum kebahagiaan bagi umat.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa Melayani Masyarakat”

Banner Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa
Banner Lomba Blog 31 Tahun Dompet Dhuafa


Kamis, 27 Oktober 2016

SEMEN TONASA DAN SEMANGAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KAWASAN TIMUR INDONESIA



Ini masa lampau, Agustus 2011. Mama Esther (51) bergegas mengemasi barang-barangnya. Kapal perintis Meliku Nusa sudah tiba di Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Sangihe, dan akan segera berangkat ke Pulau Miangas, Sulawesi Utara. Tidak mudah bagi perempuan paruh baya ini untuk bisa naik ke kapal tersebut. Dengan membawa beberapa barang, dia harus berdesak-desakan dengan penumpang lainnya agar bisa mendapatkan sedikit ruang di kapal yang penuh sesak itu. Perjalanan dengan kapal di Miangas jangan dibayangkan seperti naik kapal pesiar yang serba nyaman, bersih dan aman. Penumpang harus bisa berdamai dengan kondisi yang ada. “Andai saja ada pesawat terbang yang bisa angkut kita, pasti kita akan pilih naik pesawat. Tapi mau bagaimana, bandara saja tidak ada,” kata Mama Esther. Benar! Kapal merupakan pilihan satu-satunya infrastruktur transportasi yang bisa diandalkan bila ingin ke Miangas. Pembangunan infrastruktur yang memadai memang masih menjadi harapan bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia.  
Infrastruktur dan Daya Saing
Persoalan infrastruktur memang tidak hanya menjadi persoalan di Miangas. Indonesia khususnya Kawasan Timur, infrastruktur masih menjadi persoalan utama yang menghambat pertumbuhan suatu daerah. Sarana dan prasarana yang terbatas dan infrastruktur yang belum memadai, sedangkan kebutuhan akan hal tersebut menempati urutan teratas. Kawasan Timur Indonesia seolah menjadi kawasan yang terabaikan. Pembangunan dan pengembangan lebih banyak dilakukan di wilayah-wilayah barat, Ibu Kota Negara dan wilayah-wilayah sekitarnya. Pembangunan di pulau Jawa seperti jalur pantura menghiasi cerita-cerita pembangunan infrastruktur, namun bagaimana memeratakan pembangunan di wilayah Papua dan Nusa Tenggara masih menjadi cerita-cerita kosong. Wilayah Timur menjadi tertinggal, bahkan untuk mengatasi ketertinggalan tersebut pemerintah pernah membentuk kementrian untuk urusan ketertinggalan di timur.
Indonesia sendiri masih lemah dalam hal ketahanan infrastruktur. Dalam Indeks Daya Saing Global 2015-2016 yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia mencatat bahwa Indonesia berada di urutan ke-62 dari 144 negara di bidang ketahanan infrastruktur. Rendahnya ketahanan infrastruktur menjadi salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan Indonesia. Jika infrastruktur di Indonesia baik, maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin meningkat, begitupun sebaliknya. Keberadaan infrastruktur merupakan hal penting yang harus dipenuhi dalam proses pembangunan. Infrastruktur khususnya transportasi diyakini mampu menunjang proses pembangunan di bidang lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan kebudayaan. Infrastruktur juga memiliki peran penting untuk mendukung kemampuan masyarakat dalam rangka persaingan global.
Minimnya infrastruktur seperti pelabuhan dan bandara di Kawasan Timur Indonesia membuat tingginya biaya logistik dan kesenjangan antar daerah, harga barang-barang kebutuhan di Papua dan Maluku bisa berkali-kali lipat dibanding harga barang serupa di wilayah Jakarta dan Bandung. Pembangunan infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, pendidikan dan kesehatan mutlak dilakukan di Kawasan Timur Indonesia untuk menciptakan pemerataan. Bandara, pelabuhan, sekolah, jalan, jembatan, rumah sakit, pasar dan berbagai sarana lainnya akan memudahkan dan menggairahkan aktivitas perekonomian serta menggerakkan denyut nadi kehidupan masyarakat. Pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan merata ternyata masih menjadi angan-angan bagi masyarakat-masyarakat di Kawasan Timur Indonesia, seperti halnya Mama Esther.
****
Ini masa sekarang, Oktober 2016. Anak-anak berseragam putih merah nampak senyum sumringah penuh kebahagiaan, bendera merah putih nampak tak henti berkibar dari gerakan tangan mereka. Ibu rumah tangga, tentara, guru, kepala desa, nelayan, pejabat, semua orang nampak berbaur bersemangat menyambut kedatangan seorang tamu penting. Ini adalah hari yang besar! Setelah sekian lama, orang nomor satu di Negara Indonesia akan menginjakkan kakinya di Pulau Miangas, sebuah pulau terpencil di wilayah paling utara Indonesia. Kedatangan Presiden pada hari ini bukan untuk berwisata, melainkan untuk meresmikan bandara pertama sekaligus bandara paling terluar di wilayah perbatasan Indonesia-Philipina. Bandara Miangas merupakan infrastruktur transportasi udara pertama yang dibuat di pulau ini. Seperti impian Mama Esther beberapa tahun lalu, pemerintah menunjukkan komitmennya untuk lebih serius dalam membangun dan membenahi infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia khususnya wilayah terluar, terdalam, terdepan dan terisolir.
Keseriusan pemerintah terlihat sejak diluncurkannya Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Di bawah masterplan ini, sebanyak 135 proyek pembangunan infrastruktur dan sektor rill telah dimulai. Pendekatan MP3EI berdasarkan pada pendekatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan, baik yang telah ada maupun yang baru. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ini disertai dengan penguatan konektivitas antarpusat-pusat pertumbuhan ekonomi baik di wilayah barat maupun wilayah timur. Melalui pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut diharapkan tercipta koridor ekonomi Indonesia. Adapun bentuk program percepatan pembangunan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia, antara lain:
·         Penyediaan infrastruktur transportasi (dermaga desa, dan jalan/ jembatan) untuk mendukung kegiatan pemasokan bahan baku dan pemasaran di Kawasan Timur Indonesia.
·         Menyediakan infrastruktur sosial (sarana dan prasarana air bersih) untuk mendukung proses produksi di Kawasan Timur Indonesia.
·         Menyediakan Infrastruktur energi untuk mendukung proses industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari hasil produksi di Kawasan Timur Indonesia.
·         Menyediakan infrastruktur informasi serta telekomunikasi untuk mendapatkan informasi terkini mengenai harga hasil produksi di Kawasan Timur Indonesia.
Pembangunan infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia diharapkan semakin meningkat dengan adanya komitmen yang tinggi dari pemerintah. Pemerintahan Jokowi-JK sendiri telah menempatkan percepatan pembangunan infrastruktur sebagai tema rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2016. Pembangunan infrastruktur yang berkualitas menjadi salah satu prasyarat utama pembangunan bangsa yang berkualitas. Dengan pembangunan infrastruktur memadai di wilayah timur dan barat akan memperkuat konektivitas, pertahanan, distribusi barang dan jasa serta meningkatkan daya saing Bangsa Indonesia di mata dunia.

Membangun Kawasan Timur Indonesia dengan Semen Tonasa
Industri semen merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi bangsa. Pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana yang berkualitas menuntut ketersediaan semen dalam jumlah yang tinggi. Semen yang berkualitas akan menghasilkan infrastruktur yang berkualitas dan kokoh, sedangkan infrastruktur yang baik secara langsung akan menopang kemajuan suatu negara. Hal inilah yang mendasari pemerintah mengambil inisiatif untuk membangun dan menambah industri semen yang terlebih dahulu dibangun oleh Belanda, seperti halnya pembangunan PT. Semen Tonasa di wilayah Sulawesi Selatan.
PT. Semen Tonasa mulai dibangun pada tahun 1960 melalui Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960. Setelah delapan tahun pembangunan, pabrik Semen Tonasa I resmi beroperasi pada tanggal 2 November 1968. Pabrik Semen Tonasa berlokasi di Desa Biring Ere, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep. Secara geografis lokasi ini merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, menjadikan Semen Tonasa berkonsentrasi mengarahkan pasarnya untuk melayani kebutuhan semen di Indonesia Timur. Didukung oleh jaringan distribusi yang tersebar dan diperkuat oleh sepuluh unit pengantongan semen yang melengkapi sarana distribusi penjualan, menjadikan Semen Tonasa sebagai pemasok terbesar di Kawasan Timur Indonesia khususnya wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Melihat kontribusi besar yang telah diberikan, maka pembangunan infrastruktur berkualitas di Kawasan Timur Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sumbangsih PT. Semen Tonasa.
Secara nyata peran Semen Tonasa dalam pembangunan infrastruktur yang kuat dan kokoh dapat dilihat dalam pembangunan infrastruktur transportasi, contohnya pengembangan Pelabuhan Soekarno-Hatta dan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar, keseluruhan fasilitas bandara seperti terminal, landasan pacu, maupun tempat parkir pesawat menggunakan Semen Tonasa. Begitupun halnya dengan pembangunan jalan layang, jembatan dan jalan trans Sulawesi hampir keseluruhan menggunakan bahan baku Semen Tonasa. Beberapa ikon wisata dan sejarah di Makassar seperti Monumen Mandala, anjungan Pantai Losari, hingga Trans Studio pembangunannya tak lepas dari penggunaan Semen Tonasa. Bahkan pembangunan infrastruktur pendidikan seperti Menasa Phinisi UNM membuktikan bahwa Semen Tonasa bukan hanya kokoh untuk bangunan seperti hotel dan mall tapi juga untuk pembuatan menara tinggi.
Dalam memasuki usia emas masa pengabdiannya, Semen Tonasa masih menjadi pilihan terpercaya para konsumen semen. Hal ini dibuktikan dengan market share yang konstan tidak kurang dari 40%. Bahkan untuk wilayah tertentu seperti Papua Barat, 80,16% kebutuhan semen pada tahun 2015 dipasok oleh Semen Tonasa. Tak mengherankan apabila sebagian besar infrastruktur darat seperti jalan dan jembatan di wilayah Maluku dan Papua memilih Semen Tonasa sebagai bahan bakunya, seperti halnya pembangunan jembatan Merah Putih di Teluk Ambon yang paling tidak menghabiskan duapuluh ribu ton Semen Tonasa. Sebagai produsen semen yang “kokoh, kuat dan terpercaya”, maka PT. Semen Tonasa konsisten menghasilkan produk unggulan untuk menunjang pembangunan yang berkualitas di Kawasan Timur Indonesia. Adapun jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Semen Tonasa antara lain:
·         Semen Portland Tipe I
Semen hidrolis yang dibuat dengan menggiling terak dan gipsum. Semen jenis ini digunakan untuk bangunan umum dengan kekuatan tekanan yang tinggi (tidak memerlukan persyaratan khusus), seperti bangunan bertingkat tinggi, perumahan, jembatan serta jalan raya, landasan bandar udara, beton pratekan, bendungan/ saluran irigasi, elemen bangunan seperti genteng, hollow, brick/batako, paving block, buis beton, roster dan lain-lain.
·         Semen Portland Komposit
Semen yang berasal dari bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama terak semen Portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik atau hasil pencampuran bubuk semen Portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Semen jenis ini diperuntukkan untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata, plesteran dan acian, selokan, jalan, pagar dinding, pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak, beton pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya. 
·         Semen Portland Pozzolan
Semen hidrolis yang terdiri dari campuran homogen antara semen Portland dan pozzolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen Portland dan pozzolan bersama-sama atau mencampur secara rata bubuk Semen Portland dan pozzolan atau gabungan antara menggiling dan mencampur. Semen jenis ini ideal untuk bangunan bertingkat (2-3 lantai), konstruksi beton umum, konstruksi beton massa seperti pondasi plat penuh dan bendungan, konstruksi bangunan di daerah pantai, tanah berair (rawa) dan bangunan di lingkungan garam sulfat yang agresif, serta konstruksi bangunan yang memerlukan kekedapan tinggi.
Dalam upaya mencapai visi sebagai salah satu perusahaan terkemuka dengan efesiensi tinggi di Indonesia, komitmen untuk menyediakan semen terbaik bagi masyarakat dijalankan terus menerus dengan mempertahankan brand image dan menjaga kestabilan pasokan produk di pasar. Selain itu sebagai perusahaan yang berwawasan lingkungan maka perusahaan mengembangkan kegiatan di bidang kesehatan masyarakat dan Green Industry. Tanggung jawab sosial bagi masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan dengan bantuan usaha, pemberdayaan dan pendampingan berkelanjutan.
****
Ini masa depan, September 2025. Seorang anak perempuan nampak menenteng belanjaan berisi boneka di tangan kirinya, tangan kanannya bergandengan pada seorang wanita yang nampak sudah mulai beruban. Dia adalah Mama Esther dan cucunya Mikela. Sekarang Mama Esther sangat bahagia, mau beli apapun semua ada di Miangas, harga murah dan terjangkau. Pusat perbelanjaan dan toko-toko mulai ramai di Miangas. Jalan sudah baik, sekolah sudah banyak, rumah sakit sudah ada, pelabuhan sudah bertambah, bandara sudah ramai. Orang-orang mulai berdatangan dan berlibur ke Miangas, pariwisata tumbuh, masyarakat berwirausaha, ekonomi berkembang, pendapatan meningkat. Begitulah gambaran Miangas setelah pembangunan infrastruktur besar-besaran. Indonesia sendiri muncul sebagai salah satu dari tujuh besar kekuatan ekonomi dunia. Pendapatan domestik kotor mencapai USD 4,5 Triliun, dengan pendapatan per kapita USD 15.000 per tahun. Pemerataan pembangunan semakin baik, kesenjangan antara wilayah barat dan timur semakin kecil. Infrastruktur di Kawasan Timur Indonesia semakin baik dan berkualitas. Pelaksanaan MP3EI mendorong pembangunan infrastruktur yang semakin banyak dan beragam. Pembangunan infrastruktur yang tinggi mendorong tumbuhnya industri semen nasional.
Di Kawasan Timur Indonesia sendiri mulai masuk perusahaan-perusahaan baru dalam bisnis persemenan, selain itu kehadiran produsen semen potensial ke Indonesia akan mempengaruhi market share semen nasional. Meski begitu, Semen Tonasa tetap kokoh di Kawasan Timur Indonesia. Citra brand yang telah melekat di hati masyarakat, dan kualitas produk yang telah terbukti lebih dari setengah abad telah berhasil menempatkan Semen Tonasa tetap menjadi yang terbaik di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara. Pembangunan Tonasa VI telah dimulai pada tahun 2021 dan memperkuat produksi Semen Tonasa di tahun 2025 dengan kapasitas 3.000.000 ton per tahun. Volume penjualan di Kawasan Timur Indonesia mencapai angka 7.561.178 juta ton, meski terdapat pengurangan penguasaan pasar 1-2% tapi market share Semen Tonasa tetap konstan berada pada angka 40%. Semen Tonasa terus berinovasi dengan produk yang ramah lingkungan dan harga bersaing. Unit pengantongan semen akan bertambah di wilayah Manado, Gorontalo, Nusa Tenggara dan Papua. Semen Tonasa tetap kokoh, kuat dan menjadi kepercayaan masyarakat Indonesia. Terakhir, ada titipan salam dari Mama Esther. “Ada darah Tonasa di Bandara Miangas”, katanya.

Minggu, 14 Februari 2016

Terima Kasih Pagandeng Makassar



Sayuurrrr.. Sayurrrr... Adama’.. Suara teriakan panjang nan tegas memenuhi udara di sebuah kompleks. Sesekali suara itu disertai dengan iringan klakson motor. Satu dua orang pun mulai mendekat untuk mengerumuni sumber suara, memilih dan membeli keperluan dapur yang nantinya dimasak memenuhi kebutuhan perut. Sang penggelar dagangan nampak sibuk meladeni pembeli, memilih dan mengemas sayuran yang nampak hijau dan segar.

Dia adalah Daeng Gassing, seorang pedagang sayur keliling yang menjajakan dagangannya dengan mengendarai motor yang dibelakangnya diberi keranjang atau dalam keseharian masyarakat Makassar disebut pagandeng sayur. Sudah 20 tahun Daeng Gassing berjualan sayur, dekade lalu dia berdagang sayuran di salah satu pasar tradisional di pusat kota Makassar. Namun seiring perbaikan Kota Makassar untuk menjadi salah satu kota dunia, pasar tradisional yang tak terawat dan kotor mulai dibongkar. Dikemas lebih ciamik dan cantik dengan harga sewa tempat yang menjadi mahal sehingga Daeng Gassing memutuskan untuk berhenti berjualan di sana dan memilih untuk berjualan keliling saja. Selain tak perlu keluar duit sewa, dia juga mengerti kemauan konsumen yang selalu ingin hal praktis dan efesien. Segala hal tinggal di panggil saja, tak perlu jauh-jauh ke pasar lagi karena sekarang pagandeng sayur, ikan, bahkan mainan anak pun secara rutin keliling kompleks tertentu untuk menjajakan dagangannya.
 
Daeng Gassing dan gandengan sayur-nya

Saya sendiri sangat tertolong dengan keberadaan pagandeng seperti Daeng Gassing. Bukan tanpa alasan, aktivitas saya sebagai seorang mahasiswa dengan tugas dan kegiatan yang padat membuat saya perlu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Belum lagi keberadaan saya sebagai anak rantau yang jauh dari orang tua membuat saya harus mandiri dan memenuhi segala keperluan secara sendiri. Khusus untuk keperluan perut, saya mengandalkan Daeng Gassing untuk mencukupi kebutuhan serat dan vitamin saya.

Setiap pagi saya akan membeli beberapa jenis sayuran dan buah untuk kemudian diolah menjadi lauk makan siang dan malam. Disini keberadaan pagandeng secara tidak langsung ikut menjalankan amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penyediaan pangan yang bergizi dan sehat. Kita tak perlu lagi jauh-jauh ke pasar yang jaraknya beberapa kilometer hanya untuk mencari satu-dua item kebutuhan yang kurang. Mahasiswa di sekitar kompleks pondokan Universitas Hasanuddin juga tidak perlu sering-sering mengandalkan mie instan untuk kebutuhan perut, sebab para pagandeng sayur dan ikan secara rutin tiap pagi menjajakan kebutuhan kita. 

****

Di suatu kesempatan saya pernah mendengar curhatan dari Daeng Taba, seorang pagandeng ikan di kompleks pondokan Unhas. Sebenarnya dia sudah cukup tua untuk berkeliling menjajakan ikan ke wilayah-wilayah di Makassar, dia mau menjalankan usaha di rumah saja. Dia memiliki impian untuk membuka warung sop dan ikan bakar di depan rumahnya, apalagi sang istri katanya cukup mahir dalam meracik masakan tersebut.

Tapi sayang, mereka tidak mempunyai cukup modal untuk mewujudkan usaha tersebut. Dia telah memiliki lokasi warung yang menurutnya cukup ramai dilewati pengendara, belum lagi pengalamannya bertahun-tahun sebagai pagandeng ikan membuatnya tak perlu khawatir kehilangan stok ikan segar. Namun karena modalnya tak cukup, maka keinginan tersebut dia urungkan. Daeng Taba sempat berkeinginan untuk meminjam uang pada tengkulak atau rentenir, selain administrasinya mudah dananya pun cepat cair. Namun kemudian dia berpikir dua kali, dia takut nantinya tak bisa mengembalikan uang tersebut sebab bunga pinjaman yang diberikan sangat tinggi. “Tobatma’ berhubungan sama rentenir karena sudah ka’ dulu pinjam, na susah saya kasi kembali. Tinggi dudui bunga na, nda mau ma”, begitu kata Daeng Taba.

Saya kemudian mengusulkan agar dia meminta pinjaman ke bank saja, namun lagi-lagi Daeng Taba enggan. Ya! Bagi pagandeng seperti Daeng Taba dan Daeng Gassing, bank bukanlah sebuah tempat yang ramah untuk dikunjungi. Bagi mereka bank hanyalah tempat untuk orang-orang kaya saja, sedangkan orang-orang kecil seperti mereka cukuplah berurusan dengan rentenir atau tengkulak saja.

Entah rasa minder atau tingkat pendidikan yang rendah menjadi penyebabnya, mereka lebih memilih meminjam dana dengan bunga tinggi pada rentenir daripada harus ke bank. Padahal pemerintah sendiri sejak tahun 2007 telah menjamin seluruh rakyat Indonesia untuk mendapatkan kredit usaha rakyat. Salah satu bank yang menyediakan pinjaman tersebut adalah BTPN.

****

BTPN merupakan singkatan dari Bank Tabungan Pensiunan Nasional. Bank ini sudah berdiri sejak tahun 1958 di Bandung dengan nama Bank Pegawai Pensiunan Militer (Bapemil). Pada tahun 2011, BTPN meluncurkan program Daya. Sebuah program pemberdayaan yang berkelanjutan dan terukur, yang fokus pada kesehatan dan kesejahteraan, serta pelatihan praktis keterampilan wirausaha. Program ini sendiri menawarkan kesempatan kepada seluruh stakeholder BTPN untuk berpartisipasi dalam misi memberdayakan jutaan mass market di Indonesia. Nasabah BTPN mencakup komunitas pra-sejahtera produktif, pensiunan, dan pelaku usaha mikro, kecil & menengah (UMKM) seperti halnya Daeng Taba dan pagandeng lainnya di Makassar.

Untuk solusi permasalahan yang dihadapi Daeng Taba di atas, saya menyarankan agar dia memilih layanan Paket MU Bebas, dengan besar pinjaman berkisar antara 1-50 juta dalam jangka waktu 2 tahun. Dimana Daeng Taba tidak perlu pusing mengenai jaminan atau agunan sebab layanan ini memberikan kredit tanpa jaminan, waktu proses yang cepat hanya dua sampai tiga hari, terlebih lagi dia akan mendapatkan pengembangan dan pelatihan inovatif untuk memaksimalkan kemampuannya sehingga usaha mereka dapat tumbuh secara berkelanjutan.
Fasilitas Kredit PaketMU Bebas dari BTPN

 Saya sendiri sangat bangga dengan keberadaan BTPN. Mereka lebih fokus pada pengembangan sektor wirausaha dan UMKM. Apalagi, sektor usaha kecil menengah merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia, usaha mikro sendiri mampu menyerap tenaga kerja sebesar 90,12% atau lebih dari seratus juta jiwa. Bayangkan bila sektor ini tidak berkembang dan mati, berapa banyak pengangguran baru yang akan muncul di Indonesia? Tentunya beda cerita bila sektor ini terus berkembang dan bertambah, berapa banyak pengangguran yang akan diserap? Berapa banyak masyarakat yang akan diberdayakan? Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan terhadap sektor usaha kecil, perlu mengenalkan semangat wirausaha kepada para pedagang kecil seperti halnya para pagandeng untuk mengembangkan usaha mereka. Mereka perlu didorong untuk lebih berani mencoba peluang yang baru, perlu disokong dengan bantuan dana untuk meningkatkan pendapatan mereka, salah satunya dengan memberikan kelonggaran dan kemudahan untuk mendapatkan modal usaha seperti halnya yang dilakukan oleh BTPN.

Dengan menabung di BTPN maka secara tidak langsung kita telah membantu memberdayakan jutaan mass market di Indonesia, termasuk di dalamnya Daeng Taba dan pagandeng-pagandeng lainnya di Makassar. Sebagai langkah awal, anda dapat mengikuti simulasi menabung untuk memberdayakan di sini.
Contoh Simulasi Menabung di BTPN
 Sebagai contoh, apabila saya menabung setiap bulannya sebesar Rp.2.500.000 dalam jangka waktu lima tahun maka kemudian dana saya dapat tumbuh menjadi Rp.170.885.649. Fantastis! Hal ini sangat menguntungkan dibanding bila saya hanya menyimpan uang di bawah kasur, dengan dana dan jangka waktu yang sama saya hanya mendapat Rp.150.000.000 ( 2,5 juta x 5 tahun x 12 bulan), belum lagi pahala yang akan kita dapat karena telah ikut serta memberikan kesempatan bagi para pelaku mass market untuk mengembangkan usahanya. Luar biasa.
****
 Ini Daeng belanjaan sama kembalian ta’. Jangki bosan belanja sama saya di’! klau ada sayur dimaui tidak kujual pesan meki saja. Besok saya bawakan. Suara Daeng Gassing menyadarkan lamunan saya. Tak pernah terbayangkan oleh saya, kalau keberadaan para mass market seperti para pagandeng ini sangat membantu kehidupan saya sehari-hari. Terlebih lagi berbincang dengan mereka mengajarkan saya tentang makna dan perjuangan hidup yang sesungguhnya. Dengan bergegas saya mengucapkan terima kasih kepada Daeng Gassing sembari dalam hati saya mendoakan semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rezeki yang melimpah bagi hamba-hambanya yang senantiasa mau berjuang dalam kehidupan. Rezeki yang melimpah bagi Daeng Gassing, Daeng Taba, para pagandeng dan pelaku mass market lainnya di seluruh Indonesia. *



Makassar, 14 Februari 2016